BAB 1 : Prologue - L'Affaire🔞

3.3K 24 0
                                    

🔞 mature content yaa, yang di bawah umur minggir dulu hehehe

Zenatti hanya bisa memejamkan mata saat tangan besar itu menjamah setiap jengkal kulitnya. Dimulai dari pipi, lalu turun ke leher, tulang selangka, hingga berakhir di salah satu dadanya.

"I want you, Zen. You're so damn hot."

Bisikan yang terdengar sangat berat dan parau itu menggelitik telinga kanan Zenatti, membuat bulu kuduknya seketika meremang. Membuat kepalanya mendadak pening. Membuat tubuhnya seketika terkungkung tak berdaya di bawah kuasa pria tersebut. Membuatnya hanya bisa menggigit bibir kasar.

Mati-matian Zenatti menahan diri agar desahannya tidak lolos begitu saja. Namun, semua usahanya seketika buyar saat tangan besar milik pria yang sedang mengunci tubuhnya itu bergerak makin intens.

Bibir Zenatti terbuka sempurna saat sentuhan bibir itu terasa semakin dalam dan juga kasar. Dia terus berusaha meraup sebanyak mungkin oksigen di sekitarnya. Jika tidak, mungkin dia benar-benar akan berakhir pingsan karena tak mampu menahan semua gejolak dan nafsu dalam hatinya.

"And tell me that you want me too, Zen. Cause I can't stop now."

Zenatti tak bisa melakukan apa pun selain meraih leher kokoh pria di atasnya itu lalu meraup dan melumat bibirnya kasar. Penuh damba. 

"I want you. I want you right now … please …."

Zenatti sadar. Dia bukan lagi menjawab, tapi memohon. Dia … menginginkan pria yang sedang sibuk menjamah setiap inci kulit tubuhnya tersebut. Seutuhnya. 

Pada detik itu juga, semua menjadi semakin tak terkendali. Pandangan Zenatti mulai kabur diselimuti kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Setelah pelepasan tiba, tangan besar pria itu terulur menyentuh pipi Zenatti, lalu mengusapnya lembut. Sangat lembut, seolah Zenatti adalah piring berharga miliaran euro yang harus dia jaga dengan sangat hati-hati. 

Aksi kecil yang berhasil membuat Zenatti merasa begitu tenang dan dihargai. Sebuah perasaan yang belum pernah Zenatti rasakan sebelumnya.

"I like you, Zenatti. Since our first met, I just …" 

Pria itu menggeleng, kehilangan kata-katanya sendiri. Zenatti meraih tangan besar yang sedang menangkup kedua pipinya itu, lalu mengusapnya lembut.

"Oh my God, aku bahkan nggak bisa menggambarkan perasaanku sendiri. I really really like you. I love you, Zen. I never felt like this before. Aku bahkan nggak peduli dengan apa pun sekarang, termasuk status kamu. Status kita. Demi Tuhan, aku"

Sebelum kalimat tersebut tuntas, Zenatti sudah lebih dulu menarik tengkuk si pemilik suara parau itu lalu mengecup bibirnya lembut. "I know."

Mata Zenatti tak bisa lepas dari mata hijau yang kini juga tengah menatapnya dengan intens dari atas tubuhnya yang telanjang. Pria itu berhasil membuat Zenatti lupa diri.

Membuat Zenatti lupa tentang jarak usia mereka yang nyaris terpaut sepuluh tahun.

Membuat Zenatti lupa tentang statusnya sebagai wanita bersuami. 

Pria itu adalah seseorang yang sempat Zenatti panggil “bocah” beberapa minggu yang lalu. Pria itu … Luke Willem.

***

The Wildest AffairWhere stories live. Discover now