[BAB 3] Mengulang kesalahan

23 9 9
                                    

"Aku tidak mau! Tidak mau!" Nathan merengek ketika Leo benar-benar membawanya ke warnet. Leo mendengar rengekan Nathan langsung membungkam mulut lelaki itu sambil menyeretnya masuk.

"Mau cemilan? Aku akan memesannya." Bulan menawarkan kepada Leo dan langsung mengangguk. Di depan layar pemesan, Bulan tiba-tiba tersadar. Leo dan Nathan sudah menghilang dari balik dinding.

"Leo! Siapa yang bayar ini semua!" teriaknya tidak peduli ada owner dan pengunjung lainnya di sana. Leo langsung berdiri dan mendekati Bulan yang masih berada di tempat yang sama.

"Ya! Pesan saja! Aku yang membayarnya semua!" balas Leo tidak kalah nyaringnya. Bulan mendelik tidak suka. Leo melihat layar cemilan itu dan menyadari Bulan belum memesan minuman.

"Tolong bawakan aku soda saja. Aku rasa Nathan lebih menyukai teh." Bulan mengiyakan permintaan tuan muda di belakangnya. Leo tertawa pelan, ia kemudian mendekati owner yang berada di meja tidak jauh dengan papan tadi.

"Bang, sebulan berapa?"

"Buset, nih anak. Di mana-mana kalau mau main tanya satu jam berapa, dua jam berapa. Ini langsung sebulan." Owner bernama Owen. Sesuai dengan nama warnetnya Owen Play. Wajah tengilnya tidak bisa hilang saat menatap Leo.

Diambil satu potong kue sebelum kembali berbicara.

"Lima puluh," ucap Owen ala-ala anak aplikasi hitam. Leo menatap tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

"Buset bang. Beneran harganya lima puluh ribu doang?"

"Ya, enggak lah. Rugi aku. Nih, seratus dua puluh ... enam, eh tujuh aja," ucap Owen lalu menunjukkan notanya. Leo melihat nota itu tertawa pelan. Bisa-bisanya angka enam dicoret jadi tujuh.

Bulan mendekati meja owner dan memberikan jumlah harga cemilan yang mereka pesan. "Bang, nih pesanan cemilannya. Tuan muda yang bayar."

"Tuan muda siapa, Lan?"

Bulan langsung menunjuk orang di sebelahnya. Owen melihat itu hanya ber-oh ria. Tidak heran. Leo menatap keduanya bergantian saat menyadari sedang dibicarakan. Di tangannya sudah dikeluarkan duit merah dengan bersama uang berwarna lainnya.

"Nih, lunas. Jadi, aku akan ke sini terus. Awas, sampai ditagih."

"Iya. Iya. Sip, laku keras warnet abang, nih."

Nathan sudah berdiri di antara keduanya. "Bukannya main malah masih asik di sini. Aku sudah nungguin lama di sana."

Bulan hampir saja melayangkan tinju kalau tidak sadar yang berbicara itu Nathan. Leo langsung mengajak keduanya tanpa basa-basi.

****

"Bisakah kamu bermain dengan baik, Nathan? Kita sudah kalah tiga kali berturut-turut. Padahal aku ingin menamatkan episodenya." Nathan menatap kedua temannya.

"Itu cuman permainan Mario Bros, doang. Kenapa pada marah semua, sih?" Leo tidak peduli dengan pembelaan dari Nathan, ia memulai permainannya lagi. Bulan menatap Nathan dengan mie instannya. Ia juga tidak peduli Nathan berbicara apa, yang dipikirkan cuma makan.

Nathan kembali menatap layar komputernya. "Oh, iya. Bisakah kamu membantuku mendekati Aurora?" tanyanya mendadak. Bahkan komputer itu mati sendiri. Leo yang masih fokus ke layar hanya berdehem.

"Terus?"

"Kok terus, sih?"

"Terus apa? Mau belok? Pacarin aja si Bulan." Bulan yang mendengar itu langsung tersedak. Tidak percaya dengan penuturan Leo. Muka datar Leo beralih ke Bulan yang sedang membersihkan mulutnya.

Stupid Cupid [Terbit✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz