[BAB 4] Dia bukan tipemu

11 7 0
                                    

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Nathan yang tidak bisa berhenti bergerak. Hampir 30 menit, Nathan terlihat seperti cacing kepanasan. Julio yang baru saja membeli sebuah minuman terkejut dengan kedua temannya.

"Ya, ada apa dengannya?" tanya Julio yang kemudian duduk di sebelah Leo. Leo yang merasa ditanya hanya menaikkan bahunya. Ia memilih menghabiskan baksonya daripada harus memperhatikan Nathan.

Julio mengambil garpu dan menusuk satu bakso. Leo melihat itu tersenyum. "Habiskan saja. Aku sudah kenyang."

Julio tertawa pelan membuat Nathan terdiam dan menatap keduanya bergantian. Mata Nathan menyadari sesuatu, Julio sedang memakai hoodie dengan warna senada. Meskipun begitu sepatunya berbeda.

Leo melihat Nathan yang sedang menunduk ke bawah melihat sesuatu terheran. "Apa yang kamu cari?" tanyanya, namun hanya mendapatkan gelengan.

"Oh, kamu yang menguntit Aurora, ya?" tanya seseorang membuat Leo terkejut sampai Julio yang sedang menyeruput kuah bakso tersedak. Nathan dengan tatapan datar ikut terlonjak kaget.

"Astaga, Kaliya! Kamu mengejutkanku." Kaliya cengengesan dan kembali meminum tehnya. Leo merapikan pakaiannya, dan menyadari Julio kepedasan. Ia memberikan gelas es jeruknya kepada Julio.

"Apa kamu menyukai Aurora?"

"Tidak! Aku tidak menguntit nya, tapi mengikutinya dari belakang. Lagi pula aku tidak menyukai dia." Tatapan Kaliya menjadi penasaran karena tidak percaya. Nathan yang mendapat tatapan seperti itu tidak bisa menahan rasa saltingnya.

"Yang dikatakan Aurora benar. Dia pasti tidak suka lelaki seperti Nathan."

Leo mengangguk dan meminta minuman milik Kaliya. Meskipun Kaliya dikenal oleh cewek pemalu, tetapi dia akan mengeluarkan sifatnya yang blak-blakan bersama teman yang sudah dikenalnya.

"Kenapa?" tanya Nathan membuat Leo mengernyit.

"Sadar dirilah. Bagaimana kamu bisa menjadi tipe idealnya jika kamu sendiri ceroboh seperti itu," sahut Kaliya memotong ucapan Leo, namun perkataan Kaliya membuatnya dirangkul oleh Leo.

"Siap, cewek cantik!" Leo langsung melepas rangkulannya setelah spontan mengucapkan kata-katanya tadi. Kaliya yang mendengar itu tidak bisa menutupi pipinya yang merah.

"Malah kalian yang bucin!" Nathan melempar tisu ke arah Leo. Karena tangkisan Leo, tisu itu malah terbang dan masuk ke gelas minuman yang sedang diminum Julio. Saat Julio mendongakkan kepala, Leo dan Kaliya bersamaan menunjuk Nathan.

"Apa-apaan kamu, Nathan? Aku sedang minum seperti ini." Nathan langsung memberikan uang lembar sepuluh ribu rupiah.

"Beli lah minuman baru lagi. Pakai saja uangku." Julio dengan tatapan datarnya segera beranjak dari duduknya. Nathan melihat itu bernapas lega. Setidaknya, Julio tidak akan mengomel panjang kali lebar.

Pandangan Nathan kembali menatap dua sahabatnya yang menjadikannya kambing hitam. "Apa kamu tahu tipe ideal Aurora seperti apa?" tanya Nathan pada Kaliya yang sedang berbagi minuman pada Leo.

Kaliya terlihat berpikir yang sudah menjadi kebiasaannya.

"Yang pasti bukan dirimu. Dan dia belum punya pacar." Ucapan Kaliya membuat Nathan menghentakkan meja membuat Julio yang baru saja duduk terciprat es batu dari minumannya sendiri.

Julio menghela napasnya berulang kali. Entah, hari ini kesialan atau bukan. Ia berharap tidak bertemu Nathan esok hari. Bahkan belasan sepasang mata yang ada di cafe tertuju meja Leo dan teman-temannya.

"Iya, kenapa kamu begitu terkejut seperti itu?" tanya Leo lalu mengelap tetes air yang ada di pipi Kaliya. Pemandangan itu membuat Nathan jengah. Ingin sekali dirinya memasukkan kedua kepala temannya itu ke dalam air.

"Dia kan cewek cantik, bahkan diincar banyak orang. Kenapa dia belum punya pacar? Apa harus dinikahi olehku dulu?"

Leo menyonor kepala Nathan untuk sekian kalinya. Setidaknya hobi baru yang dia dapatkan secara tidak sengaja berkat Nathan itu sendiri.

****

"Tapi, kamu sahabat Aurora, kenapa tidak tahu soal itu?"

"Ya, setidaknya aku tahu dia membencimu. Lelaki yang terlalu lugas untuknya. Bahkan kesan pertamamu saja sudah buruk. Kusarankan menyerahlah. Jangan sakit hati dengan perkataanku tadi. Aku dan Leo akan pergi dulu." Kaliya langsung beranjak dari duduknya dengan menggandeng tangan Leo.

"Aku pergi dulu. Aku sudah ada janji dengannya."

Nathan melihat itu terkejut. "Apa-apaan! Kaliya! Kenapa kamu mengambil Leo dariku. Dia sudah seperti pasangan hidupku."

"Diamlah. Tidak usah dramatis," sahut Julio yang langsung meninggalkan Nathan sendirian di meja. Gelas yang berisikan separuh air ia minum dengan penuh penghayatan.

"Apa kamu mau sate?" tawar Bulan yang sudah duduk di sebelah Nathan. Tangannya mengangkat satu tusuk. Nathan hampir saja terkena serangan jantung.

"Kenapa aku harus ditakdirkan bertemu denganmu terus, sih?" ucap Nathan sambil merebut satu tusuk sate dari piring Bulan. Bulan hanya tertawa kecil sambil menatap temannya yang kelihatannya sedih.

"Apa kamu bukan tipe idealnya Aurora?"

"Bisakah kamu jangan membahas hal seperti itu? Jantung kecilku terasa tersayat."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stupid Cupid [Terbit✓]Where stories live. Discover now