[BAB 8] Lover~

10 5 1
                                    

Semua murid duduk di depan panggung. Suara ricuh bahkan tidak sedikit dari mereka yang membawa makanannya karena sebelum penampilan bakat dimulai, akan ada sesi materi pembelajaran. Para guru memperbolehkan semuanya membawa ke panggung dengan syarat bungkus makanan segera dibuang setelah acara berlangsung.

"Anak-anak, jangan terlalu ribut! Boleh makan. Tapi, jangan berisik."

Juni dan Kaliya mulai menandai tempat duduk mereka. Keduanya disusul oleh Bulan dan Leo yang setuju jika mereka duduk di depan. Julio datang bersama Nathan yang membawa beberapa bungkus wafer. Aurora membawa tujuh botol teh untuk yang lainnya. Sambil menunggu acara dimulai, banyak murid yang tidak hanya makan saja, tetapi juga melakukan permainan kecil bersama kelompoknya masing-masing.

"Juni, di mana kamu membeli ini? Sangat enak." Julio benar-benar tidak bisa berkata apa-apa setelah merasakan cemilan yang dibeli oleh Juni. Juni yang mendengar itu langsung tersenyum ceria.

"Iya, kan. Kamu suka ... ambillah kita makan bersama," ajak Juni mengajak Julio untuk makan cemilan tanpa menghiraukan yang lainnya. Aurora menggelengkan kepalanya, dan berusaha mengambil wafer yang berada di tengah. Namun, bukannya mengambil wafer, ia malah merasakan tangan seseorang.

Nathan dan Aurora sama-sama menatap ketika menyadari tangan mereka bersentuhan. Bulan melihat itu segera menarik wafer yang membuatnya mendapat pukulan di dada.

Leo tertawa melihat Bulan yang tersakiti. Matanya melirik ke arah Kaliya yang susah membuka tutup botol. Dengan cekatan Leo membuka botol dalam sekali tarikan. "Terima kasih."

"Apa kamu ingin punya pacar?" tanya Leo menatap Kaliya begitu dalam.

"Apa? Tidak-tidak! Kamu jangan yang aneh-aneh." Jawaban Kaliya membuat Leo tersenyum. Namun, Leo menghargai dan memilih tidak mengganggunya. Kaliya melihat perlakuan Leo menjadi tersipu malu seperti ikan sapu-sapu.

****

Bu Dewi berdiri dengan beberapa kotak. Permainan belajar bahasa Inggris membuat suasana aula menjadi riuh. Tetapi, itu semua hanyalah murid yang suka menyukai mata pelajaran Bahasa Inggris. Banyak murid yang tertidur, begitu bosan dengan penuturan Bu Dewi yang mengulang-ngulang.

Leo melihat Kaliya yang mengantuk mencoba menggeser, dan menaruh wajah cantik itu tidur di bahu lebarnya. Kaliya tidak bergeming sama sekali. Lelaki itu merasa kasihan melihat Kaliya yang sepertinya ngantuk berat.

"Ada apa dengan Kaliya?" tanya Aurora berbisik membuat Leo yang sedari tadi menatap Kaliya mendongakkan kepalanya ke arah Aurora. Leo hanya mengangguk sebagai jawaban.

Aurora sangat bahagia jika keduanya berpacaran. Ya, begitulah ... keduanya begitu intens saling peka layaknya kekasih, tetapi tidak ada yang mau mengakuinya. Pandangan Aurora kini beralih ke Juni yang sedang membersihkan bungkus cemilan dan memasukkannya ke kantong sampah.

"Dari mana kamu mendapatkan kantong sampah?" tanya Bulan mendahului Aurora yang hendak bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Aku membawanya. Masukkan ke sini." Juni segera mengarahkan kantongnya untuk Leo dan Aurora memasukkan sampah. Suara mikrofon yang berdengung membuat semua orang menatap arah panggung.

Pak Sueb berdiri dan mencoba mencari cara agar mikrofonnya berhenti berdengung. Untungnya Julio yang berada dekat panggung segera memperbaiki di bagian sound system. "Baik. Materi Bahasa Inggris sudah selesai dan sebentar lagi akan menikmati penampilan bakat. Tapi, bapak ingin mengumumkan sesuatu."

"Selama bapak mengawasi kalian, cuma kelompok bagian sini saja yang menjaga kebersihan," ucap Pak Sueb yang menunjuk arah Juni yang sedang berdiri mengambil sampah mereka. Bulan ingin memasukkan sampah terpaku mendengar penuturan pria itu. "Bapak tidak masalah kalian bersenang-senang atau tidur, tapi tetap jaga kebersihan tanpa membuat keributan. Mari beri tepuk tangan kepada mereka." Seketika aula kembali ramai dengan suara tepuk tangan yang meriah.

Stupid Cupid [Terbit✓]Место, где живут истории. Откройте их для себя