[BAB 9] Dia cinta padaku karena kasihan?

13 5 1
                                    

Leo menaruh sumpitnya setelah menghabiskan potongan ayam terakhir di mangkuk mie ayamnya. Matanya menatap bakso Nathan yang mulai dingin. "Kenapa kamu tidak makan?" tanyanya kemudian.

"Apa aku berbuat salah?" tanya balik Nathan yang membuat Leo sepenuhnya memberikan perhatian pada lelaki di depannya.

"Sejak kemah kemarin, Aurora sedikit dingin padaku. Aku berusaha menyapa seperti biasanya, tapi ...." Leo mengangguk mendengar ucapan Nathan yang tertahan.

"Kurasa nggak ada yang berubah dengan Aurora ... dia kan memang dingin seperti itu. Kenapa kamu terlalu berpikir sejauh itu?" ucap Leo membuat Nathan semakin menunduk.

"Tapi, dia berubah pesat. Walaupun dia dingin, setidaknya dia pernah berbicara cukup lama denganku." Ucapan Nathan membuat Leo kembali berpikir.

"Ucapanmu ada benarnya. Mungkin kamu ada kesalahan, tapi menurutku tidak mengapa jika Aurora menolakmu, lagian kamu tidak masalah ... ya kamu bilang sendiri, mungkin efek gugup jadi tidak diterima," bela Leo membuat Nathan kembali menyuap bakso ke mulutnya.

"Pesan makanan yang lain. Baksonya sudah dingin," ucap Leo membuat Nathan menggelengkan kepalanya.

"Kita jam kosong sampai siang. Pesanlah ..."

"Duitku habis."

Jawaban Nathan membuat Leo tertawa kecil. Ia beranjak dari duduknya dan pergi ke kedai bakso. Nathan merasa jengah dan kecewa dengan dirinya sendiri yang mengatakan ingin mandiri. Perkataan Leo pada waktu itu benar-benar terjadi.

"Sudah ... enggak usah sedih. Lagi pula kamu masih ada aku. Kamu bisa saja menyuruhku menemanimu di rumah. Ibuku sering bilang ke aku untuk menemani dirimu, Nathan."

Bukannya tersenyum, Nathan malah ingin menangis kecil tanpa suara. Leo memberikan tisu baru. "Sudahlah malah nangis. Mau jalan-jalan setelah makan?" tawar Leo yang mendapatkan persetujuan dari Nathan itu sendiri.

Tidak sampai 10 menit, bakso pesanan mereka datang dengan es teh. Nathan kebingungan dengan dua mangkuk yang kini berada di meja. "Kenapa ada dua?"

"Buatku. Aku masih lapar. Tidak mungkin aku membiarkanmu makan sendiri," kata Leo mulai memasukkan saos dan sambal ke mangkok. Nathan melihat itu tersenyum dan ikut menyuap kuah bakso ke mulutnya.

Hangatnya kuah membuat Nathan menjadi tenang. Leo ikut tersenyum. Ya, walaupun kata Nathan, Leo lebih tua enam bulan dari dirinya, entah kenapa Nathan selalu menganggap sahabatnya itu seperti kakaknya sendiri.

"Terima kasih ...."

"Buat?"

"Perhatianmu. Aku akan selalu berterima kasih."

"Tidak usah begitu. Kamu membantuku, dan kita sudah dekat sedari dulu."

***

Leo merangkul bahu Julio yang sedang membeli minuman di koperasi sebelah dengan ruang musik. "Kamu membeli minum atau sedang caper dengan pengurus koperasi?" ucap Leo membuat beberapa gadis yang merupakan adik kelas tersipu malu.

"Menurut kalian, Julio ganteng tidak?" tanya Leo membuat Julio memukul bahunya.

"Aduh, iya ...." ucap salah satu gadis di sana dengan malu-malu.

Nathan mendengar ucapan seseorang di ruang musik. Ia penasaran dan mencoba membuka knop pintu. "Suara Aurora?"

"Hentikan! Aku begitu karena kasihan padanya!"

Tangan Nathan terhenti di dekat knop pintu.

"Nathan, apa yang kamu lakukan?!" Leo sedikit teriak membuat pintu ruang musik terbuka cukup tergesa-gesa. Kaliya terkejut dengan penampakan Nathan dengan muka yang sembab.

Aurora melihat itu juga terkejut karena tidak percaya Nathan mendengar ucapannya tadi. "Nathan ...."

Nathan segera berjalan menjauhi ruang musik dan memutuskan pergi ke kelas. Ia tidak menyangka, Aurora yang membantunya yang berusaha dekat dengannya ternyata hanyalah karena kasihan.

"Apa aku begitu menyedihkan sampai mereka terus mengasihaniku," bisik Nathan di kursinya.

Di luar kelas, Leo menyuruh Julio masuk ke kelas dan menemani Nathan. "Kalau ada apa-apa dengan Nathanku. Awas saja, ayam geprek nggak jadi, kamu yang aku geprek," bisik Leo membuat Julio merinding.

Julio segera masuk ke kelas tanpa menatap Leo dan Bulan sedang berjalan ke arah kelasnya. Aurora menatap Leo yang sudah berada di kelas.

"Leo ...."

"Bicaralah sendiri pada Nathan," jawab Leo tanpa mau tahu kelanjutannya.

****

"Selama ini ... aku hanya dikasihani. Aku benar-benar serendah itu kah?" Leo menatap Nathan, ia sengaja tidak menghentikan ocehan lelaki di depannya. Dibiarkannya sampai lega.

"Dan kamu ... apa kamu membelikanku bakso karena kasihan."

"Aku sahabatmu dari SMP, dan aku tahu permasalahanmu ... aku tahu semua rahasiamu, kebiasaanmu. Aku membantumu di saat kamu sendirian. Kamu masih punya aku."

Nathan terdiam, dirinya begitu salah yang tiba-tiba menyalahkan Leo. Suara keroncongan perut Nathan membuat Leo tertawa. "Aku ada mie kuah, mau?"

"Mau, aku juga ada sayur dan telur. Tadi aku membelinya."

"Oh, iya? Baguslah ... tumben kamu membelinya padahal bisa saja bilang ke aku dan aku akan membawakannya."

"Aku tidak ingin merepotkanmu," jawab Nathan mengambil pisau. Leo tersenyum dan mulai menyiapkan semuanya.

Saat Nathan berbalik, mukanya tegang karena tidak sengaja terkena cipratan Leo yang sedang mencuci sawi. "Leo!"

 "Leo!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stupid Cupid [Terbit✓]Where stories live. Discover now