Pertemuan Pertama

63 6 0
                                    

"Um saya pesen Belgium Chocolate Frappuccino dengan ukuran venti satu ya Mbak." Kata Krist saat gilirannya sudah tiba untuk memesan minuman. Penjaga kasir itu tersenyum dan kembali mengulangi semua pesanan Krist tadi, untuk memastikan kalau semuanya sudah sesuai dengan keinginan pelanggannya.

"Satu Belgium Chocolate Frappuccino ukuran venti ya Kak?" Krist mengangguk. "Pesanannya atas nama siapa Kak?"

"Krist."

"Totalnya jadi Rp. 65.000,- Kak. Pembayarannya dengan tunai atau non tunai Kak?"

"Tunai aja Mbak." Penjaga kasir mengangguk dan menunggu Krist yang sedang merogoh saku celananya untuk mencari dompetnya. Tetapi dia tidak menemukan dompetnya di sana.

Krist kembali merogoh saku jaketnya, berharap menemukan uang tunai di dalamnya yang biasa dia selipkan untuk berjaga-jaga. Namun, Krist tidak juga menemukannya.

Panik. Itu yang sekarang Krist rasakan. Dia menatap penjaga kasir yang masih mempertahankan senyumnya.

"Sebentar ya Mbak."

"Kalau Kakak ada member card dan ada saldo bisa pake itu kok untuk pembayarannya, kebetulan kita sedang ada promo loh Kak untuk pembayaran menggunakan member card ." Penjaga kasir itu mencoba untuk memberi solusi pada Krist.

"Oh iya, tunggu ya Mbak saya cek dulu." Dengan cepat Krist mengutak-atik ponselnya dan mencari aplikasi yang dimaksud oleh si penjaga kasir. Tapi sayang, saat terbuka tidak ada saldo yang tersisa di sana. Aplikasi m-bangking miliknya juga sedang bermasalah dan Krist baru saja berencana untuk mengurusnya hari ini.

Krist bingung harus bagaimana, meminta tolong pada kedua kakaknya untuk mengisi saldo juga belum tentu bisa langsung dijawab karena yang dia tahu keduanya sedang ada rapat penting saat ini. Tapi membatalkan pesanannya juga rasanya Krist tidak enak dengan penjaga kasir yang sedang tersenyum kepadanya.

"Gimana Kak?" Tanya sang penjaga kasir lagi karena masih belum mendapat jawaban dari Krist.

"Tunggu ya Mbak, ini masih proses untuk buka aplikasinya." Sang penjaga kasir mengangguk paham, karena memang terkadang di area itu signal sering kali terganggu dan membuat pelanggannya sedikit terhambat dalam membuka aplikasi mereka.

Tanpa Krist sadari kalau kepanikannya sedari tadi menarik perhatian seorang pria yang sedang melihat barisan kue yang ada dalam etalase, di samping kasir.

"Ayo dong, ada yang bales chat aku." Bisik Krist yang tangannya sibuk mengetik sesuatu di ponselnya, berusaha menghubungi kedua kakaknya dan juga kedua sahabatnya.

"Sebelah sini Kakaknya kalau mau pesan." Panggil penjaga kasir yang tadi melayani Krist tapi sudah berpindah ke mesin kasir di sebelahnya. Krist tersentak dan menoleh ke belakang kalau ternyata ada satu orang yang sedang menunggu di belakangnya.

Pria itu mengangguk dan berjalan melewati Krist, membuat Krist sedikit menggeser tubuhnya agar tidak menghalangi pria tadi.

"Pesan apa Kak?" Tanya penjaga kasirnya dengan ramah.

"Americano satu Mbak."

"Ada lagi?"

"Sama tiga Cheese Quiche."

"Untuk makan di sini atau take away?"

"Take away."

"Saya ulangi ya Kak pesanannya, satu Americano dan tiga Cheese Quiche." Pria itu mengangguk. "Ada tambahan lagi Kak?"

"Itu aja Mbak."

"Pesananya atas nama siapa Kak?"

"Singto."

"Totalnya jadi Rp. 154.000,- Kak. Pembayarannya dengan tunai atau non tunai Kak?"

"Non tunai." Pria itu mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya dan memberikannya kepada penjaga kasir.

"Gimana Kak? Sudah bisa?" Tanya penjaga kasir kepada Krist sambil menunggu transaksi milik pria tadi.

"Em Mbak, kayanya saya ngga jadi pesen deh." Kata Krist yang merasa tidak enak pada sang penjaga kasir karena sudah menunggunya cukup lama. "Saldo saya engga cukup dan kebetulan dompet saya juga ketinggalan di mobil." Jelas Krist yang kini harus menanggung malu pada penjaga kasir dan juga pria yang ada di sampingnya.

"Oh begitu ya Kak, tapi pesanannya sudah terlanjur dibuat Kak. Bagaimana ya?" Kata penjaga kasir yang juga bingung harus bagaimana.

"Atau saya boleh ambil dompet saya dulu di mobil ngga ya Mbak, nanti saya balik lagi deh. Gimana?"

"Gimana ya Kak?" penjaga kasir itu juga bingung harus mempercayai Krist atau tidak. Memang jika dilihat dari penampilan Krist, tidak ada tanda-tanda kalau pria itu ingin mengerjainya tetapi dia juga tidak mau mengambil resiko kalau ternyata Krist menipunya.

"Pesanan dia bayar pakai kartu saya aja Mbak sekalian." Pria tadi yang mengerti permasalahan dari Krist memberikan solusi untuk keduanya.

"Eh ngga usah Mas," Tolak Krist yang merasa tidak enak.

"Engga apa-apa. Sayang minumannya udah jadi juga kan?" Krist terdiam. "Pake aja kartu saya Mbak buat bayar pesanan masnya." Ujar pria itu ketika melihat penjaga kasir tadi sempat terdiam karena penolakan Krist. Penjaga kasir itu mengangguk dan melakukan apa yang pria tadi katakan.

"Sudah selesai ya Kak, untuk pesanannya mohon ditunggu. Terima kasih." Kata penjaga kasir itu seraya memberikan kartu milik pria tadi.

Krist berjalan mengikuti pria itu untuk mengambil minumannya yang sudah jadi sedangkan pria itu masih harus menunggu pesanannya. Krist benar-benar merasa malu dengan pria itu.

"Makasih ya Mas." Ucap Krist saat dia mengambil pesanannya.

"Sama-sama." Jawabnya sambil menuliskan pesan di ponselnya tanpa memperhatikan Krist yang masih menatap pria itu dengan perasaan bersalah.

"Um kira-kira Mas masih lama nggak di sini?" Tanya Krist yang masih berniat untuk mengembalikan duit dari pria itu.

"Kenapa memangnya?" Pria itu mengalihkan perhatiannya dari ponsel di tangannya.

"Kalau masih lama, saya mau ambil dompet saya dulu di mobil untuk gantiin duit Mas tadi."

"Eh tidak usah. Saya ikhlas kok."

"Tapi saya ngerasa engga enak."

"Engga apa-apa, anggap aja saya traktir kamu."

"Tapi," kalimat Krist terputus karena pria itu baru saja mendapat panggilan telfon dan terdengar dari jawabannya kalau dia akan segera menemui orang yang menghubunginya tadi.

"Maaf ya saya buru-buru. Untuk minuman kamu engga usah terlalu dipikirkan, saya ikhlas kok." Ucapnya yang segera mengambil pesanannya yang sudah jadi.

"Kalau begitu, lain kali saya yang traktir ya Mas?" Pria itu terdiam sejenak lalu tersenyum dan mengangguk.

"Saya tunggu kalau begitu. Saya duluan ya, Krist." Katanya sebelum pergi dan meninggalkan Krist yang terdiam di tempatnya karena mendengar pria itu mengucapkan namanya dengan sangat lembut.

'Sampai ketemu lagi Mas.' Kata Krist dalam hati ketika dia menyadari pria itu sudah pergi dari hadapannya sebelum Krist menanyakan nama pria itu.







































Hai, aku kembali bawa cerita Serendipity lagi dong tapi dengan tokoh yang berbeda hehehe ...

Bukan cerita baru sih, cuman pemerannya aja yang berbeda. Aku engga tahu ini bakalan ramai atau engga karna kalau kalian bukan penumpang kapal ini terlebih lagi kalian sudah baca book dengan judul yang sama kalian udah tahu pasti sih alurnya kaya gimana. Cuman keputusan aku buat remake cerita ini karena aku lagi kangen aja sih sama mereka berdua terus belum ada ide baru buat bikin cerita kapal sebelah jadi ya sudah. Aku coba aja remake cerita ini hehehe

Segitu dulu aja dari aku ya, enjoy untuk kalian yang baca dan maafkalau aku udah pakai cerita sebelah untuk kisah kapal kesayangan aku yang satuini ...



See you ...

Serendipity (Singto x Krist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang