[BAB 13] Liburan lebih penting

11 4 1
                                    

 Jangan bilang siapa-siapa, ya! Banyak yang bilang pacaran bisa membuat nilai ujian turun. Pagi itu suasana menjadi begitu gersang dan hampa. Tidak ada kehidupan di sana. Tangan dan otak enggan sinkron satu sama lain.

Julio mencoba mencubit jari nya dan merasakan jari mana yang lebih sakit. "Ini dia."

Jari manisnya merasakan sakit, saat ia membalikkan telapak tangan pilihan nya mengarah ke D. Julio menjadi senang mendapatkan jawabannya meskipun ia sendiri tidak tahu pertanyaannya.

Di kelas sebelah, ada Bulan yang sedang menjatuhkan pensilnya sambil tutup mata. Saat merasakan pensil itu berhenti, ia melihat titik yang dibuat. "Jawabannya ini ternyata."

Hampir satu jam lebih semuanya mulai jenuh. Pertanyaan yang diberikan hanya sepuluh soal, entah apa yang merasuki satu sekolah sampai bisa membenci ujian.

"Jika ujian kali ini banyak yang turun, maka satu sekolah akan ada kelas tambahan."

"Kok bisa gitu, pak!" teriak salah satu siswi. Kepala sekolah yang memang mengawasi kelas tersebut hanya menggelengkan kepalanya. Langkah pria tua itu segera mendekati setiap kursi. Tangannya gesit mengambil kertas yang sudah diisi oleh setiap murid.

"Kalian tumben selesai semua."

Kepala sekolah tersenyum kikuk ketika dirinya tidak ada yang menjawab. Dengan lambaian tangan, ia berjalan keluar kelas tanpa ada pamit. Semua murid mendadak menghela napasnya seolah tidak diberikan napas sedari tadi.

****

Mereka berenam duduk melingkar karena kursi ya bundar. Kalau kursi berbentuk kotak, mereka jadi band yang namanya Kotak. Lupakan, itu hanyalah cerita dari Bulan. Kenapa cuma berenam? Karena si Julio sedang memesan bakso untuk mereka.

"Oh, iya, Bu."

Pemilik kedai bakso menghela napasnya ketika Julio mulai berbicara lagi. "Ada apa?"

"Minumannya es teh dua, jus mangga satu, es jeruk empat itu saja." Julio langsung menghilang begitu saja dari hadapan Bu Sukiyem.

Bu Sukiyem ingin sekali melempar spatula yang sedang dipegangnya. Julio dikenal bandel dan suka jahil ke penjual yang ada di kantin sekolah. Julio kembali duduk di sebelah Nathan, tetapi karena kursi yang terlalu licin membuat Nathan memeluk Aurora.

"Ups, aduh, aku mengganggu keromantisan kalian, ya. Maaf deh," ucap Julio sambil tersipu malu. Juni melihat itu memukul bahu Julio kencang.

"Rencana bagus! Nih, ambil." Juni menggeser salah satu potongan bolu gulung ke Julio. Julio tersenyum, tidak lupa membisikkan sesuatu ke Juni. Gadis itu tertawa puas.

"Ide bagus."

"Kalian ada kepikiran mau liburan kemana?" tanya Kaliya yang memberikan pertanyaan waras. Leo memberikan tisu kepada Kaliya yang sedang membersihkan meja. Kaliya melihat itu hanya tersenyum.

"Weh!"

Pukulan Bulan ke meja membuat keenam yang lainnya mendadak terduduk di lantai bersamaan karena terkejut. Bahkan meja sebelah mengalami gempa kecil. Leo melempar tisu yang basah ke wajah Bulan.

"Apa-apaan, Lan!"

"Santai saja dulu. Kenapa kamu seperti kambing birahi." Mendengar jawaban Julio membuat Bulan menatap dengan wajah aneh. Kaliya tertawa terbahak-bahak karena tidak sengaja memotret wajah buruk Julio.

Kaliya menunjukkannya ke Leo. "Print saja, Kaliya. Nanti kita sebarkan."

"Ide bagus, tuh."

Lupakan pasangan yang sedang Hubungan Tanpa Sosial, eh Status.

"Bulan, apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Aurora membuat suasana menjadi dingin seperti kulkas dua pintu milik Nathan. Julio dan Bulan yang sedang saling menatap memilih diam.

Kaliya dan Leo menjadi patuh dan mulai mendengarkan ucapan Aurora. Berbeda dengan Nathan yang bergembira karena baksonya sudah datang. "Baiklah, mari masukkan saus dan sambal. Tanpa sambal bakso ini tidak akan sempurna."

"Aku akan membawa kalian liburan ke bukit di dekat rumah nenekku di Jeju. Bagaimana menurut kalian?"

"Wah, itu sangat menarik. Apalagi masakan orang tua sangat enak. Kita juga bisa membantunya." Ucapan Julio disetujui oleh semuanya. Memang benar masakan kakek nenek adalah yang terbaik. Tidak ada yang bisa membantah resep turun temurun dari petuah.

"Kita bisa berangkat mulai sabtu dan minggu ini, tetapi jumat kita juga liburkan? Kita akan berangkat kamis malamnya." Bulan mulai menyusun jadwal dan mengirimkannya ke grup pesan mereka.

Kaliya yang mengecek itu. "Harganya terjangkau. Kamu pintar memilih jadwal penerbangan yang murah. Kita bisa menghemat uang kalau seperti ini."

"Kamu benar, Kaliya. Kapan lagi kita bisa mendapatkan penerbangan murah."

"Apa duitmu masih ada?" tanya Aurora membuat Nathan terdiam.

Leo tertawa kecil setelah menggigit pentol. "Tenanglah dia akan bersamaku."

Aurora mengangguk sambil memberikan dua baksonya ke mangkuk milik Nathan. Aurora sangat menyukai tahu yang ada di bakso itu, Nathan memilih menyuapkan terlebih dahulu untuk kekasihnya sebelum ditaruh di mangkuk.

"Sebentar ... biar aku bersihkan." Nathan dengan sigap mengambil tisu dan membersihkan sudut bibir Aurora. Aurora tersenyum tipis. Keromantisan mereka berdua membuat yang lain merasa mual.

"Apakah kalian akan seperti ini saat liburan?"

	"Apakah kalian akan seperti ini saat liburan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stupid Cupid [Terbit✓]Where stories live. Discover now