[BAB 14] Peluklah boneka itu seperti kamu memelukku

12 4 0
                                    

Nathan berjalan bersama Leo yang kebetulan Aurora dan Kaliya bersamaan datang dengan mereka. Kaliya menatap jengah pakaian serasi sepasang kekasih itu. Dengan baju biru langit yang sama. Bahkan sampai celana pun bisa senada.

"Apa kamu ingin seperti mereka? Bahkan kita saja sama juga pakai warna merah muda." Kaliya yang mendengar ucapan Leo langsung melirik pakaiannya dan pakaian Leo. Walaupun warna merah muda keduanya sedikit berbeda, tetap saja mereka terlihat berjanji.

"Di mana Juni? tanya Leo kepada Kaliya.

"Dia tadi katanya mau beli cemilan di bandara." Mendengar jawaban Leo, ia melirik ke arah barat daya. Di sana Juni dan seorang cowok berjalan mendekat, di tangannya membawa banyak sekali kantong plastik.

"Apa yang kamu beli?" tanya Aurora yang menerima kantong. Juni tersenyum, dirinya belum bisa menjawab karena sedang menggigit roti sosis yang baru saja dibeli. Leo tersenyum dan membuka kantong itu. Aroma hangat roti menggoda indra penciumannya.

"Terima kasih, Juni. Oh ya, dia siapa?" tanya Leo menunjuk lelaki di belakang Juni. Juni yang baru sadar ada juniornya langsung menarik kedepan.

"Dia? Dia Jonathan, kusuruh menemani aku. Mumpung kita libur karate, jadi kuajak dia." Jonathan tersenyum kikuk dan hanya mengangguk. Ia juga takut akan dihantam oleh seniornya.

"Aku Jonathan, bang."

"Leo," balas Leo dingin membuat Jonathan semakin takut dan berbisik ke Juni. Juni mendengar pernyataan adiknya hanya tertawa nyaring tidak peduli beberapa pasang mata menatap ke arahnya.

Aurora langsung membawa Nathan menjauh ke kedai minuman. "Kamu mau beli ini?" tanya Nathan yang mendapat anggukan dari kekasihnya.

"Apa ada menu rekomendasi?" tanya Aurora membuat pelayan menunjuk ke salah satu nama minuman di sana. Pelayan tadi tersipu melihat pasangan di depan.

"Kalian berpacaran?" tanya Pelayan yang lain dengan apron merah muda.

"Ya, kami berpacaran," jawab Aurora dengan semangat membuat Nathan terdiam tidak percaya dengan nada bicara Aurora. Pelayan tadi segera mencatat pesanan pasangan itu, dan segera membuatkannya.

Aurora yang menyadari Nathan terus menatapnya tersenyum. "Sudah kubilang ... jika kamu mencintaiku, maka aku harus belajar hal yang sama. Jangan menangis. Aku benar-benar mencintaimu."

Nathan mengangguk dan menyeka air matanya. Tidak berselang lama, minuman keduanya sudah dibuat. Nathan melihat itu segera memberikan kartunya mendahulukan tangan Aurora.

"Kamu begitu tulus." Nathan tersenyum ketika kartunya berhasil membayar semua minuman. Aurora ikut tersenyum, tidak menyangka Nathan bisa menghemat demi liburan sekolah.

Bulan sudah tiba sendirian. Nathan menyerngit bingung. Ia merasa bingung. Merasa ada kurang dari mereka semua. "Apa ada yang ketinggalan?" tanyanya membuat Leo menggelengkan kepalanya.

"Ya, teman-teman. Pengumuman sudah terdengar. Angkat koper kalian." Setelah memberitahukan kepada yang lain, Kaliya segera menarik kopernya, namun tangan lain membawa kopernya.

Kaliya melihat Leo membawa kopernya. "Kenapa kamu membawanya?"

"Kamu perempuan. Lebih baik bawakan tas kecilku dan roti kita dijadikan satu saja. Sudah kubilang aku mau jadi pacarmu." Kaliya mengedipkan matanya cepat, tidak bisa mencerna ucapan Leo.

"Apa katamu?"

"Lupakan." Leo menaruh koper milik untuk diperiksa dan dimasukkan ke bagasi pesawat begitu juga dengan koper besar milik Nathan dan Aurora. Kaliya mengangguk mendengar penjelasan Leo mengenai tas ranselnya.

"Baiklah."

"Oh, iya. Jangan kemana-mana. Kita berdekatan duduknya," kata Leo kemudian menggandeng tangan Kaliya dengan lembut membuat Bulan mengedikkan bahu tidak peduli.

Nathan segera mengambil alih tas kecil Aurora. "Sudah?" tanya Nathan.

Aurora tersenyum dan menggandeng tangan Nathan berjalan menuju gerbang pesawat. Juni dan Jonathan terlihat membicarakan pertandingan mereka. Hanya Bulan yang kebingungan harus berbicara dengan siapa.

"Oh, iya ... di mana Julio?" tanyanya tetapi tidak ada yang mendengarnya.

****

"Apa aku datang duluan?" tanya Julio tersenyum lebar. Tidak menyangka akan datang tepat waktu. Ia memutuskan untuk mengecek pesawatnya. Matanya melotot tidak percaya pesawatnya akan segera terbang.

Dengan tergesa, ia berlari menuju gerbang tiket pesawat. Syukurlah pihak pesawat masih menunggunya. "Apa kamu ketiduran lagi?"

Julio tidak menyangka dirinya lah yang terlambat. Bulan menatap tidak suka. "Lebih baik kamu tidak ikut sama sekali."

Perkataan Bulan langsung menembus jantungnya. Kaliya yang melihat itu hanya tertawa kecil dan menerima roti dari Leo.

"Terima kasih, sayang."

Leo tertawa melihat Kaliya refleks menutup mulutnya.

"Sama-sama, sayang."

Muka Kaliya menjadi merah. Tidak menyangka dirinya keceplosan menyukai Leo juga. Leo menggelengkan kepalanya pelan, tangannya memberikan boneka kecil miliknya. "Bawalah. Peluk dia seperti kamu memelukku."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stupid Cupid [Terbit✓]Where stories live. Discover now