bagian 1

53 5 0
                                    

Tiga jam yang lalu kejadian aneh baru saja menimpa dirinya. Sesuatu yang baru ia alami dalam hidupnya. Yang jika diceritakan pada orang lain, maka orang itu tidak akan percaya, yang ada hanya akan menjadi bahan tertawaan belaka.

Bagaimana tidak, begitu ia membuka matanya, ia berada disebuah ranjang berseprei putih berenda disebuah kamar yang tidak terlalu besar dengan sebuah meja rias berada disebelah kiri ranjang itu. Jelas ini bukan kamarnya, bukan pula rumah orang tuanya.

Hanya samar-samar teringat olehnya kejadian sebelum ia berada disini. Tiga jam yang lalu ia masih berdiri diatas tepian kolam renang hendak mengambil kalungnya yang jatuh tenggelam didasar kolam saat ia berenang. Setelah menyelam kedalamnya ia seperti kehilangan kendali untuk naik ke permukaan. Tubuhnya terus ditarik menuju dasar kolam yang sebenarnya hanya sedalam dua setengah meter. Tetapi entah kenapa dasar kolam itu terasa sangat jauh seakan kolam itu sedalam samudera. Setelah itu ia tak ingat apa yang terjadi.

Ia kemudian bangun dari rebahnya. Duduk ditepian ranjang sambil menenangnya diri dengan masih menghamburkan pandangan ke segala sisi ruangan. Mungkin ia tenggelam dan diselamatnya oleh seseorang hingga dibawahnya kerumahnya.

Tiba-tiba daun pintu terbuka perlahan. Dan dari sana muncul sesosok perempuan jawa bertubuh pendek dengan kebaya dan kain sederhana. Ia bersanggul. Kulitnya tak terlalu cokelat dan tampak ia juga terkejut melihat orang yang pingsan tadinya itu sudah bangun dan duduk diranjang.

Segera ia menunduk dan berjalan dengan tubuh yang sedikit membungkuk. Ia mendekat kemudian bersuara.

"Ndoro sudah sadar?"

Gadis yang dipanggil ndoro itu mengerutkan dahinya. Ia tambah bingung lagi dengan kejadian ini. Seumur-umur baru sekali ini ada orang yang memanggil dirinya dengan sebutan ndoro.

"Maaf ndoro jika saya mengganggu ndoro. Mungkin ndoro masih butuh istirahat. Akan saya panggilkan dokter untuk memeriksa."

Sebelum ia pergi, gadis itu buru-buru bertanya.

"Siapa yang kau panggil ndoro?"

Perempuan jawa itu dengan sendirinya mengangkat wajahnya menatap gadis yang menjadi majikannya itu.

"Ndoro putri. Ndoro sendiri." Jawabnya

"Ha? Aku?" Gadis itu menuding pada dirinya

"Sahaya ndoro."

"Tidak, tidak mungkin. Aku bukan ndoro-mu. Lagipula siapa kau? Aku gak kenal maaf."

Perempuan itu mulai bingung dengan gelagat majikannya itu. Keningnya sekarang tidak lagi lurus melainkan terus saja mengkerut. Barangkali kiranya majikannya itu sudah gila dan hilang akal.

"Apa ndoro tidak lagi mengenali sahaya?"

"Tidak. Ini dimana? Dimana aku? Kenapa aku ada disini?" Tanyanya dengan bingung

"Ampun ndoro, ini kesalahan sahaya. Belum lama tadi ndoro jatuh ke danau dan tenggelam. Setelah diselamatkan ke darat ndoro sudah pingsan dan terminum banyak air danau."

"Karena itulah aku dibawah kesini?"

"Sahaya ndoro. Beribu maaf, kejadian itu adalah kesalahan sahaya. Sahaya lalai dalam menjaga keselamatan ndoro."

Ia tak peduli dengan omongan babu perempuan ini. Semua seperti tak masuk akal olehnya. Sepertinya ia telah bermimpi menjadi seorang priayi jawa. Semestinya sekarang ia tak berada disini melainkan dipelataran kampusnya untuk sekedar duduk-duduk didepan laptop.

Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil menutup mata, sesekali ia tampar keras-keras kedua pipinya, namun ia benar-benar tak bermimpi, ia sedang berada dialam nyata. Babu itu nampak bingung dengan kelakuan majikannya yang tiba-tiba menjadi sangat pelupa bahkan pada dirinya.

GayatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang