SATU

590 22 2
                                    

Pagi ini cuaca Jakarta mendukung buat bermalas-malasan di kamar, tapi kalo gue memutuskan buat malas-malasan hari ini kemungkinan besar gue bisa kena marah sama atasan gue.

Kenalin, gue Nadyla Pramoedya Bestari. Gue karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta. Hidup sendirian di kota besar tanpa kedua orang tua, ya bisa dibilang sebatang kara. Gue tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah pinggir Jakarta, rumah ini peninggalan Ayah. Setelah Ayah dan Ibu meninggal gue tinggal disini sendiri.

Hidup di Jakarta sendirian gak terlalu buruk karena kota ini gak pernah sepi menurut gue. Ya, walaupun gak bohong juga gue sering ngerasa kesepian karena gue gak punya keluarga deket yang bisa dijadiin temen curhat. Keluarga besar ayah dan ibu semuanya ada di luar Jakarta, keluarga ayah kebanyakan ada di Malang sedangkan keluarga ibu lebih banyak di Surabaya. Iya, gue orang Jawa, mentok.

"Nadyla!" 

Gue baru aja turun dari bus transjakarta dan ngeliat Gavin yang juga baru turun dari bus yang ada dibelakang bus gue tadi. Gavin ini salah satu temen gue di kantor, kita ada di divisi yang sama cuma beda tim. Gue lumayan deket sama Gavin, biasanya kita suka makan siang bareng.

"Hai Vin! Tumben naik bus, motor lo kemana?" Gavin biasanya berangkat ke kantor naik motor vespa matic hitam kesayangannya. 

"Lagi di bengkel, biasa minta jajan." Katanya.

Kita akhirnya jalan bareng masuk ke area kantor. jarak kantor gue dari halte bus gak jauh kita cuma butuh jalan lima menit.

"Nanti siang gue ada meeting sama klien di luar, tim lo yang ikut siapa aja?" Tanya Gavin.

"Paling cuma Mas Dirga sama Gio, meeting sama klien yang minggu lalu kan?" 

Gavin ngangguk, "Padahal gue mau ajak lo makan siang bareng, kata tiktok ada tempat makan baru di deket kantor kita, katanya enak dan paling penting murah!"

Gue ketawa denger ucapan Gavin, dia ini anaknya update banget. Segala sesuatu baru yang ada di internet dia udah pasti tau. Kalo lagi di kantor dia juga sering ngajak temen-temen yang lain buat bikin vidio tiktok gitu, ya cukup menghibur sih kalo lagi pusing sama kerjaan.

"Besok aja, lo besok gak ada jadwal meeting di luar kan?" Tanya gue.

"Harusnya sih gak ada ya, tapi gak tau deh. Lo tau sendiri Mba Pamela suka tiba-tiba ada meeting dadakan." Mba Pamela ini atasan kita, dia ketua divisi.

"Berdoa aja semoga gak ada supaya lo gak fomo." Ledek gue.

Setelah lima menit jalan kaki akhirnya kita sampe juga di area kantor, kita masih harus naik lift ke lantai dua puluh empat. Gedung kantor gue ini besar dan ada di kawasan elit Jakarta. Pagi ini suasana di depan lift gak terlalu ramai, kayaknya lumayan banyak karyawan yang telat karena sekarang udah jam delapan lewat lima puluh, jam masuk kantor gue itu jam sembilan.

Kita masuk lift bareng karyawan yang lain, lift kalo pagi-pagi gini wangi banget sama parfum, gue suka. Akhirnya pintu lift terbuka di lantai dua puluh empat, gue sama Gavin keluar lift dan langsung menuju meja kerja masing-masing. Di barisan meja tim gue udah ada Gio sama Mario yang udah sibuk sama laptop masing-masing. 

Oke, biar gue jelasin. Jadi divisi gue ini dibagi menjadi tiga tim. tim pertama itu tim nya Gavin, disana ada tiga orang. Tim kedua itu tim gue, isinya cuma ada empat orang termasuk kepala tim, dan gue satu-satunya perempuan di tim ini. Ketiga ada tim nya Adnan, disana ada tiga orang.

"Gio, nanti ikut meeting sama Mas Dirga gak?" Tanya gue.

"Ikut Kak Nad, nanti gue minta tolong lo handle beberapa berkas yang diminta sama Pak Sanjaya minggu kemarin ya, gue udah ngumpulin beberapa kok nanti sisanya lo bisa tanya sama Mario atau Rumi." Kata Gio.

Written in The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang