05-Firasat

866 114 32
                                    

Jev datang ke rumah Satya di Minggu pagi bersama motornya. Ia sudah menjanjikan agenda sunday morning ride dengan si kembar, tetapi mungkin tidak akan berjalan mulus seperti yang bocah-bocah itu pikirkan. Jev datang membawa sebuah kabar yang kurang mengenakkan.

Setelah memarkirkan motor, Jev segera memasuki rumah. Ia mendapati keberadaan Tari di dapur dan memilih untuk menghampirinya.

"Mbak?"

Tari yang sedang menyiapkan menu makan pagi bersama Bi Ais langsung menoleh ke belakang. Ia keluar dari dapur saat Jev memberinya isyarat untuk mendekat.

"Masih pada siap-siap kayaknya, Jev. Kamu makan dulu aja gih, udah selesai kok masaknya." Tari sudah hendak mendorong Jev menuju meja makan, tetapi gerakannya terhenti saat melihat sang suami datang dari lantai atas dengan langkah buru-buru.

"Gimana, Jev? Kamu dapet info apa?" tanya Satya begitu sampai di hadapan Jev dan Tari. Beberapa waktu lalu, Jev memang sempat mengirimkan pesan padanya bahwa ada kabar yang kurang mengenakkan.

Jev membawa sepasang suami istri itu untuk sedikit menyingkir dari dapur. Ia menoleh ke kanan-kiri, memastikan jika hanya dua orang itu yang mendengar. Saat ini, ia tidak bisa sepenuhnya mempercayai orang-orang termasuk pekerja di rumah Satya.

"Kenapa, sih? Jangan pada bikin deg-degan, deh." Tari sudah merasa tidak karuan. Sikap kedua pria di hadapannya yang menyiratkan kewaspadaan, benar-benar membuat jantung Tari berdegup lebih kencang.

"Tadi aku dapet info dari bengkel, katanya rem blong kemarin kemungkinan besar emang ada unsur kesengajaan. Saluran minyak remnya putus dan akhirnya bocor, terus bentuk potongannya kayak emang sengaja dipotong pakai benda tajam. Yang bikin makin yakin ...."

Jev mengeluarkan sebuah benda berukuran kecil dari dalam tas yang ia bawa. Pria itu menyerahkannya pada Satya. "Mereka juga nemuin GPS tracker. Sayangnya udah agak hancur dan nggak konek. Aku yakin ada orang jail yang sengaja cari gara-gara, Bang."

Mendengar penjelasan Jev, Tari semakin uring-uringan. "Kenapa harus di mobil itu? Mobil itu kan cuma buat anter-jemput anak-anak. Masa iya mereka ngincer anak-anak? Kok jadi serem gini sih ah."

Satya mengusap punggung istrinya, berusaha menenangkan. "Nanti kita coba cari orangnya. Mobil itu paling cuma singgah si beberapa tempat aja, kan? Pasti orang itu ngelakuinnya pas lagi di luar, nanti coba dilacak di tempat-tempat tertentu. Barangkali aksinya ketangkep CCTV."

"Om Jevvvv ...."

Ketiga orang dewasa itu langsung terkesiap mendengar teriakan Ghazy dari arah tangga. Mereka dapat melihat si kembar yang berlari turun dengan penampilan rapi dan tas di punggung masing-masing. Jangan lupakan juga wajah-wajah berseri yang siap untuk berlibur.

"Yey, kita udah siap nih. Berangkat kapan, Om, Ayah?" tanya Ghazy dengan mata berbinar menatap om dan ayahnya secara bergantian.

"Iya, ayo kita berangkat. Nanti kalo kesiangan bukan sunmori lagi dong namanya?" Ghava tak kalah antusias. Ia dan Ghazy sudah sangat menantikan liburan mereka ke puncak.

Satya mengulas senyum, mengambil bagian untuk menjelaskan suatu hal pada anak-anaknya. Melihat kondisi saat ini, rasanya berlibur cukup jauh bukanlah pilihan yang tepat. Ia takut jika di jalan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Eum ... kita tunda dulu ya liburannya?" ucap Satya dengan hati-hati. Ia langsung melihat ekspresi anak-anaknya yang berubah drastis.

"Lagi??? Kan minggu kemarin sama kemarinnya lagi udah ditunda, Yah. Masa ditunda lagi? Ini kita udah siap loh." Ghazy langsung mengomel. Ia seketika merasa badmood. Padahal minggu lalu juga sudah ditunda, kali ini pun harus kembali ditunda. Anak itu sedikit kecewa karena lagi-lagi sang ayah mengingkari janji.

How to Say "Goodbye"?✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora