[BAB 17] Aku milikmu. Apa masih cemburu?

6 4 3
                                    

Aku milikmu. Apa masih  cemburu?

Hampir dua jam berpetualang di dunia dapur. Masakan yang ditunggu-tunggu akhirnya bisa disantap bersama-sama. Bona mulai terlebih dahulu karena yang lebih tau di antara semuanya. "Makanlah."

Julio dan Jonathan saling berbagi tempe. Walaupun asin karena yang masak Jonathan, tetapi jika dicampur dengan nasi akan terasa lezat. Bulan berbincang dengan kakaknya.

Kedua orang tua Bulan masih belum pulang, ada kemungkin esok hari akan kembali. Bona sendiri tidak mengerti dengan orang tuanya yang selalu mengubah rencana. Kaliya terlihat kesusahan untuk mengambil sepotong ayam karena masih panas.

Leo dengan sigap mengambil alih tangan Kaliya. "Awas sayang masih panas."

Setelah daging itu sudah terlepas, Leo langsung meniupkannya sebelum disuapkan ke mulut kekasihnya. Kaliya tersenyum dan menyantapnya dengan puas. Nathan menjadi terdiam, ia melirik Aurora yang begitu serius dengan makanannya sendiri.

Namun, saat Aurora menatap dirinya, Nathan refleks menyeka sebutir nasi yang tertempel di ujung bibir Aurora. "Ada nasi di bibirmu."

Aurora hanya tersenyum ketika kekasihnya mencoba berbuat manis. "Apa kalian mau minum lagi?" tanya Kaliya yang melihat teko besar dibawakan oleh pembantu untuk mereka.

Pasangan kekasih itu mengangguk bersamaan membuat Leo tertawa kecil. Gerakan Kaliya terhenti ketika melihat tangan Juni yang muncul seketika mencuri dua potong tahu. Juni menarik perhatian empat pasang mata yang mengarah ke arahnya.

Piring Juni terlihat sudah menggunung, dan itu adalah sendok ke limanya. Jonathan menggelengkan kepalanya melihat porsi makan seniornya itu. "Kenapa kalian menatapku? Aku makan banyak tapi badanku tidak bisa gendut."

Kaliya tertawa kecil dengan antusias Juni yang begitu lahap. Mereka bersyukur punya teman seperti Juni yang tidak memilih makanan dan apa adanya dengan rezeki yang sudah diberi sekarang. Bona menatap Juni dengan tatapan yang sulit ditebak.

"Oh, iya. Yang masih makan itu yang cuci semua ini." Sontak semua orang yang baru saja menghabiskan makanannya, merapikan dan segera beranjak dari duduknya.

"Kaliya kita cuci tangan di kamar mandi aja," ajak Leo setelah melihat wastafel dapur dipakai oleh Nathan dan Aurora.

Bona masih menyantap makanan. Gigitan terakhir membuat Juni meringis. Yang lebih tua meninggalkan Juni yang masih makan bersama Bulan dan Julio. "Kalian cuci ini semua, ya."

Bulan dan Julio mengiyakan ucapan kakaknya, berbeda dengan Juni yang menjadi takut. Ia melirik ke satu meja penuh. Benar-benar banyak sekali. Kaliya menerima tisu dari Leo dan melirik ke Juni. "Semangat," ucap Kaliya tanpa suara.

Leo menarik Kaliya. "Kaliya ...."

Sebuah kursi besi di dekat air mancur dengan pemandangan cukup indah. Keduanya duduk dengan merasakan udara yang sejuk. "Soal ucapanku yang selalu memintamu menjadi pacarku sebenarnya aku memang sudah menyukaimu."

"Aku tidak pernah berbohong soal itu."

Kaliya menatap Leo dengan tatapan yang sendu. Ia tidak menyadari semua itu. Kaliya hanya takut apa yang dikatakan Leo hanyalah sebuah candaan semata agar keduanya tidak begitu canggung saat berinteraksi.

Kaliya juga takut nantinya jika dirinya menerima itu, Leo menganggap semuanya berupa kiasan yang tidak penting. Terlebih lagi, Leo bisa saja jahil. "Maaf ... sebenarnya aku ragu. Kukira kamu tidak seserius itu mengatakannya."

"Tapi karena kamu menunjukkan semua itu kepadaku. Aku merasa kamu beneran dengan semua ucapan di sana." Leo memeluk Kaliya erat. Ia tidak ingin melepaskan kesempatan ini.

"Kamu adalah crush yang selalu aku lihat. Terkadang aku cemburu jika dirimu berada dekat orang lain."

"Sekarang kamu milikmu. Apa masih cemburu?"

 Apa masih cemburu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stupid Cupid [Terbit✓]Where stories live. Discover now