Who

78 9 0
                                    

Seorang pemuda bertubuh tinggi sedang berada di bukit menatap bulan, juga menunggu seseorang. Mereka berdua sudah berjanji akan bertemu di malam bulan mencapai bulan purnama namun belum sempurna

"Menungguku?"

Ia berbalik menatap seseorang yang berbadan kekar, orang itu mengeluarkan bau khas Chocolat and Caramel dari tubuhnya. Dengan langkah pelan, ia berjalan mendekatinya lalu berucap

"Aku hanya ingin bertanya, apa kau serius tentang perang ini?"

Pemuda di hadapannya terkekeh sambil memalingkan wajahnya lalu kembali menatapnya. "Kalaupun aku tidak serius tentang terjadinya perang ini, apa yang bisa aku perbuat? Kita memang sudah ditakdirkan untuk bermusuhan, bukannya berteman. Meski aku tahu, beberapa dari orang kita berteman, tapi itu tidak bisa merubah apapun."

Juyeon tersenyum lalu membalas, "Ralat, kau lupa kalau kita juga berteman Choi San? Kau sudah melupakan hal itu?"

"Itu dulu, sebelum kalian hampir membunuh orang yang sangat aku cintai." Mata San berkilat marah, tapi ia tersenyum remeh. "Bukan hampir, tapi kalian memang sudah membunuhnya. Untung saja nyawanya bisa terselamatkan setelah koma selama tiga bulan."

"Itu sebuah ketidaksengajaan yang dilakukan oleh beberapa vampire, bukan aku yang melakukannya. Lagipula bukankah wajar jika kami menyerangnya, dia masuk ke arena secara tiba-tiba tanpa persiapan apapun?" Ucap Juyeon membela apa yang menurutnya benar

"Dia tidak masuk ke arena." Ucap San dengan penuh penekanan. "Bagaimana bisa kau berkata kalau dia masuk ke arena, sementara dia berada di pinggir jurang, Lee Juyeon? Apa kau sudah tidak waras, hah? Dia berada di pinggir jurang, ada beberapa beta yang menjaganya, fokus mereka teralihkan dengan serangan tiba-tiba dari para vampire, lalu tiba-tiba saja Minho datang dan menyerang Luna kami hingga kepalanya bocor, kemudian datang lagi yang bernama Chris itu memukulinya bahkan menyayat lehernya dengan cakarnya hingga membuatnya meninggal di tempat."

San mendekat pada Juyeon dan mencengkram kerahnya. "Dan kau masih bisa berkata bahwa itu sebuah hal yang wajar?! Bukankah sudah menjadi kesepakatan dua bangsa agar tidak menyerang yang berada di pinggir jurang? Bukankah sudah menjadi peraturannya untuk tidak menyerang siapapun yang berada di pinggir jurang, Lee Juyeon?! Jawab aku! Jawab! Jangan diam saja."

Juyeon menutup matanya dan memalingkan wajahnya ketika San berkata tepat di depan wajahnya. Bagaimana bisa setelah 20 tahun, ia baru mengetahui kronologi kejadian yang sebenarnya? Bagaimana bisa ia tidak mencium kebohongan dari anak buahnya sendiri

"Kalau kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan, tanya saja pada para beta yang melindunginya. Dua dari mereka masih hidup sampai sekarang." San melepaskan cengkeramannya dan pergi begitu saja dari sana meninggalkan Juyeon yang termenung sendirian

•••

"Kami tidak berbohong, sungguh! Omega itu tiba-tiba masuk kedalam arena tanpa perlindungan apapun!"

Juyeon menutup matanya mencoba menahan emosi mendengar pembelaan diri dari dua anak buahnya yang kini sedang berlutut di kakinya

Kejadian ini disaksikan oleh semua vampire yang masih hidup dari peperangan 20 tahun lalu. Termasuk Sangyeon yang memimpin perang yang terjadi 20 tahun lalu. Ia bingung harus bagaimana, karena ia tidak tahu yang mana yang benar

"Juyeon, tenanglah dulu dan coba dengarkan penjelasan mereka, oke?" Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Sangyeon untuk menenangkan Juyeon, sementara itu Younghoon berada di samping Juyeon dan menatap tajam Sangyeon membuat yang di tatap kebingungan

"Apa kau akan percaya dengan para serigala itu? Kau mau menjadi penghianat kami?" Chris yang merasa di pojokan langsung menyerang Juyeon yang kini menatapnya nyalang

𝐖𝐎𝐋𝐅𝐆𝐀𝐍𝐆 [𝑨𝑻𝑬𝑬𝒁]Where stories live. Discover now