03. Rusak; penuh Risak

353 138 65
                                    

-ˋˏ ༻✿༺ ˎˊ-

Ikon ':::' ditandai sebagai flashback.

Cakra pernah berkata; jika hidup tanpa adanya permasalahan, tidak bisa dinamakan kehidupan. Sama layaknya sekuntum bunga mawar hitam—indah dipandang mata, namun punya arti sedalam lautan.

Kini dunia telah merotasi, melalui hari-hari pelik disertai beribu kalimat asing. Rasanya setiap kali mengambil nafas, ada saja hal-hal menyakitkan yang diharapkan tidak datang. Dan itu membuat Heno muak akan kelanjutan kisah hidup membosankan. Soal pelaku tabrak lari—kepolisian masih belum menemukan setelah 1 bulan. Melirik kondisi Cakra yang masih terpejam, Heno berdoa agar pelaku cepat ditemukan sebelum Cakra benar-benar sadar.

Dia sama sekali tak ingin sang adik kecewa, sebab selama ini—hanya Cakra satu-satunya manusia yang bisa membuatnya bahagia dalam kesederhanaan.

"Maaf, Cakra. Semesta masih belum bisa merestui aku untuk menjadi seorang kakak. Mereka lebih tau, siapa yang berhak. Mereka tau, semenjak aku ada, Ayahmu berpaling dari segala beban yang menimpa. Jikalau takdir bisa diubah, aku lebih ingin kau bahagia di dunia maupun surga daripada mengorbankan apapun yang ada untuk aku seorang."

:::

"Kenapa Ayah bisa seenaknya membuang sepatuku yang jelas-jelas masih bagus? Dan kenapa Ayah malah membelikan Kakak sepatu baru? Aku hanya dianggap debu?"

:::

Sampai sekarang—Heno tidak bisa melupakan hari itu. Hari tepat dimana Cakra berulang tahun. Namun bukannya mendapat hadiah dan ucapan panjang umur, malahan mendapati perlakuan buruk. Hingga semalaman Heno hanya memikirkan bagaimana perasaan Cakra setelah itu. Kala esoknya ia bertanya-Heno dikejutkan oleh raut datar dari adik (sambung)-nya, seolah kemarin tak terjadi apapun.

Dapat disimpulkan, bahwa lelaki berumur hampir kepala dua itu sudah biasa akan kejadian sepele yang dibesarkan. Memang pada dasarnya Cakra dilahirkan sebagai anak kuat, karena mampu menampung beban sendirian tanpa adanya bantuan. Walau tunggal, Cakra tak pernah sekalipun mendapatkan peran Ayah—seperti; jarang kata semangat terlontar, apalagi memberi pelukan hangat.

Anak penuh ambisi untuk memenangkan perlombaan seni, namun perlahan-lahan tertutup oleh kemauan orangtua sendiri. Haris ingin melukis cukup menjadi hobi—sisanya persiapan untuk meraih juara olimpiade sains.

Ting!

Sebuah notifikasi tak asing berasal dari benda pipih yang senantiasa Heno genggam berdenting singkat, muncul dengan pop-up dan nama kontak yang tertera—Ayah.

Sebuah notifikasi tak asing berasal dari benda pipih yang senantiasa Heno genggam berdenting singkat, muncul dengan pop-up dan nama kontak yang tertera—Ayah

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
𝐓emaram | ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt