RAKA

70 66 0
                                    

Raka adalah seorang penulis puisi yang tinggal di Jakarta. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan satu-satunya yang menunjukkan minat dalam menulis sejak kecil. Ayahnya adalah seorang penulis terkenal, dan Raka selalu terinspirasi oleh kisah-kisah yang ayahnya tulis.

Namun, Raka lebih suka menulis puisi, menciptakan gambaran emosional dan puitis tentang dunia di sekitarnya. Dia merasa perlu tantangan baru dan ingin mencoba menulis puisi dengan tema yang berbeda, sesuatu yang lebih gelap dan misterius.

Raka kemudian pindah ke sebuah apartemen di tengah kota yang ramai. Di sana, dia bertemu dengan Luna, seorang gadis cantik dan misterius yang tinggal di sebelah apartemennya. Raka terpesona oleh Luna dan mulai menulis puisi tentang gadis misterius itu.

Pada balik bayangan senyumanmu. Aku menatap secarik tanya.
Lalu kini kamu ada isi kepala kala aku tak ada di dunia.
Juga kamu adalah gambaran-gambaran lamunan, kala sunyi dan sepi sedang mendekapku ....

Namun, setiap kali Raka menulis puisi untuk Luna, dia merasa ada yang sedang menatapnya dari belakang.
Dia merasa takut, tetapi tidak tahu harus takut pada apa. Dia mencoba mengabaikannya dan fokus pada puisinya, tetapi perasaan dilihat terus menghantuinya.

Suatu hari, Raka sedang duduk di meja tulisnya, berusaha menemukan kata-kata yang tepat untuk puisi terbarunya tentang Luna. Tiba-tiba, dia merasa kembali ada yang menatapnya dari belakang. Dengan kegundahan yang tak karuan, akhirnya Raka memutuskan untuk berbalik, Dia berbalik dan melihat ke arah pintu. Begitu terkejutnya dia ketika melihat Luna berdiri di samping pintu itu.

"Luna?" Raka terkejut. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Luna hanya tersenyum, tidak menjawab. Raka merasa tidak nyaman, tetapi dia mencoba untuk menyembunyikannya. "Apakah kamu ingin duduk?" tawar Raka.

Luna mengangguk dan duduk di sebelah Raka. Entah apa yang ada dalam kepala Raka kala itu. Tanpa mempertanyakan sebab, Mereka malah berbicara tentang berbagai hal, dari cuaca hingga puisi terbaru Raka. Luna selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, namun jarang berbicara tentang dirinya.

Kenyamanan ketika didengarkan membuat Raka hanyut dalam perbincangan. Bahkan banyak puisi yang ia tulis kala berdua dengan luna.

Beberapa hari kemudian, setalah Banyaknya puisi yang Raka siapkan. Ia berencana menerbitkannya dan membawa sempelnya ke seorang temannya yang kebetulan adalah seorang yang bekerja di perusahan penerbitan buku. Raka bertemu dengan Bima  Raka menceritakan tentang Luna dan bagaimana gadis itu telah menginspirasi puisi-puisinya.

"Kau harus bertemu dengannya, Bima," kata Raka. "Dia sangat menarik." Ucap Raka kembali menegaskan ke Bima.

Namun, ketika Raka memperkenalkan Luna kepada Bima, Bima tampak bingung. "Luna? Siapa Luna?" tanya Bima.

Raka menunjuk ke arah Luna, tetapi Bima hanya melihat ruangan kosong. Raka terkejut. Dia menoleh ke Luna, yang masih berdiri di sana dengan senyumnya yang misterius.

"loe bicara apa sih Ka. gak ada siapa siapa di ini. Bahkan ini apartemen loe kaya gak ada kehidupan sama sekali."

Bima merasa keanehan terhadap Raka. Dia berfikir apa Raka di ganggu mahluk halus yang menyukainya. Mengingat apartemennya yg sangat kumuh dan gelap walau di tengah kota.

Raka bersikeras bahwa ada Luna di depannya. Hingga akhirnya ia melihat Luna pergi meninggalkan mereka dengan wajah yang marah.

"Tuh kan bim, dia cabut. Gara-gara elu nih." Raka marah terhadap sifat temannya itu.
Namun bima semakin bersikeras bahwa memang semua itu tak ada.

"Ka, kayanya kita perlu ke ustadz deh." Ucap bima yang merasa temannya sedang di ganggu seorang hantu

******

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RakaWhere stories live. Discover now