first; rainy day

29 5 0
                                    

Hujan. Turun hujan deras. Sial. Ethan tau ini sudah masuk musim hujan, tapi kenapa dia bisa lupa bawa payung?

Dia duduk merenung di kursinya mengutuk dirinya sendiri selama hampir satu menit penuh. Hujan seperti ini biasanya tahan lama.

Ethan tidak pernah suka hujan, sejak kecil dia akan langsung terkapar di kasur dengan suhu tubuh tinggi kalau main hujan-hujanan.

Sebenarnya rumahnya cukup dekat, dia biasa pulang jalan kaki, tapi meskipun kalau dia tidak menghiraukan fakta bahwa dia akan langsung demam setelah menerobos hujan, dia juga tidak bisa mengambil resiko buku buku catatannya basah kuyup, besok ada tes harian dan Ethan adalah orang yang tidak bisa kalau tidak belajar dengan sistem kebut semalam.

Tidak mungkin dia menelpon orang tua nya untuk minta dijemput, Ethan tau betul kedua orang tua nya itu sibuk bahkan sampai malam hari. Dia tidak ingin merepotkan mereka.

Lagipula, kalau ibunya tau dia lupa bawa payung, yang jelas dia hanya akan diomeli habis habisan, bahkan ayahnya tidak bisa membantu.

Opsi kedua; beli payung di koperasi sekolah. Itu juga tidak bisa karena Ethan juga lupa bawa uang saku. Mungkin Ethan memang seharusnya minum vitamin yang dibelikan ibunya biar tidak cepat pikun. Untungnya dia tidak lupa bawa bekal, setidaknya dia tidak kelaparan lagi hari ini.

Opsi ketiga; eh, tidak ada opsi ketiga. Tidak ada satupun Bis yang melewati jalur ke rumahnya.

Dia juga tidak punya teman untuk ditumpangi, Clancy sedang sibuk dengan tugas ekskulnya dan selalu pulang dengan teman-teman yang tidak begitu Ethan kenali.

Sepertinya Ethan akan pasrah dengan Opsi terakhir; menunggu hujan reda. Kucingnya harus menunggu sebentar hari ini.

Ethan akhirnya bangun dari kursinya bergerak menuju pintu keluar kelas, koridor sudah sepi dan agak gelap karena hujan, lampu redup juga tidak membantu. Berjalan menuruni tangga terasa agak melelahkan.

Kelasnya ada di lantai tiga, untuk sampai ke halte sekolah dia akan lewat ruangan gym di lantai satu yang seharusnya masih ramai digunakan oleh ekskul sepak bola.

Bukan jalan tercepat sebenarnya, tapi setidaknya dia bisa melihat crush nya yang sedang latihan di ruang gym. Sedikit usaha untuk si dia, bukankah semua orang melakukannya?

Lantai dua masih dipakai beberapa orang di koridor dan ruangan fotografi ekskul Clancy, tapi memang agak lebih mengerikan saat gelap, lampu di ujung koridor berkedip kedip dan salah satu lampu mati, bohlam nya pecah.

Ethan ingat itu adalah ulah anak kelas tiga yang memang agak bermasalah, Karl Heisenberg, Urias, dan teman teman geng nya. Mereka bermain badminton di koridor dan bola kok-nya melambung menabrak bohlam malang itu sampai pecah. Kejadiannya sudah hampir seminggu yang lalu tapi entah kenapa lampunya belum diganti juga. Bukan berarti Ethan peduli.

Lantai satu seperti dugaan Ethan, masih ramai karena sebagian besar ruangan ekskul dan fasilitas lainnya ada di lantai satu. Walaupun kebanyakan orang sudah pulang tapi masih ada beberapa yang menunggu hujan reda.

Ruang gym pun sama, sedang dipakai oleh ekskul sepak bola. Ethan menyempatkan diri untuk mengintip sedikit kedalam. Tapi belum sempat mengintip, Ethan tertabrak orang yang sedang berlari keluar dari ruangan gym.

Rasanya seperti menabrak dinding beton. Ethan hampir ingin mengumpat, tapi pikirannya itu dihentikan oleh suara yang dikenali Ethan, yang berasal dari orang yang menabraknya.

"Astaga maaf, maaf sekali aku tidak lihat kau tidak apa-apa?" Dia terdengar terburu-buru, Ethan baru akan membuka suara tapi dia mendengar suara perempuan dari seberang telepon pria itu, Ethan tidak mendengarkan dengan baik, tapi dia bisa mendengar kalau perempuan itu sedang marah-marah.

rainy day; a winterfield auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang