IF 8

6.3K 558 37
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading

.

.

.


Bagaimana keadaannya! Bagaimana jalannya! Semua akan berjalan dengan kehendak takdir. Akan selalu ada penyesalan di setiap langkahnya, sampai nanti dan entah akan berakhir sampai kapan.

Dengan raut panik dengan tangan yang bergetar, Luxio meninggalkan rapat pentingnya saat mendapatkan telpon dari sang kakak ipar, Kiara bahwa istri dan anaknya mengalami peristiwa yang sangat menakutkan dalam hidup pria itu, kecelakaan.

Raut sedih, khawatir dan akan rasa kecewa tak bisa Luxio tutupi dengan wajah datarnya dari para karyawan yang berlalu lalang dihadapannya, memberikan rasa heran dalam benak mereka 'apa yang tengah terjadi dengan boss besarnya?' namun mereka tetap diam enggan bertanya, takut jika kepala mereka terlepas dari tubuh dalam sekejap mata.

"Tuan, mari saya antar." Sang supir yang biasa mengantarkan dan menunggu saat boss bekerja menghentikan pergerakannya dan memilih untuk mundur akan pergerakan gesit tuan mudanya.

"Tidak usah pak, saya akan kesana sendiri. Anda bisa menumpang dengan mobil bodyguard yang masih berada disini"

"Baik tuan muda" sang supir membungkukkan tubuhnya 90° akan perintah tuannya dan membiarkan Luxio mengendarai mobil itu sendiri, pria payuh baya itu berharap jika nona muda dan putra kecilnya diberikan kesembuhan akan musibah yang menimpa mereka.

Dalam hatinya, Luxio selalu memohon ampun pada tuhan akan semua kesalahan yang telah pria itu lakukan.

Apakah benar-benar tak ada rasa ampun untuknya?

Apakah sebegitu kejam dan sadisnya dia hingga mendapatkan rasa sakit seperti ini!

Tak cukupkah dengan hanya kehilangan putri kecilnya saja?

Luxio benar-benar tak ingin kehilangan kedua orang tercintanya lagi.

"Bastard. Kenapa harus macet di keadaan genting seperti ini? Sial!" Luxio memukul stir kemudi menyalurkan rasa kesalnya akan situasi yang tak berpihak kepadanya saat ini.

Meskipun ribuan kali Luxio menekan klakson pada stir kemudinya, tetap tak akan merubah keadaan apapun. Seharusnya Luxio mengiyakan permintaan sang supir untuk mengantarkannya ke rumah sakit, agar disaat macetnya kendaraan seperti ini Luxio bisa meninggalkan mobilnya dengan cara berlari keluar dan mencari kendaraan lain yang bisa Luxio naiki untuk cepat sampai ke rumah sakit tempat istri dan sang anak di tangani.

Dalam kesunyian ini, pria 27 tahun itu menangis akan ketidakberdayaannya. Menyesali segala perbuatan dengan setiap kata 'andai' dalam hatinya.

Rasa sakitnya dan rasa sesak masih tertahan dihati Luxio, pria itu selalu berusaha kuat dan tegar dihadapan keluarganya. Tak pernah ada yang tau bahwa setiap malam menjelang tidur, Luxio selalu memimpikan saat-saat pria itu mengurung dan menyiksa istrinya dengan pernikahan mereka, memaksanya melakukan hubungan suami istri sekalipun istrinya memohon ampun untuk terus dilepaskan dan juga kata-kata umpatan yang selalu di berikan kepadanya.

Ketika terbangun akan mimpi buruk sialan itu, Luxio akan selalu memeluk dan menciumi kening sang istri mengungkapkan rasa penyesalan dalam benaknya dan permohonan maaf akan sisi kejamnya yang tak pernah mau bersabar untuk berjuang lebih gigih lagi untuk mendapatkan cinta dari sang pujaan hati.

Luxio juga akan memohon ampun pada sang putra karena tak bisa mempertahankan putrinya, kakak kembar Kenneth untuk tetap bisa bertahan bersama mereka.

Terlalu banyak melamun dengan merutuki kebodohannya, Luxio segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit saat berulang kali mendapatkan klakson dibelakang mobilnya.

INFINITY FAMILY [REVISI]Where stories live. Discover now