N!TW---7: Rasa Sayang

50 19 126
                                    

Usai bergumam sendiri Angel menyenderkan kepala ke anak tangga. Dia memejamkan mata agar debaran jantungnya semakin netral.

Namun, saat dia larut dalam suasana tersebut, Angel merasakan hembusan napas orang lain. Meski jauh, dia tetap dapat mengetahui.

Akhirnya, karena penasaran Angel pun membuka matanya. Usai membuka mata, dia terkejut. Angel mendapati wajah Abit ada di atasnya.

Angel lantas langsung menegakkan tubuh untuk duduk kembali. Dia pun menatap wajah Abit yang telah berdiri di depannya itu.

‘’Ada apa, Abit?’’ tanya Angel.

Cowok yang berdiri di depan Angel sekarang ini bernama Abit Reyhan, cowok yang dulu waktu SMP mem-bully Angel. Dia pun juga tidak peduli meski Angel adalah adik dari Rayyan. Abit dan Rayyan sering terlibat dalam perkelahian karena Abit-lah yang selalu memulai dahulu, salah satunya jika hal itu berhubungan dengan Angel. Memang harus diakui, Abit punya segalanya, cerdas, ganteng dan kaya---bahkan dia murid yang paling sempurna di SMA Rimbun Jaya melebihi Brama kala itu. Namun, sayang Abit memiliki sifat yang kurang baik. Dia sombong dan tidak pernah memedulikan perasaan orang lain,  tak terkecuali Angel yang kini menjadi sasarannya. Selain Abit penasaran, dia juga mau tahu sampai mana, sih, mental Angel bila dia di-bully terus-menerus. Angel pun dengan susah payah mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Abit karena dia tahu, cowok tersebut adalah orang baik. Di sisi lain, Angel pun juga penasaran padanya karena Abit pernah sekali bersikap manis dengan Angel. Pernah ketika dia jatuh terkilir waktu itu, Abit-lah yang hadir dan dia yang membopong Angel ke UKS. Dari situlah Angel tahu jika Abit masih punya sisi baik yang tersembunyi.

*****

Abit pun tersenyum sinis membalas tatapan Angel, lantas dia pun menyingkirkan wolker yang ada di depannya, kemudian dia menarik kedua tangan Angel secara paksa untuk berdiri di depannya.

Melihat Angel sudah berdiri, Abit menatap mata Angel. Angel pun diajaknya sedikit menjauh dari anak tangga itu, empunya wolker takut. Namun, Angel berusaha biasa saja agar suasana ini tidak merusak kegiatan teman-temannya yang sedang menata kelas masing- masing.

Angel melangkah jika Abit melangkah. Ketika Abit berhenti, dia ikut berhenti juga. Sejujurnya, Angel semakin takut karena Abit-lah yang memegang kekuasaan atas dirinya saat ini. Bukan sebab khawatir dia jatuh. Namun, hal yang lain yang Angel resahkan.

Usai puas menatap wajah Angel, mendadak Abit melepaskan bahu Angel yang dia pegang dengan kedua tangannya, menatap ke bawah sesuai gerak Angel. Angel jatuh terduduk di depannya Melihat hal tersebut, Abit tidak menolong, malah membawa wolker miliknya menjauh besertanya.

‘’Angelika Mentari! Kamu bisa ‘kan ke sini sendiri tanpa merambat tembok atau apa pun? Aku ingin kamu melakukan itu sekarang!’’ bentak Abit dengan keras.

Bentakan Abit sontak membuat guru dan murid lainnya sadar. Mereka pun bergegas ingin menolong Angel. Namun, Angel menolak meskipun lututnya sangat sakit akibat  benturan tadi. Dia sempat panik. Walau begitu, Angel lebih memilih untuk menyeret kakinya, mengesot-esot menuju wolkernya. Lututnya sakit sekali. Rasanya tubuh Angel saat itu remuk, apalagi kakinya yang sulit digerakkan karena kaku. Keringat juga bercucuran; beberapa air mata tercampur di dalamnya. Napasnya pun ikut terengah-engah karena tenaganya hampir habis.

Di sisi lain, Nadinia yang tak sanggup melihat adegan tersebut, ingin berlari menghampiri Angel dengan pipinya yang sudah basah dengan air mata. Namun, saat dia maju dengan sigap Rayyan mencekal legan kanan Nadinia.

‘’Ndin, jangan!’’ cegah Rayyan.

Mendengar perkataan itu, Nadinia langsung menatap Rayyan dengan heran.

‘’Kamu bilang apa, Ray? Jangan? Adikmu jadi tontonan! Kamu bilang sayang? Apa buktinya?’’ sanggah Nadinia.

Mendengar pertanyaan Nadinia, kedua tangan Rayyan beralih menghapus air mata Nadinia dan menundukkan kepalanya.

‘’Aku sayang banget sama Angel, Ndin. Dia belahan jiwaku,’’ ucap Rayyan dengan posisi yang sama.

‘’Lalu, ini yang kamu lakukan sama dia?’’ jawab Nadinia.

Akhirnya, Rayyan pun menatap Nadinia kembali.

‘’Aku hanya memberikannya kepercayaan,’’ kata Rayyan.

‘’Kepercayaan apa? Ditonton banyak orang karena kesakitan? Hatiku hancur, Ray, melihat Angel digitukan,’’ jawab Nadinia.

‘’Hatiku lebih hancur, Ndin. Namun, memberi kepercayaan bukan hanya kasih sayang, tetapi ketegasan juga harus dilakukan,’’ ucap Rayyan.

Mendengar ucapan Rayyan, Nadinia tertegun. Untuk sejenak emosinya sedikit reda. Dia tidak menyangka dibalik sikap dinginnya terhadap Angel, Rayyan mempunyai rasa sayang yang begitu besar terhadap adiknya.

******

Bukan Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang