N!TW---8: Milikmu Sendiri

31 11 35
                                    

Akhirnya, Angel sampai juga di depan wolkernya. Abit pun yang melihat hal itu hanya tersenyum sinis. Namun, saat dia belum berkata apa pun ke Angel, Brama tiba- tiba menepuk pundak kanannya dan berdiri di samping Abit. Dia pun juga menatap Angel yang masih bersimpuh dengan napas terengah-engah di depannya.

‘’Bagaimana pemandangan hari ini? Indah bukan?’’ tanya Brama lalu menyelipkan tangannya ke dalam kedua saku celananya.

‘’Sangat indah,’’ jawab Abit lalu tertawa.

Mendengar respons Abit yang tertawa puas itu. Brama hanya tertawa kecil, lantas dia beralih posisi ke samping Angel yang belum bergeser sedikit pun. Setelah menatapnya dingin, kemudian Brama jongkok di samping Angel.

‘’Kamu berhasil, Angel,’’ bisik Brama ke telinga kanan Angel.

Angel yang mendapat bisikan tersebut hanya menatap lemah mata hitam Brama. Sang empunya pun menatap balik dirinya dengan tersenyum.

Namun, sebelum senyuman Brama usai. Tiba- tiba tubuh Angel ambruk dan untung Brama sigap langsung menopang tubuh Angel dengan tangan kanannya. Kini, Angel telah berada di dekapan Brama. Dia pun berganti posisi menjadi bersimpuh agar nyaman menopang tubuh Angel. Tangan kiri Brama menyingkirkan helai rambut Angel supaya tidak menutupi wajahnya.

Memandang perlakuan Brama, Abit mendengkus kesal.

‘’Kenapa harus ditolong, sih? Biarin saja jatuh di situ!’’ kata Abit.

Setelah menghentikan kegiatannya pada Angel, Brama menghela napas lalu menoleh kepada Abit yang ada di belakangnya.

‘’Apa sih, tujuanmu, Bit?’’ tanya Brama.

‘’Tujuanku hanya melampiaskan rasa sakit,’’ jawab Abit dengan tenang.

Jawaban Abit tidak direspons oleh Brama. Dia malah beralih menatap Rayyan yang tak jauh dari situ berdiri bersama Nadinia.

Rayyan pun paham. Tatapan Brama itu kode buat meminta izin kepadanya untuk membopong Angel yang lemas dan pingsan tersebut. Untuk sejenak Rayyan bertatapan dengan Brama. Setelah itu, dia pun memejamkan mata dan membukanya kembali hingga beberapa detik kemudian, Rayyan menganggukkan kepala untuk menyetujui permintaan Brama.

Sudah mendapat izin dari kakaknya, Brama pun mengangkat tubuh Angel lalu berbalik badan menghadap Abit.

‘’Aku memang tidak tahu apa rasa sakit yang kamu alami, Bit. Namun, rasa sakit itu milikmu dan kamu sendiri yang dapat menyembuhkannya. Bukan orang lain yang menjadi korban. Jahat? Nggak, hanya saja sedang belajar menjadi seorang pengecut,’’ kata Brama, lalu melewati Abit dengan membawa Angel ke UKS.

Abit pun hanya terdiam mendapati jawaban Brama, lantas dia sedikit menunduk dan mengepalkan kedua tangannya.

Aksi Brama pun membuat para guru dan murid tertegun, tak terkecuali Krisna dia malah heran dengan Rayyan. Krisna pun tidak menyangka, Rayyan begitu mudahnya memercayakan Angel dengan Brama, sedangkan dia saja yang sudah kenal Angel dari zaman SMP harus debat dahulu jika Krisna yang mau membawa Angel.

Selesai peristiwa tersebut, Krisna menghentikan langkah Rayyan yang akan ke kelas. Dicegah oleh Krisna membuat Rayyan berbalik badan dan berhadapan dengan Krisna.

‘’Kenapa, Kris?’’ tanya Rayyan.

‘’Kenapa kamu percaya dengan Brama?’’ tanya Krisna balik.

Pertanyaan Krisna membuat Rayyan mengusap wajahnya seraya menghembuskan napas.

‘’Sebenarnya, aku lebih percaya denganmu Kris, karena kamu tidak akan menyakiti Angel,’’ ucap Rayyan.

‘’Lalu?’’ tanya Krisna.

‘’Aku tahu Angel mencintai Brama, aku sebagai kakaknya hanya ingin Angel bahagia. Lantas melalui itu, aku akan mengamati seperti apa kepedulian Brama terhadap Angel,’’ jawab Rayyan.

Mendengar pernyataan Rayyan, Krisna menghela napas.

‘’Aku paham posisimu, Ray,’’ kata Krisna menepuk pundak kanan Rayyan.

Selesai dengan perbincangan mereka, Rayyan dan Krisna ke kelas masing-masing. Krisna sekelas dengan Angel, yaitu X IPS 1 sedangkan Rayyan, di kelas X IPS 2.

*****

Di ruang UKS, Angel terbaring di atas brankar. Brama pun masih berdiri di sampingnya. Tanpa sengaja senyumnya pun mengembang ketika dia menatap wajah cantik Angel yang matanya masih tertutup dengan tenang tersebut.

‘’Angel, aku lebih senang melihat kamu membaca buku, ketimbang pingsan seperti ini. Namun, di sisi lain, aku nggak habis pikir kamu kuat banget,’’ gumam Brama sendiri masih dengan menatap wajah Angel.

*****

Bukan Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang