N!TW---12: Mungkin

60 26 101
                                    

‘’Mungkin mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orang tua kita adalah impian setiap anak. Namun, hidup terindah di dunia ini adalah ketika melihat mereka masih dapat kita lihat dengan nyata di sini,’’ jawab Krisna lalu tersenyum, lantas dia menoleh ke Angel yang masih menyenderkan kepala di bahunya.

Mendengar perkataan Krisna, Angel menghela napas.

‘’Aku salah, ya, Kris?’’ tanya Angel.

‘’Dalam hal?’’ tanya Krisna balik. Dia pun mengerutkan kening bingung.

‘’Nggak bisa dekat dengan Papa, bahkan aku takut punya suami seperti Papa,’’ jawab Angel.

Krisna sontak kaget mendengar kalimat Angel yang terakhir dia tidak menyangka, begitu dalamkah Arka melukai Angel hingga anaknya sendiri tidak memimpikan pendamping hidup seperti papanya?

‘’Nggak salah, sih. Namun, kamu harus tetap mencintai beliau. Walaupun begitu dia tetap papamu. Papa yang mengenalkanmu dunia, menyekolahkanmu, menafkahimu hingga kamu besar sampai sekarang. Lalu, kenapa kamu takut dengan papamu? Dia papamu, lho, Ngel. Darahnya mengalir di tubuhmu. Kamu nggak habis kepentok ‘kan kepalanya?’’ tanya Krisna, sampai-sampai dia pun menyentuh dahi Angel lalu meraba-raba kepalanya pula untuk memeriksa apakah ada luka di sana.

Merasakan kepalanya masih diraba-raba oleh Krisna, Angel pun bangkit dari senderan kepalanya lalu melepas genggaman tangannya. Dia pun mendengkus kesal mendapati rambutnya berantakan bahkan sampai sebagian menutupi wajahnya, sedangkan Krisna yang melihat hal tersebut malah tertawa sebab Angel yang di sampingnya saat ini terlihat lucu sekali. Angel pun  memanyunkan bibir lalu merapikan rambut dengan kedua tangannya.

Krisna yang telah berhenti tertawa beralih tersenyum manis kepada Angel, sementara Angel sendiri hanya menatap sekilas lalu merapikan rambutnya lagi.

‘’Mau dibantu?’’ tanya Krisna sesekali tertawa kecil.

‘’Sudah selesai padahal,’’ sanggah Angel lalu dia berkata kembali. ’’Aku mencintainya, Kris. Apakah mencintai sesakit ini, meskipun itu papaku sendiri? Nggak tahu, perasaan itu datang saja kalau dengan Papa. Beda jika sama Kak Hans dan Mas Ray. Saat aku bersama mereka rasanya nyaman. Dia papaku, kok, Kris. Darahnya memang mengalir dalam tubuhku. Namun, aku juga bingung dengan hal ini. Papa aku dekati nggak mau, beliau juga nggak mau mendekatiku. Terus aku harus membuktikan dengan apa kalau aku benar-benar mencintainya?’’

Krisna yang mendengar cerita Angel, dia paham betul sahabatnya itu sudah mulai putus asa menghadapi sang papa. Namun, Krisna juga tahu. Angel adalah cewek yang sangat baik, makanya Tuhan memberi cobaan ini kepadanya.

‘’Ngel, tatap aku, dong sini!’’ perintah Krisna.

‘’Nggak mau. Sakit bila benturan dengan wajahmu,’’ tolak Angel.

‘’Bukan tatap, ke-tatap benturin kepala atau wajah itu bahasa Jawanya. Pandang wajahku Angel!’’ perintah Krisna sambil mengarahkan kepala Angel untuk menghadap wajahnya. Akhirnya, keduanya pun saling berpandangan.

Dipandang seperti itu, Angel malah tertawa. Mendapati Angel tertawa, Krisna menggeleng dengan lembut sembari menempelkan jari telunjuknya ke bibir Angel.

‘’Jangan tertawa jika kamu memang lagi nggak bisa tertawa, Ngel. Tidak selamanya, kok, mencintai itu sakit. Hanya saja, mencintai adalah wadah untuk mempelajari arti rasa ketulusan yang sebenarnya. Ngel, aku juga bingung bila di posisi kamu harus melakukan apa. Namun, jangan menyerah, ya,’’ kata Krisna, tak terasa air matanya keluar begitu saja lalu dia melepas jari telujuknya di bibir Angel.

Mengetahui Krisna menangis, Angel segera menghapusnya. Dia merasa bersalah.

‘’Maaf, Krisna. Angel nggak bermaksud. Krisna tidak usah kasihan dengan Angel,’’ ucap Angel lalu dia pun selesai menghapus air mata Krisna.

Bukan Yang SalahWhere stories live. Discover now