PROLOG

604 47 0
                                    

"Masuk..."

suara itu muncul setelah dia menunggu hampir setengah jam berdiri didepan pintu kamar seorang pria muda.

memakai gaun putih selutut yang warna nya sudah memudar, beberapa bagian dari ujung benang gaunnya sudah lepas.

wajah nya sudah dimandikan keringat, bibir nya yang pucat bergetar gugup dan tangan nya terus meremas ujung gaunya hingga gaun itu kusut dibuatnya.

Dia telah memutuskan pilihan apa yang akan dipilihnya untuk hidupnya dan masa depannya.

Dia tau dia akan menyesali keputusan nya. tapi, dia juga tau dia tidak punya pilihan selain apa yang diberikan pria dibalik pintu megah ini.

"Aku tau kamu akan datang..."

suara itu keluar sangat lembut, namun berat secara bersamaan. Siapapun yang mendengarnya akan tau betapa luar biasanya orang dibalik suara itu.

Tapi berbeda dengan gadis itu.

Saat suara itu muncul, tubuhnya otomatis tersentak kaget. Dan keringat ditangan nya semakin deras dan semakin kusut pula gaun tipis itu.

Dia melirik melalui ekor matanya.
Samar-samar, walaupun dia berdiri jauh dia masih bisa melihat pria itu tidak memakai bajunya.

Gadis itu masih berdiri di ujung pintu itu menunggu perintah "masuk" dengan gemetaran.

Kepala nya terus tertunduk dalam bibir nya yang bergetar dan keringat dingin di tangan nya semakin banyak.
Tanpa sadar air mata nya menetes.

Satu hal untuk menjelas kan keadaan nya sekarang.

Dia takut pada pria itu.


♛♛♛♛♛


Pria itu menelisik penampilan gadis yang berdiri jauh di depannya. Kaki telanjang, gaun lusuh tak layak pakai, tangan basah, tubuh gemetar, dan kepala tertunduk malu.

Sempurna.

Itulah yang dia pikirkan dan begitu lah dia yang selalu terlihat dimatanya.
Bibirnya yang tipis tersenyum. seolah mendapat hadiah, dia tertawa kecil senyum bahagia terlihat diwajahnya.
Dia berjalan sambil mendekat kearah gadis itu berdiri.

Tubuhnya yang tidak memakai baju sangat sempurna dan bulir keringat menetes di perut itu. Semakin pria itu mendekat, semakin bergetar tubuh gadis itu dan semakin lebar senyum pria itu.

Gadis itu tidak tau apa yang harus dilakukannya. Diam terpaku dengan napas yang tidak beraturan. Air matanya menggenang di pelupuk matanya dan beberapa sudah lolos begitu saja.

Dan saat itu juga, tanpa dia sadari pria itu sudah berdiri dekat dan sekali sentakan dia menggendong tubuh gadis itu.

Dia senang akhirnya gadis itu melihat kearah nya. Dia semakin senang saat melihat ekspresinya yang gemetar takut kepadanya.

Pria itu mendudukannya ranjang miliknya.
Saat tubuhnya meyentuh kelembutan itu, dia sudah menduga kalau ranjang itu akan sangat lembut. Tapi dia tidak menyangka kalau akan selembut ini.

Ranjang itu sangat lembut sangat berbeda 100x lipat dari kasur tempat nya tidur. Pria itu terus melihat ekspresi dan gerak gerik gadis itu.

Seketika matanya yang sembab sedikit terkejut tapi secepat itu pula berubah sedih. Bibir pucat itu melengkung kebawah.

Dalam hati dia penasaran apa yang dipikirkan nya tapi, ada yang lebih penting daripada pertanyaan yang ingin dia tanyakan.

Dia mengambil kursi yang berada di ujung kamar dan membawanya kedepan ranjang.

Dia duduk dikursi itu sambil menyilangkan kaki dan tangan bersedekap di dada seolah menunggu apa yang akan di lakukan gadis itu. Dan seperti sebelumnya gadis itu tetap diam tanpa mengucapkan apapun hanya matanya saja yang terus memperhatikan gerak gerik pria di depannya.

Seolah jengah, pria itu akhirnya bicara.

"Lepaskan baju mu."

Dan gadis itu menurut.

Dia melepaskan kancing demi kancing gaun lusuhnya dengan jari yang gemetaran dan mata yang terus menangis diam.

Dan akhirnya, gadis itu merasakan surga dan neraka dari pria itu.

Bersambung...

Heaven, Hell and Tears for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang