1. Romeo & Juliet

1.2K 77 7
                                    

Penerbangan dari Amerika ke negara sejauh 6.680 mil menghabiskan waktu yang lama dan melelahkan. Tidak pernah Anton berencana untuk pergi ke luar negeri, apalagi sampai menetap. Tetapi ketika sampai pada suatu kondisi, ia hanya bisa berharap ini yang terbaik, meski memang ini bukanlah hal yang ia inginkan sama sekali.

Sambil terus menatap pasport miliknya, pikiran itu terus penuh akan banyak hal yang ia khawatirkan. "Anton?" Karena panggilan itu kemudian Anton mengalihkan perhatiannya.

"Kak"

Pemuda tinggi itu tersenyum manis padanya.

Jessan Sadio. Sepupunya yang baru beberapa kali bertemu dalam seumur hidupnya. Jarak dan pendidikan adalah alasan utama keduanya sangat jarang bertemu dan melakukan interaksi. Mereka tidak akrab walau berkerabat.

Ini yang membuat Anton enggan melangkah pada hal yang lebih baru. Di dunia ini yang ia kenal dekat hanya kedua orang tuanya. Anak itu begitu pemalu dan tertutup. Sangat enggan walaupun hanya mengeluarkan sepatah kata. Anton banyak diamnya dan cenderung hanya memperhatikan hal-hal yang terjadi di sekitarnya tanpa berkomentar apapun.

Rangkulan Sadio pada bahunya membuat Anton tersenyum canggung. Barang yang ia tuntun sejak dari negara kelahirannya itu sebagian dipegang Sadio. Sadio bilang ia akan terlebih dahulu mengajaknya ke rumah lelaki itu untuk menyantap beberapa hidangan yang sudah di sediakan dan beristirahat barang sejenak sebelum pergi ke apartemen miliknya sendiri.

Sadio tau, akan terlalu melelahkan saat baru saja melakukan perjalanan jarak jauh tetapi harus segera menata sebuah ruangan baru untuk bisa Anton tinggali dengan nyaman di dalamnya.

🦕🦕🦕

Anton lelaki penurut, tetapi dia bukan lelaki yang mandiri. Anton lelaki yang baik, tetapi dia bukan lelaki yang bisa di percaya untuk hidup sendiri. Hidup dikelilingi limpahan kasih sayang kedua orang tua, sampai dijuluki keluarga cemara. Tidak akan terdengar keributan dari dalam rumahnya. Membuat semua orang iri pada apa yang Anton miliki.

Tetapi tak ada yang kekal, keadaan pun bisa berubah dengan cara yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ingin menangis, tetapi Anton seorang lelaki. Ingin menyerah, tetapi Anton tak ingin membuat orang tuanya kecewa.

Anton selalu di sadarkan pada usianya. Masih muda, ia masih belum mau kalah. Ini hanya akan menjadi sebagian keterpurukan yang Anton alami.

"Yang ini di simpan sebelah mana?" Sadio berbicara sambil memperhatikan pajangan kecil di dalam genggamannya.

"Yang itu nanti aja kak, di kamar Anton."

Anton tak yakin kedepannya, apakah Sadio akan selalu berada di sampingnya, atau hanya untuk di fase awal kepindahannya saja. Ia memang tak akrab dan canggung pada Sadio, tapi selain Sadio, siapa lagi?

"Sebelah sini udah beres. Gimana kamarnya? Masih perlu bantuan?" Sadio menyembulkan kepalanya pada daun pintu. Ia melihat kamar yang ditata Anton begitu baik dan rapih.

"Udah kak, makasih bantuannya." Anton menoleh sebentar. Tangannya masih sibuk menata beberapa barang kecil berupa pajangan.

"Lo lanjut istirahat aja. Tadi di rumah gue baru bentar, kan?" Sadio duduk di meja belajar yang letaknya tepat menghadap jendela. "Siang nanti gue ke kampus, baru bisa ke sini lagi mungkin sore, sambil bawain makan malam buat lo. Tapi siangnya lo beli aja, gimana? Uangnya ada, kan?"

"Gak usah kak. Buat malam nanti juga Anton beli aja. Soalnya kompor belum sempet dipasang." Tolakan itu mengundang kebingungan untuk Sadio.

Memangnya anak itu bisa masak?

"Bisa tapi?"

"Apa?"

"Lo, masak?"

"Bisa kok, kak" Anton tak menoleh. Takut Sadio tau dirinya tak benar-benar bisa memasak. Dia bohong. Tak enak saja pada Sadio jika harus Anton repot kan.

"Enggak deh, buat malam gue tetep bawain kesini." Setidaknya Sadio ingin Anton merasa masih ada tempat yang menerima dirinya dengan baik.

Sadio setidaknya mendengar sedikit tentang apa yang baru saja Anton alami. Ini masalah keluarga yang pribadi, maka Sadio tak pernah ingin mulutnya menyinggung tentang hal semacam itu pada Anton. Ia akan sangat berusaha untuk menjaga kesehatan mental anak itu. Sedikit khawatir saat Emran, kakak laki-laki tiri Sadio mengisyaratkan penolakan terhadap Anton, saat Anton berkunjung ke rumahnya.

🦕🦕🦕

Sejak lima belas menit yang lalu tak ada yang sama sekali Anton lakukan di atas ranjangnya, hanya meringkuk dengan tangan yang menggenggam ponsel dengan lemah. Tak ada hal yang ia lihat. Matanya terus terpejam tanpa menemukan titik hilang kesadaran.
Meski kelopaknya tertutup tetapi air mata tak bisa lagi ia tahan. Dadanya semakin terasa sesak.

Isakan dan ringisan itu semakin terdengar jelas seiring dengan matanya yang semakin banyak mengeluarkan air mata. Ini hal yang ia tahan sejak lama. Setidaknya untuk sekarang Anton sendiri. Tak akan ada yang melihat dan membuat Anton menjadi malu sebab menangis. Mungkin mengeluarkannya sedikit saja tidak apa-apa.

Anton khawatir dan bingung, entah akan bagaimana ia melanjutkan hidupnya jika seperti ini. Tentang keluarganya....

Ia adalah anak tunggal dari pasangan yang sempurna. Selama menjalani hidupnya tak pernah Anton dengar tentang adanya pertikaian yang serius diantara kedua orang tuanya. Sampai tiba saatnya sang ayah dan ibu yang Anton rasa sedikit renggang hubungannya. Entah memang benar atau tidak, tetapi Anton selalu menaruh keyakinan tentang hal positif dalam dirinya, menjadikan ia tak terlalu memikirkan situasi yang sedikit berbeda.

Kemudian keyakinannya ditambah oleh kedua orang tuanya yang rapat menutupi kesempurnaan yang mulai cacat.

"Kabar selingkuhnya emang udah mencuat banget. Apalagi di sana mereka emang cukup dikenal, kan? Kasian tau si suaminya sampe kayak depresi gitu."

Kalimat rumor itu pernah Anton dengar tepat saat keadaan keluarganya memang tampak tak baik-baik saja, Anton sudah mulai menyadarinya. Ayahnya yang jadi pemarah, ibunya yang sering protes tentang hal yang sama sekali tak Anton pahami dengan jelas. Menempatkan Anton pada situasi yang amat bingung.

Melihat bagaimana tempramen orang tuanya yang perlahan memburuk, tentu memengaruhi pula bagi mental Anton. Anton yang pemalu dan tertutup, semakin rapat kepribadiannya. Anton yang jarang berkomentar dan bersuara, semakin diam mulutnya.

"Suaminya atau istrinya?"

"Istrinya yang kasih. Abis itu dia juga ikut racunin diri sendiri. Sedih banget, please."

"Romeo and Juliet"

Kisah cintanya memang Anton sukai, tapi jalannya yang sangat mengenaskan. Dan itu yang Anton alami.

🦕🦕🦕

To be continue...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Light Of Life || Anton RIIZE✅Where stories live. Discover now