8. Kejadian Sebenarnya

17 11 7
                                    

Mungkin Anak buah Wiguna dan Alia tidak tahu, mereka pikir Aksa akan mati karena tembakan bertubi-tubi itu. Nyatanya, setelah kepergian mereka datanglah sahabat Aksa yang namanya, Chandra Arrasyid. Chandra yang panik melihat Aksa yang bersimbah darah, langsung membawa sahabatnya itu kerumah sakit, kebetulan Chandra membawa mobil jadi tidak perlu memakan waktu lama untuk sampai kerumah sakit.

Kondisi Aksa sempat kritis bahkan nyaris kehilangan nyawanya. Namun untungnya Aksa sempat tertolong. Cukup lama Aksa koma dirumah sakit, dan baru sadar setelah dua minggu dirawat.

Ditaman ini, Aksa menceritakan semuanya kepada Alia. Sepanjang Aksa bercerita, Alia hanya diam dan menyimak. Ada rasa kelegaan saat mendengar cerita Aksa.

"Maaf, ini semua gara-gara aku." Ujar Alia tertunduk sedih. Aksa menggeleng pelan, tak suka mendengar Alia menyalahkan diri sendiri. "Jangan minta maaf, Al. Kamu gak salah apa-apa."

"Jika saja waktu itu aku menolak untuk kerumah kamu, kamu tidak akan ditembak, Aksa."

"Sudah, Al. Lagipula itu sudah lewat."

Aksa melirik wajah Alia yang penuh luka, entah kenapa Aksa sakit melihat itu. Dengan lembut, Aksa menyentuh pipi Alia untuk melihat wajah Alia lebih leluasa. "Masih sakit?"

Hanya senyuman tipis yang Alia tampilkan, perempuan itu enggan untuk bicara. Jika ditanya apakah masih sakit, mungkin tidak. Namun di dalam sana, tepatnya dihati Alia terasa sakit sekali. Melihat Alia yang diam, Aksa tidak akan bertanya lebih. Aksa sadar jika dirinya telah mengingatkan luka yang sudah Alia lupakan. Aksa merasa bersalah.

Mata Aksa menangkap seorang bapak penjual es krim keliling. "Al, tunggu sebentar ya." Setelah mengatakan itu, Aksa langsung pergi ketempat penjualan es krim tersebut.

"Pak, Es krimnya dua ya."

"Oh iya mas, mau rasa apa?" Aksa tampak berpikir, ia tidak tahu apa rasa favorit Alia. Akhirnya ia memutuskan untuk memilih tiga rasa sekaligus.

"Es krimnya tiga aja pak, rasa coklat, vanila dan stroberi."

"Siap mas, tunggu sebentar ya." Bapak itu langsung menyiapkan es krim dengan terlaten. "Udah nih mas," ucap bapak itu sembari memberikan es krimnya kepada Aksa.

"Berapa pak?"

"Lima belas ribu, mas." Aksa langsung memberikan uang dua puluh ribu kepada bapak penjual es krim tersebut. "Kembaliannya ambil saja, pak."

Senyuman Alia merekah kala melihat kedatangan Aksa sambil membawa es krim tiga rasa. "Es krim, es krim. Mbak cantik es krimnya mbak." Ucap Aksa meniru cara penjual es krim yang sedang menjajahkan dagangannya. Alia tertawa kecil, geli sendiri melihat tingkah Aksa.

"Dipilih dipilih." Ucap Aksa menyodorkan tiga es krim tersebut kepada Alia.  "Kamu beli tiga rasa?

"Iya, hehe. Saya gak tau rasa favorit kamu. Jadinya beli tiga rasa biar bisa pilih. Sekarang kamu pilih rasa apa?"

Alia tampak berpikir, "eum, rasa stroberi!" Alia langsung mengambil es krim berwarna merah muda. "Jadi yang sisanya untuk siapa?"

Aksa tersadar, tidak mungkin dirinya memakan dua es krimnya. Bisa-bisa dirinya terkena flu nanti. Seorang anak kecil tiba-tiba saja menarik atensi Aksa, dengan senyuman Aksa berjalan menunju anak kecil yang sibuk bermain bola.

"Adek ganteng, namanya siapa?" Tanya Aksa sembari berjongkok menyamakan tinggi dengan tubuh kecil itu. "Nama aku Zakky, om!" Balas anak itu.

"Mau es krim gak?" Tanya Aksa dengan suara lembut. Zakky menggeleng, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Aksa. "Gamau! Om pasti mau menculik aku kan?!"

Tentu Aksa panik, bisa berabe jika anak itu teriak dan mengatakan dirinya penculik anak. "Enggak Zakky. Om cuma mau ngasih kamu es krim dari kakak cantik itu." Kekeh Aksa sembari telunjuknya menunjuk Alia yang duduk manis tak jauh dari mereka.

Zakky tak percaya, namun ia tak mampu menolak suka es krim tersebut. Aksa terkejut saat Zakky merampas es krim dari tangannya, bocah lucu itu langsung lari setelah mengambil es krimnya tanpa sepatah katapun.

"Emang muka gue kayak penculik ya?" Menolongnya sembari meraba wajahnya. Sedangkan Alia tertawa dibelakang sana. Aksa berjalan menuju tempat Alia yang masih saja tertawa. Aksa memanyunkan bibirnya jengkel.

"Lucuu banget ya? Ketawain saya sepuasnya." Ujar Aksa membuat Alia terdiam, namun bibirnya masih tersenyum geli. "Aku gak ketawain kamu. Anak kecil itu yang lucu banget, Aksa." Bela Alia masih menyembunyikan senyumannya. Melihat Alia bahagia, sudut bibir Aksa tertarik.

"Cantik, kamu cantik kalau tertawa." Tanpa disadari, Aksa berucap kata seperti itu. Alia tertunduk malu, ia tak setuju dengan ucapan Aksa. Wajahnya banyak lebam, goresan luka bahkan terlihat kusut karena tanpa make up. Namun kenapa Aksa bilang wajah buruk rupa ini cantik?

Jawabannya sederhana, karena bagi Aksa kecantikan wanita itu bukan hanya terlihat dari wajahnya, melainkan dari hati. Hati Alia cantik, perempuan itu baik, lembut meski sedikit polos. Menurut Aksa, wajah Alia adalah wajah tercantik yang ia lihat setelah bundanya. Luka itu tidak mempengaruhi kecantikan Alia, seolah wajah itu sebuah berlian yang tetap bersinar meski dipenuhi oleh kotoran. Karena berlian tetap lah berlian.

Atensi Aksa teralihkan oleh gelang yang dipakai Alia, lelaki itu berkerut mengingat kembali literatur yang pernah ia baca. "Ini gelang pelacak lokasi." Ucap Alia yang paham kemana pikiran Aksa, "disini ada gps yang terhubung dengan ponsel papa. Jadi aku gak bisa sebebas itu, papa selalu mengawasiku." Alia tersenyum getir.

"Apa sakit?" Lanjut Aksa kala melihat gelang yang terpasang ditangan gadis itu terasa ketat. Alia mengangguk, "tapi gapapa kok, aku juga udah biasa."

Kedatangan beberapa anak buah Wiguna yang secara tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka.

"Nona Alia, sebaiknya nona pulang. Tuan mencari nona." Ujar Satro dengan tatapan mengarah ke Aksa. "Ternyata masih hidup ya ..."

____

Ini Satro

Ini Wiguna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini Wiguna

Sampai jumpa dipart selanjutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai jumpa dipart selanjutnya ...

Aksa & AliaWhere stories live. Discover now