Bab 2 : DH || Hujan Bagi Mama

152 62 176
                                    

"Hei kau, berhenti disitu!"

Wisnu yang merasa dipanggil pun berhenti berjalan, lalu menoleh kebelakang mencari sumber suara yang memanggilnya.

Kini dihadapan Wisnu sudah ada 4 orang preman jalanan yang sering memalaki uang para pejalan kaki, termasuk Wisnu yang sudah sering terkena ancaman mereka.

Salah satu dari 4 preman itu maju mendekati Wisnu dengan jaket kulit hitam yang melekat ditubuhnya sambil berjalan memasukkan kedua tangannya di kantong celana jeans miliknya.

Suasana sudah sangat sepi ditambah dengan cuaca yang sangat mendung dan sudah lumayan jauh dari area sekolahan. Jika ingin berteriak meminta tolong, sudah tidak bisa diharapkan lagi.

Tubuh Wisnu bergetar ketakutan sambil sedikit berjalan mundur agar tidak berdekatan dengan ketua preman itu.

Namun preman tersebut malah menarik dan mencengkram kerah baju hitam milik Wisnu. Seketika tubuh Wisnu menjadi bertubrukan dengan tubuh preman tersebut.

"Serahkan uangmu padaku." ucap ketua preman dengan cengkraman yang semakin kuat.

Wisnu menggelengkan kepalanya kuat sambil mengatur nafasnya yang mulai tersendat akibat kerah bajunya yang di tarik kuat semakin membuatnya tercekik dan wajah preman tersebut menatap mata Wisnu dengan sangat intens.

Preman tersebut semakin mengeratkan cengkraman nya dan menajamkan pandangannya.

"Kau tidak dengar? Serahkan uangmu padaku!" ucap Preman tersebut.

Karena tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Wisnu, preman tersebut langsung memukuli rahang kiri Wisnu.

BUGH!

Wisnu tersungkur setelah mendapatkan bogeman mentah dari ketua preman jalanan. Ia meringis sambil memegang pipi kirinya yang mulai membiru.

Ketua preman tersebut mengangkat tangannya dan mengisyaratkan agar anak buahnya kembali memukuli Wisnu.

BUGH!

BUGH!

Pemuda ber-netra sendu itu tersungkur akibat tonjokan dari preman-preman tersebut.

Kesempatan bagus untuk para preman-preman itu, salah satu dari mereka mengambil tas milik Wisnu dan membukanya.

Wisnu menatap tas nya dengan tatapan nanar, ia ingin bangkit untuk sekedar merebut tas miliknya saja ia tidak bisa karena sekujur tubuhnya sudah lemas tidak berdaya lagi.

Preman tersebut merogoh-rogoh tas Wisnu, dan-nice! Preman tersebut menemukan uang berwarna biru dan hijau.

"B-bang, j-jangan di ambil." ucap Wisnu dengan terbata-bata menatap preman tersebut mengambil uang yang selama ini ia kumpulkan untuk membeli barang penting.

Setelah mendapatkan uang itu, preman tersebut melemparkan tas Wisnu yang tepat mengenai kepala pemuda ber-netra sendu itu.

"Cabut." ujar preman sambil memasukkan uang yang ia ambil ke dalam kantongnya meninggalkan Wisnu yang sudah terkapar lemas.

Wisnu menggerakkan tubuhnya perlahan sambil menggigit bibir bawahnya untuk melampiaskan rasa sakit yang terasa di sekujur tubuhnya.

"Shh.."

"A-akh!"

Wisnu meringis tertahan sambil berdiri dengan tiang listrik di sampingnya sebagai tumpuan agar ia bisa kembali bangkit.

Huftt..

Pemuda tersebut menghembuskan nafasnya, ia mengusap keringat yang ada di dahinya dan memegang pipi kirinya yang lebam dengan tangan yang bergetar.

Dear Hujan [on going]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum