Bab 3 : DH || Abang?

105 28 72
                                    

"Tuhan, tidak bisakah
berhenti sebentar saja?"

•••••

"A-akh!"

Wisnu berjalan masuk ke dalam kamarnya yang bernuansa hitam dan abu-abu itu dengan langkah yang ia seret akibat badannya sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Pemuda ber-netra sendu itu mendudukkan bokongnya ke kasur miliknya sendiri sambil memegang punggungnya yang sangat sakit luar biasa.

Wisnu menoleh ke laci nakasnya, ia sedikit menggeser kan tubuhnya mendekati nakas dengan gerakan yang sangat pelan. Kemudian anak itu membuka laci tersebut dengan perlahan, lalu ia mengambil sebotol obat yang belakangan ini sering ia konsumsi.

Ia membuka tutup botol obat itu dan mengeluarkan beberapa buah obat berwarna putih yang berbentuk seperti kapsul tersebut langsung ditelan Wisnu tanpa air.

Wisnu terbatuk-batuk karena obat tersebut masuk ke kerongkongannya tanpa air sedikit pun yang membuat obat itu tidak lancar masuk ke dalam tubuhnya.

Pemuda tersebut menghela nafasnya, lalu ia kembali menaruh botol obat tersebut ke dalam laci nakas dan menutupnya kembali.

Ia bersandar pada kepala ranjang miliknya sambil memejamkan mata. Barus saja ingin membuang nafasnya, ia dikejutkan oleh seseorang yang membuka pintu kamarnya dengan terpaksa membuat ia menjadi terjengkit kaget.

BRAK!

"Tuhan.. apa lagi ini.."

Wira berjalan memasuki kamar sang adik sambil membawa tumpukan buku yang sangat banyak lalu menaruh buku tersebut dengan kasar di meja belajar milik Wisnu.

"Lo kerjain nih semua, gue mau tidur. Besok pagi gue ambil harus sudah selesai semua!" ucap Wira lalu berbalik menuju pintu dan keluar dari kamar Wisnu sambil menutup pintu kamar dengan kasar.

Wisnu menatap tumpukan buku-buku tersebut. Sudah tidak heran lagi, itu adalah tugas milik kakaknya dan teman kakaknya itu. Tiap malam Wisnu harus bergadang demi menyelesaikan tugas-tugas itu. Jika tidak dikerjakan, ia akan dibuat babak belur oleh sang Kakak.

Ia menghela nafasnya gusar. Lalu ia berdiri dari tidurnya dengan perlahan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk membasuh wajahnya agar kelihatan lebih segar.

Setelah selesai dari kamar mandi, Wisnu berjalan tertatih-tatih sambil meringis sakit yang ada di pinggangnya menuju meja belajar miliknya. Wisnu duduk di kursi belajar lalu mulai membuka buku-buku tersebut sambil melihat contoh soal yang tersedia di bukunya.

Pemuda tersebut mengambil pulpen yang ada di kotak alat tulis miliknya lalu mulai mengerjakan tugas mereka satu persatu.

Tok tok tok

"Masuk, pintunya tidak dikunci."

Ceklek!

"Den.."

Wisnu memutar tubuhnya menghadap ke sumber suara. Anak tersebut tersenyum tipis melihat seseorang yang datang membawa bubur hangat serta air putih yang ada di atas nampan.

"Repot sekali Bi, padahal Wisnu bisa ambil sendiri." ucap Wisnu sambil menerima nampan yang diberikan oleh pembantu itu dan meletakkannya di atas meja yang berada di samping meja belajar milik Wisnu.

Dear Hujan [on going]Where stories live. Discover now