Prolog

143 23 4
                                    

Menjadi mahasiswa memang tak semenyenangkan yang pernah Junghwan pikirkan, jika bukan karena Bundanya yang menyuruh menamatkan pendidikannya, Junghwan mana mau diam di depan laptop berjam-jam hanya untuk memeriksa tugas kuliah yang menyebalkan ini.

Tubuh Junghwan terasa akan remuk saat ia sedikit meluruskan tulang punggungnya, do'akan saja semoga besok Junghwan masih hidup dan tak mati karena kelelahan akibat dikejar deadline.

Tak lucu jika pekan besok televisi juga Handphone nya di isi dengan berita 'Seorang mahasiswa meninggal dunia di depan laptop yang menyala di duga akibat terlalu kelelahan'.

Sejenak beristirahat Junghwan kembali meluruskan kakinya sambil menyandarkan punggung besarnya kedepan sandaran kursi.

Ingin terlelap tapi terasa sayang jika tugasnya tak di selesaikan sekarang, lain kali Junghwan akan merekomendasikan Universitas Kedokteran kepada adiknya, Junghwan tak ingin malah sang adik yang meninggal karena mengambil jurusan Hukum dan berakhir stres.

"Oke berhenti berhalusinasi So Junghwan, istrahatkan otakmu."

Tapi rasanya percuma, setiap Junghwan diam disaat itu juga pikiran-pikiran aneh bermunculan seolah sengaja mengganggu Junghwan yang ingin beristirahat.

"Ku mohon So Junghwan, diam lah otak."

Benar-benar stress.

Drtttt..

Kepala mahasiswa itu menoleh saat Handphone nya berdering sebanyak dua kali, dirinya mencoba untuk tidak peduli. Paling itu hanya dosen pembimbingnya yang kebiasaan mengganggu waktu Junghwan, tapi setelah melihat nama yang tertera di layar HPnya Junghwan buru-buru mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo Ibu."

"Juju belum tidur?"

Junghwan menggeleng, aneh sekali Ibunya jelas-jelas ia belum tidur jika memang sudah lalu siapa yang akan mengangkat panggilan darinya.

"Aku masih ada tugas, ada apa? Ibu ini hampir jam 12 malam kenapa Ibu belum tidur?"

"Ibu terbangun."

"Oh apakah Ibu bermimpi buruk?"

"Buruk sih tidak tapi dikatakan indah juga tidak, Ibu memimpikan mu."

Junghwan menghela napas, ia hampir saja khawatir jika sang Ibu benar-benar bermimpi buruk.

"Itu mungkin karena kau merindukan ku bu, sudahlah mimpi hanya bunga tidur lebih baik Ibu kembali tidur."

"Tidak! Ibu benar-benar bermimpi aneh tentang mu, ah Juju harus mendengarkannya."

Junghwan hanya mengangguk pasrah, Ibunya ini hampir sama seperti adiknya harus di iyakan supaya diam.
"Baiklah apa yang Ibu mimpi kan tentang ku?"

"Ibu tidak yakin ingat semuanya, tapi Ibu bermimpi melihat Juju sedang duduk di atas kasur sendirian."

Si anak hanya diam, menunggu Ibunya menyelesaikan cerita yang entah tentang apa.

"Di depanmu lebih persisnya di dekat jendela ada seorang anak remaja? Ibu tidak yakin tapi perawakannya seperti anak tk tapi bukan, terduduk sambil melihat kearah mu kalian saling memandang lalu.."

Sejenak tak ada suara membuat Junghwan cukup penasaran, mimpi apa itu? Sepertinya sang Ibu lagi-lagi menonton Film ber-genre misteri lagi.

"Apa? Lalu apa Ibu?"

"Juju tau, dia memiliki sayap."

"Hah?" Junghwan semakin yakin jika mimpi Ibunya hanya pemikiran nya sebelum tidur karena biasanya juga seperti itu.

NothingWhere stories live. Discover now