7. Pertumbuhan Si Kembar

6K 589 335
                                    

"Saya beruntung memiliki Nazwa. Selain cantik, dia juga pintar dalam segala hal. Berbisnis, mendidik anak-anak kami, dan menyenangkan hati saya kala banyaknya masalah yang menghampiri saya."

-Maulana Hafidz-

🐰🐻🐰🐻

(HAPPY READING)

Setelah selama sholat isya kini Maulana lanjut memimpin membaca wirid, rutinitas ini tidak pernah terlewatkan bagaimana pun keadaan mereka. Bahkan saat Maulana sakit pun ia akan tetap melaksanakan tanggung jawabnya untuk menjadi imam sholat berjamaah dan membaca wirid bersama istri dan kedua anaknya.

Sepuluh menit sudah berlalu, kini sisa satu bacaan lagi yang sedang mereka baca. Namun di tengah-tengah pembacaan wirid yang khusyuk, tiba-tiba saja Azkia menghampiri Nazwa dan membisikkan sesuatu yang membuat Nazwa tak mampu menahan senyumnya.

"Mah, Kia aus, mau minum. Tapi Kia atut ambil ail na di atas meja tantik." Bocah perempuan itu berbisik sambil memeluk leher sang ummah.

Meja tantik yang Azkia maksud adalah meja make up Nazwa, ia memang sering menaruh botol minum diatas sana. Namun wanita itu lupa menaruh di bawah saat selesai sholat tadi, sehingga Azkia harus meminta tolong terlebih dahulu kepada sang ummah.

Nazwa menghentikan bacaannya, lalu ia berdiri dan segera ngambilkan botol minum yang ada di atas meja. Merasa ada pergerakan dari sang istri membuat Maulana juga menghentikan bacaannya, ia menoleh kebelakang dan take mendapati istrinya duduk di atas sajadah.

Setelah mengambil air tadi Nazwa langsung kembali duduk di atas sajadahnya dan membantu Azkia untuk meneguk air yang ada di dalam sana, kemudian Nazwa menganggukkan kepalanya singkat sebagai isyarat kepada sang suami jika ingin melanjutkan bacaannya tadi.

Paham akan isyarat itu, Maulana kembali melanjutkan bacaannya dengan Nazwa yang mengikuti sambil memegang botol karena sekarang Azka yang meminum air di dalam botol itu.

Dzikir demi dzikir mereka baca, hingga tak terasa semua wirid sudah terselesaikan tanpa terkecuali. Dengan inisiatif Azka mengambil buku wirid kedua orang tuanya dan menaruh di rak buku yang ada di dalam kamar itu, Nazwa dan Maulana tersenyum bahagia melihat tingkah putra mereka.

Saat sudah meletakkan buku wirid, Azka kembali duduk di samping Maulana. Sekitar beberapa menit tak ada obrolan antara empat orang itu, mereka hanya diam tanpa melakukan apapun.

"Abang sama Kia udah sampai mana hafalannya?" Pertanyaan Maulana memecahkan keheningan antara mereka.

"Balu sikit, Ba," jawab Azka.

"Baba mau tes hafalan kalian, boleh?" Maulana meminta izin.

"Boyeh," jawab serempak mereka berdua.

"Tes hafalan tajwid mereka aja, Mas, soalnya mereka baru belajar kemarin sama Ummi," ujar Nazwa memberitahu suaminya.

Azka dan Azkia menganggukkan kepala mereka seolah membenarkan apa yang Nazwa ucapkan tadi, sedangkan Maulana tersenyum tipis mendengar jika kedua anaknya telah melanjutkan pelajaran tajwid mereka.

"Yaudah, Baba kasih pertanyaan nanti Ummah hitung nilainya. Siapa yang paling tinggi nanti dapat hadiah dari Baba," ujar Maulana yang membuat kedua anaknya itu bersemangat.

Dengan kaki yang bersila kedua bocah kembar itu duduk di hadapan Maulana dan Nazwa, keduanya menunggu soal-soal yang akan diberikan oleh sang Baba. Melihat wajah lucu kedua anaknya membuat Nazwa tak mampu menahan gemas, tangannya bergerak mencubit pelan pipi gembul Azka dan Azkia.

LANAZWA : Let's Start A New story (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang