chapter 08

23.8K 1.6K 25
                                    

Happy reading ~



Keesokannya, Kalka bangun lebih dulu. Ia menoleh ke samping dan melihat suaminya yang masih terlelap. Nafasnya sedikit memburu dan bibirnya agak pucat. Kalka mengulurkan punggung tangannya untuk mengecek, dan sesuai dugaannya, Aksa demam.

Kalka segera memakai handuk dan berjalan keluar untuk mengambil air hangat di baskom kecil. Ia berhenti di depan kamar mertuanya yang kini di tempati Layla, kemudian mengetuknya tiga kali.

Tak lama kemudian, Layla membuka pintunya. Kalka yakin gadis itu juga baru bangun, terlihat dari rambutnya yang masih acak-acakan. Layla sedikit menguap dan menggaruk perutnya.

"Ada apa Kalka?"

"Kak... Itu... Aksa demam, kakak punya obat penurun panas gak?"

"Em... Bentar aku cari, keknya ada"

"Iya kak"

Layla kembali masuk ke dalam. Tak berselang lama, ia keluar lagi dengan membawa obat Paracetamol dan memberikannya pada Kalka.

"Makasih kak" Kalka segera menerima obat tersebut dan kembali ke kamarnya.

Ia duduk di pinggiran kasur, mencelupkan handuk kecil dan meremasnya hingga tidak terlalu basah lalu meletakannya di dahi Aksa. menyadari sesuatu, Kalka segera menepuk dahinya.

"Oh iya... Mas gak bisa minum obat kalo belum makan"

Pemuda itu mengambil pakaian bersihnya dan segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dulu. Setelah itu ia memasakkan bubur untuk sang suami yang sedang sakit.

Layla juga sudah rapih dengan pakaiannya karena hari ini ada jadwal kuliah. Ia menghampiri Kalka yang tengah berkutat di dapur.

"Hari ini kelasku sejam doang, bilang sama Aksa gak perlu buka warung. Hari ini aku yang jaga. Dia biar full istirahat aja"

Kalka menolehkan wajahnya kesamping lalu tersenyum pada gadis itu.

"Makasih kak, nanti ku sampein"

"Oh iya... Kamu gak ada ngidam apa gitu?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Kalka berpikir sejenak... Tapi akhirnya ia menggeleng pelan.

"Em... Gak ada sih, ngidamku cuma pengen selalu dekat mas Aksa aja"

"Dasar bucin"

"Daripada ngidamnya pengen dekatin suami orang"

"Iya juga sih... Yaudah kalo gitu, aku berangkat dulu" pamit Layla.

"Hati-hati kak"

Layla membalasnya dengan senyum kecil seraya mengusap singkat rambut Kalka.

Di rasa buburnya sudah matang, Kalka segera menyendoknya ke dalam mangkuk. Ia meletakkannya di atas nampan dengan segelas air, kemudian membawanya ke kamar.

"Mas... Bangun dulu makan buburnya, terus minum obat" ujar Kalka seraya menggoyangkan bahu suaminya pelan.

Kalka meletakkan bantal di dinding untuk tempat sandaran Aksa. Ia mengambil air dan lebih dulu diminumkan pada Aksa, kemudian mulai menyendok bubur dan meniupnya beberapa kali lalu menyuapi pemuda yang tengah sakit itu.

Aksa merasakan bubur tersebut dengan mata terpejam kemudian terkekeh lemah. Kalka mengernyit bingung melihat tingkah suaminya itu.

"Mas kenapa ketawa?"

"Gapapa sayang.."

Karena penasaran mengapa suaminya tiba-tiba tertawa. Kalka menyendok sedikit bubur buatannya untuk dicicipi. Kemudian...

"Uekkk... Asin!! Mas, ini gak bisa di makan.. aku buat baru dulu ya?"

Saat hendak berdiri, Aksa segera mencegat pergelangan tangan Kalka.

"Gak usah sayang... Mas makan ini aja"

"Tapi ini asin mas..." Lirihnya sambil menatap Aksa dengan pandangan sedih.

"Mas makan apapun yang kamu masak"

"Mas..." Tumpah sudah air mata Kalka. Melihat suaminya yang begitu mengerti perasaannya dan menghargai setiap usaha yang Kalka lakukan, walau kebanyakan gagal total dan tak sesuai ekspektasi. Aksa mengulurkan tangannya yang sedikit lemah lalu mendekap sang istri serta mengusap pelan punggung sempit itu guna menenangkannya.

Setelah Aksa menghabiskan buburnya dan juga meminum obat, ia kembali berbaring untuk mengistirahatkan diri.

Kalka segera membereskan peralatan makan Aksa lalu membawanya ke dapur untuk di cuci.

°
°

Sepulang kampus, Layla segera mengganti bajunya lalu kembali bersiap untuk pergi membuka warung. Saat hendak berjalan keluar, ia melihat Kalka di meja makan yang sedang duduk meminum susu hamilnya. Layla menyeret langkahnya mendekati pemuda itu lalu duduk di hadapannya.

"Kamu... Kek ada sesuatu yang dipikirin" ucap gadis itu.

Kalka meletakkan gelas kosong ke atas meja, ia mengelap area bibirnya yang terdapat bekas susu.

"Kak... Aku lagi mikirin mas Aksa, dia tuh agak aneh pas pulang dari warung kemarin. Dia ngasih uang ke aku.."

Layla mengernyitkan dahinya mendengar penjelasan Kalka yang sedikit tak di mengertinya.

"Maksudnya? Bukannya bagus dia ngasih hasil penjualan ke istrinya?"

Kalka sedikit menghela nafasnya, ternyata Layla belum mengerti juga.

"Maksudku tuh ya... Kalo emang tujuan preman-preman itu untuk dapatin uang, kenapa mereka cuma mukul dan gak ambil uangnya? Padahal kata mas Aksa mereka agak banyak, kalo pun mereka mau rampas semua uangnya itu bisa banget, tapi kenapa hanya di pukulin? Bukan maksudku minta-minta biar suamiku di timpa musibah, gak! Tapi ini agak ngeganjal aja. Mas Aksa juga gak ngasih tau apa-apa ke aku"

Layla mendengarkan dengan sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia cukup setuju dengan apa yang di utarakan Kalka. Kan rata-rata preman itu kalau cegat orang pasti yang di cari uang atau benda berharga lainnya.

"Tapi... Kalo emang Aksa gak ngomong apa-apa, mungkin dia lagi beruntung aja uangnya gak dirampas kemarin. Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, itu bakal buat kamu stress yang nantinya bakal ngaruh ke kandunganmu. Kamu tenang aja... Aku kenal Aksa karena kami tumbuh bersama. Dia teman sekaligus adek yang baik dan tangguh. Menurutku... Dia bisa kok jaga diri dengan baik"

Walau sedikit ragu dengan ucapannya sendiri, Layla tetap meyakinkan Kalka agar pemuda itu tidak berlarut-larut dengan pikiran negatifnya.

"Yaudah kalo gitu, aku pergi dulu ya? Kamu dan Aksa baik-baik di rumah" pamit Layla menepuk kecil punggung tangan Kalka.

"Makasih kak, hati-hati ya? Jangan sampe ketemu preman-preman itu lagi"

Layla menanggapinya dengan acungan jempol  seraya berjalan keluar rumah.

Setelah kepergian Layla, Kalka mengambil gelas kosongnya dan segera di cuci lalu kembali masuk ke kamar.

Ia melihat Aksa yang lagi-lagi... Matanya memandang keluar jendela seraya melamun. Kalka segera mendekat dan langsung menutup jendela. Ia kembali mendekati Aksa dan mendekap pemuda itu ke dadanya.

"Melamun terus ihh... Entar kerasukan dedemit loh"

Aksa terkekeh pelan dan membalas pelvkan istrinya.

"Naik ke pangkuan mas sini"

"Tapi mas lagi sakit..."

"Mas kuat kalo cuma mangkuin kamu"

Kalka akhirnya menuruti dan segera naik ke pangkuan Aksa.

"Buka bajunya, mas mau pelukan sama dedek bayi"

Kalka agak malu-malu membuka kaos yang di kenakannya hingga terpampang perutnya yang mulai membuncit. Aksa segera memeluk perut bulat itu seraya menyandarkan kepalanya ke dada Kalka dan memejamkan mata merasakan degupan jantung sang istri dan pergerakan anak mereka yang membuatnya lebih tenang. Kalka mengelus lembut rambut hitam berponi itu sambil sesekali mengecupnya pelan.

TBC.

Jangan lupa tinggalkan jejak.. terima kasih ~

Aksa, gue hamil !! |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang