chapter 09

22.7K 1.6K 12
                                    

Happy reading ~



Ternyata lebih dari sehari untuk Aksa memulihkan kondisinya kembali. Hari ini, tepat 3 hari setelah pengakuan Aksa yang di keroyok oleh sekumpulan preman-preman itu. Aksa sudah bisa untuk kembali menjaga warung lagi.

Adapun istrinya Kalka dan sepupunya Layla, tengah mencuci pakaian di halaman belakang rumah. Kalka tidak merasakan canggung lagi pada Layla. Karena gadis itu telah memberitahunya untuk bersikap biasa saja dan menganggapnya seperti kakak sendiri.

Hari ini Aksa pulang dari warung agak larut, yaitu jam 7. Ia melangkah ke dalam dan langsung menuju dapur.

Mengambil air panas dan sedikit mencampurnya dengan air biasa agar menjadi hangat. Ia mencelupkan handuk ke dalamnya lalu mengompres bagian rusuk kirinya yang terdapar memar baru. Ya.. hari ini Aksa kembali di pukuli oleh segerombolan orang-orang tidak di kenal.

Ia kemudian mengoleskan salep yang tadi sempat di belinya di apotik dengan wajah meringis menahan sakit.

"Mas...?"

Aksa sedikit tersentak dan menoleh ketika istrinya, Kalka, keluar dari kamar dan menyerukan namanya pelan.

Kalka berjalan pelan mendekati suaminya itu. Aksa sedikit gelagapan dan segera menurunkan kaos yang ia kenakan, namun Kalka kembali menyingkap kaos tersebut dengan paksa dan terlihatlah bekas biru keunguan di rusuk kirinya.

"M-mas... Ini kenapa?"

Aksa segera menepis pelan tangan Kalka dan kembali menurunkan bajunya.

"Gak, bukan apa-apa" balasnya seraya masuk ke dalam kamar, meninggalkan Kalka.

Kalka sejenak menatap tangannya yang tadi sempat di tepis oleh Aksa dengan pandangan lirih sekaligus bingung. Tanpa menunggu lama, ia segera mengikuti Aksa ke kamar.

Pemuda kecil itu semakin mendekat pada sang suami yang tengah berbaring memunggunginya. Ia mencoba memegang lengan Aksa, namun lagi dan lagi, Aksa kembali menepis tangannya.

Menerima perlakuan tiba-tiba seperti itu dari suaminya, cairan bening diikuti isakan kecil itu langsung keluar begitu saja.

"Mas... Mas kenapa tiba-tiba jadi gini? Aku punya salah apa? Mas kesal karena di hadang lagi sama preman-preman itu terus ngelampiasin kekesalanmu sama aku? Aku aja kaget banget ngeliat kamu di pukul kek gini mas..."

"Diam"

Mendengar satu kata yang terlontar dari mulut Aksa tanpa memandangnya sedikitpun, Kalka semakin merasa terluka dan mengeraskan tangisannya.

"Mas kenapa !! Coba bilang salahku apa!? Kenapa mas tiba-tiba berubah gini!? Apa... Apa mas udah bosan dan muak sama aku? Apa mas ngerasa aku beban dan gak mau lagi nafkahin aku? Jawab mas..."

Aksa segera bangkit dari berbaringnya lalu memandang wajah sang istri yang sudah di penuhi dengan air mata. Ia sedikit memejamkan matanya dan membalas kata-kata Kalka.

"Iya, aku udah muak dan ngerasa kamu itu cuma beban, aku bosan dan ngerasa gak sanggup lagi buat nafkahin kamu"

PLAKKK

Wajah Aksa terasa sedikit panas saat Kalka menamparnya dengan begitu kuat. Mungkin itu adalah bentuk emosi yang sudah ia tahan-tahan.

"MAS JAHAT!!!"

Dengan sedikit kesusahan karena perut buncitnya, Kalka bangkit dari kasur dan segera berlari keluar.

Aksa menatap punggung kecil itu hingga menghilang di balik pintu. Ia lalu menundukkan kepala dengan bahu yang bergetar hebat karena menangis.

°
°

"Kak... Mas Aksa jahat, mas bilang aku cuma beban buat dia... Mas bilang udah gak sanggup lagi nafkahin aku huaaa mas Aksa jelek ! Aku gak suka !!"

Layla mengusap-usap pelan punggung Kalka yang kini tengah berbaring di kasur sambil menangis di bantalnya. Ia sedikit terkejut tadi saat Kalka meneriaki namanya sambil menggedor-gedor pintu dengan kuat.

Setelah beberapa saat menangis, Layla tidak lagi mendengar tangisan Kalka. Gadis itu sedikit melunjurkan kepalanya mencoba melihat pemuda itu yang ternyata sudah tertidur. Mungkin lelah karena terus menangis, pikirnya.

Setelah membungkus tubuh Kalka dengan selimut, Layla berjalan keluar. Sebenarnya ia ingin tahu apa yang terjadi dengan Aksa hingga bisa berbicara sekasar itu pada istrinya sendiri.

Layla menghentikan langkahnya ketika melihat Aksa yang tengah duduk di meja makan dengan kepala yang tertunduk dalam seperti seseorang yang tengah menyesali perbuatannya.

Ia menyeret kakinya mendekat pada pemuda itu.

"Sa..." Panggilnya pelan sembari memegang bahu Aksa.

Pemuda yang tengah menunduk itu segera mengangkat wajahnya dengan mata yang sedikit memerah karena menangis.

"Apa... Kalka udah tidur kak?"

Layla mengangguk pelan seraya menarik kursi plastik di samping Aksa kemudian duduk.

"Bukan aku mau kepo tentang urusan kalian atau apa, tapi... Kamu kok bisa bicara sekasar itu ke istrimu sa? Emang Kalka punya salah apa? Dia selingkuh? Keknya gak deh, dia aja jarang keluar rumah, mana sempat punya waktu buat begituan. Lagian dia juga bucin banget ke kamu... Mana mungkin dia selingkuh"

"Kak..."

Layla terkekeh pelan. Ia tahu jika itu pastilah bukan alasan mengapa keduanya bertengkar, namun ada hal lain.

"Yaudah, mau cerita gak?"

Aksa terlihat berpikir sejenak, lalu mulai menceritakan tentang kejadian mengapa dirinya bisa berbicara seperti itu pada Kalka.

Layla mendengarkan dengan tenang namun sedikit iba dengan gurat kekhawatiran yang terpancar di wajahnya. Mungkin... Ia hanya mampu mendengar keluh kesah kedua pasangan muda itu tanpa bisa membantu. Ini... Sangat jauh dari batas kemampuannya.

Setelah selesai dengan kegiatan mencurahkan isi hatinya tersebut, Aksa meminta untuk melihat Kalka lebih dulu sebelum kembali ke kamarnya.

Ia masuk ke dalam kamar Layla dan melihat kecintaannya yang tengah tertidur dengan mata yang sembab sehabis menangis. Aksa semakin menyeret kakinya mendekat hingga berada tepat di samping kasur. Ia menyisir lembut surai coklat terang itu keatas lalu sedikit menunduk untuk mengecvp dahi Kalka.

"Mas Aksa jahat..."

Dada Aksa semakin tercubit pilu ketika mendengar Kalka yang mengigau seperti itu.

"Iya, mas jahat sayang... Maaf udah buat kamu nangis, mas benar-benar minta maaf.."

Aksa mengusap lembut air mata di pipi Kalka, lalu berjalan keluar dari kamar tersebut.

Setelah kepergian Aksa, Layla duduk di samping kasur sambil menatap wajah Kalka.

"Maaf... Aku gak bisa bantu apa-apa"

TBC.

Jangan lupa tinggalkan jejak.. Terima kasih ~

Aksa, gue hamil !! |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang