IV : alat bantu dengar

307 21 1
                                    

Aku punya alat, alat ajaib yang bisa membantuku untuk mendengar.

...

Setelah malam itu, dimana Hesta mengatakan bahwa ada kemungkinan untuk Java mendengar, yaitu dengan cara menggunakan sebuah alat ajaib. Setelah makan itu Java berambisi untuk mendapatkan alat itu tanpa menyusahkan Hesta atau neneknya.

"Ricky, apa kamu tau caranya mendapatkan uang?" Gerakan tangan Java itu membuat Ricky menggeleng pelan dan tersenyum.

"Aku tidak tau, biasanya aku selalu mendapatkan apapun yang aku mau dari ayah." Jawab Ricky menggunakan bahasa isyarat membuat Java menunduk lesu.

"Tapi ayah tidak mau denganku."

"Kalau begitu kau bisa meminta kepada kakakmu." Saran Ricky tapi Java menggeleng.

"Aku akan mencari uang sendiri saja, agar aku bisa mendapatkan alat bantu dengar."

"Kalau begitu, semangat!" Ricky yang menyemangatinya membaut Java semakin yakin untuk mencari uang sendiri dan membeli alat ajaib itu.

...

Saat ini Java pulang dari TK sendirian, karena Ricky dijemput oleh orangtuanya. Dan diperjalanan pulang, Java melihat ibu-ibu yang hanya duduk sambil membawa sebuah wadah.

"Uang mereka banyak." Batin Java.

Java jadi berpikir, apa Java ikut menjadi seperti mereka saja ya?

Java yang memiliki sebuah ide pun membuka tasnya dan mengeluarkan buku dan pensil. Java menuliskan sesuatu di atasnya, dan semoga saja orang-orang akan memberinya uang seperti ibu yang ada di depan toko itu.

Java berdiri di dekat lampu merah sambil memegang kertas itu dan menjadikan tasnya sebagai wadah. Banyak orang-orang yang merasa iba melihatnya.

Java tersenyum saat orang-orang memasukkan selembar uang ke dalam tas ranselnya. Rasa bahagia menyelimuti dirinya, tanpa tau sebenernya pekerjaan apa yang dia lakukan sekarang.

Java terus melakukan aksinya dengan berpindah-pindah tempat dan ternyata semakin banyak saja uang yang dia terima tanpa harus berkerja keras.

Saking bahagianya Java, dia sampai lupa bahwa hari semakin gelap. Dia lupa dengan Hesta yang tengah kebingungan mencarinya.

...

"Oy! Mau kemana lo?" Tanya Jaegar yang melihat temannya sedang berjalan kesana-kemari seperti orang gila.

Hesta mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan sesuatu disana.

Adikku belum pulang sejak tadi

Jaegar yang membacanya ikut kaget. Dia ingat, Hesta pernah bercerita bahwa adiknya masih TK. Dan bukankah anak TK sudah pulang dari tadi pagi?

"Mau gue bantu?" Tanya Jaegar yang masih bekerja itu. Jaegar bekerja sebagai kurir pengantar makanan. Dan kebetulan dia hafal dengan daerah ini.

Apa tidak masalah?

"Gapapa, tapi besok lo harus bawain gue cemilan juga." Ucap Jaegar membuat Hesta langsung mengangguk semangat.

"Kalau gitu gimana ciri-cirinya? Lo punya fotonya?" Tanya Jaegar dan Hesta mengangguk menunjukkan foto anak kecil yang tengah tersenyum itu kepada Jaegar.

"Kirim ke gue." Suruh Jaegar.

"Lo pulang aja, bentar lagi tuyul lo nyusul pulang." Ucap Jaegar tapi Hesta menolak.

Java dan Lukanya [✓]Where stories live. Discover now