Part 20;Lamar secara resmi

21.8K 1.1K 20
                                    

Gak ngevote? Sumpah, kalian kejam🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak ngevote? Sumpah, kalian kejam🥺

_

Keindahan senja tak dapat mengalahkan keindahan rumah gue. Dia, Elara. Semesta sekaligus rumah terhangat, satu-satunya tempat gue berpulang sejauh apapun gue pergi.
-Pangeran Atlantik

20.Lamar secara resmi

Dua bulan berlalu. Usia kandungan Elara menginjak empat belas minggu, hampir memasuki trimester kedua. Dalam kurung waktu itu, demi keamanan, bukan hanya sekali dua kali, Elara pindah-pindah hunian, dibantu oleh Atlantik.

Hidup mereka bagaikan buronan. Atlantik tidak pernah jenuh membantu Elara untuk kabur apabila firasat mulai menunjukkan ada seseorang yang mencurigakan mulai mengawasi mereka lagi. Ralat--hanya Elara lebih tepatnya.

Hari ke hari, perut Elara semakin kentara, kini Elara kemana-mana harus memakai pakaian berukuran oversize untuk menyembunyikan kehamilannya. Terutama pergi ke kampus.

Di petang akhir pekan ini, Atlantik mengajak Elara ke pantai menyaksikan sunset. Di sana, menuju ujung dermaga, Elara berlarian. Rambut panjangnya yang berwarna hitam legam, melayang tertiup oleh angin. Dengarlah, deburan ombak mengalun merdu di sekeliling mereka.

"Jangan lari-lari, Ra! Ntar lo jatuh, jadi gepeng nanti anak gua!"

Berputar badan, dengan ceria Elara melambai-lambaikan tangannya untuk Atlantik. "Atla!! Sini buruan!!"

Panggilan tak sabaran dari Elara membuat Atlantik menambah laju kedua kakinya yang berayun. "Sabar napa!"

"Ck, lelet!" Elara berlari balik menuju Atlantik. Berniat untuk segara menarik lengan Atlantik agar lebih cepat membawanya ke ujung dermaga

"Udah dibilang jangan lari-lari! Nanti jat--" Telat, Elara sudah jatuh lebih dulu bahkan sebelum perkataannya habis, ia tersungkur jatuh. Kini Atlantik berdiri dihadapan Elara dengan kedua tangan tersimpan didalam saku sweater, ia mengulum senyum mencibir. "Tuh kan, mampus! hampir aja jatoh."

"Udah jatoh! Ih!!" Dengan kesal Elara mendongak, menatap penuh kebencian lelaki yang meninggi di depannya. "Bukannya dibantuin, malah diledekin!" Cetusnya, ia duduk sempurna di tempatnya lalu menyentuh lututnya yang terkelupas bercampur kemerahan.

Membuang napas, Atlantik bertekuk lutut. Tatapannya terlihat iba dibuat-buat. "Sakit?"

Sudut bibir Elara melengkung kebawah. Menunjukkan raut melasnya. Gara-gara kecebong Atlantik yang bersemayam dalam rahimnya, belakangan ini ia jadi lebih mudah sensitif walau pada hal-hal yang sepele.

"Pake nanya! Coba bayangkan aja Atla di posisi Ara, jatuh tersungkur, lutut kebentur sampe luka, menurut Atla sakit kagak?!"

"Enak banget kayaknya."

PANGERAN ATLANTIK (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang