TMI - Pure Soul

12 2 0
                                    

Daksh memegang dadanya yang terasa sakit terkena serangan Demon tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Daksh memegang dadanya yang terasa sakit terkena serangan Demon tersebut. Pria itu memejamkam kedua matanya ketika ia mengumpulkan mana-nya untuk menggunakan senjata rahasia.

Ketika hendak melemparkan serangan, terdengar teriakan Alsaki yang memerintahkan Daksh untuk tidak mengeluarkan serangan itu.

"Daksh, jangan kau pakai senjata rahasia itu! Kau mau kita semua mati sia-sia di tempat ini, hah?!" Teriak Alsaki dengan marah. Pria itu menghampiri Daksh dan menepuk bahu sang adik.

"Tapi, Demon sialan itu telah menghirup jiwa adik Charu," kata Daksh dengan sedikit bentakan.

"Apa katamu!" sahut Locahana heboh. "Pure soul?" Lanjutnya.

Daksh mengangguk pelan, "Iya, pure soul."

"Kau sudah menemukan manusia pilihan itu tapi tidak memberitahukan itu kepada kita semua?" kini yang bersuara yaitu Atharya. Tidak lupa dengan tatapan yang tajam.

Dark-Hunter, kalian berkumpul semuanya. Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu.

Kini semua pasang mata menatap Demon yang melayang di udara tidak jauh dari mereka berdiri.

Aku sudah menantikan hal ini, tapi aku tidak menyangka kalau aku akan bertemu kalian.

Demon itu menatap Sachin Boy's dengan seringainya.

Pergilah! Biarkan aku menghirup sumber kekuatanku. Aku yakin, kekuatan kalian belum semuanya bangkit kan? Aku tidak ingin musuh terbesarku mati terlebih dahulu.

Daksh yang mendengar itu mengepalkan kedua tangannya. Tatapannya pun semakin tajam. Penuh amarah.

"Sialan!" Desis Daksh.

Dark-Hunter, kau menyukai perempuan lemah itu?

Daksh tidak menjawab. Pria itu menatap Alsaki untuk meminta izin menyerangnya. "Izin aku menyerangnya, kalian bisa menyerangnya setelah seranganku ke tiga." ujar Daksh serius.

Semuanya yang mendengar perkataan Daksh sontak saja mengambil formasi. Melihat itu sontak membuat Daksh langsung memfokuskan tatapannya. Di tangan kanannya kini muncul sebuah katana panjang yang bercahaya biru di seluruh katana tersebut.

Daksh mengalirkan mana ke katana miliknya. Setelah terisi, tangannya terayun ke belakang. "Terima ini, Demon sialan!" pekik Daksh sambil berlari menghampiri Demon tersebut.

Ah!

Demon tersebut berteriak ketika tubuhnya terkena katana milik Daksh. Tidak lama dari itu, serangan lain pun datang menghampirinya.

Vihaan mengambil tiga langkah ke belakang. Tangannya kini memegang sebuah busur dan anak panah kesayangannya. Matanya fokus menatap Demon yang kini mulai menyerang para saudaranya. "Demon sialan! Gara-gara kau, aku harus memiliki trauma sialan itu. Terima anak panah kesayanganku ini!" ujarnya dengan penuh kebencian.

Vihaan meluncurkan anak panahnya, tidak lupa dia mengalirkan mana-nya.

Tepat sasaran!

Vihaan tersenyum senang ketika anak panahnya itu mendarat dengan sempurna di tempat yang dia tuju. Bagian dada.

Demon tersebut berteriak kesakitan ketika anak panah itu menembus dadanya. Sialan, Dark-Hunter!

Atharya kini melayangkan serangan akhirnya. "Terima ini!"

Demon tersebut semakin berteriak kesakitan. Dengan perlahan tubuhnya mulai memudar dan berubah menjadi asap.

Sachin Boy's hanya menatapnya dengan tatapan yang tajam. Namun, Daksh langsung menghampiri Charu untuk memeriksa keadaannya.

"Charu!" Panggil Daksh lembut. Tangannya menepuk pelan pipi perempuan itu. "Charu, bangun!" sambungnya.

Kemudian Daksh meraih pergelangan Chaesa dan memeriksa nadi perempuan tersebut. "Syukurlah, Demon jelek sialan itu hanya sedikit menghirup jiwa nya." ujar Daksh lega. Pria itu menatap saudaranya yang masih menatap kumpulan asap.

"Tolong bantu aku menyembuhkan adik Charu, Bang Atharya!" Daksh menatap Atharya dengan memelas. Dia harap pria itu mau membantunya.

Atharya kini menatap Daksh dengan datar. "Untuk apa?"

"Aku mohon, aku tidak ingin Charu cemas melihat keadaan adiknya sendiri." bujuk Daksh.

Lochana dan Kavaya menghampirinya. Mata mereka menatap kedua perempuan yang kini pingsan.

"Demon tadi sungguh menghirup jiwa dia?" tanya Lochana.

"Hanya sedikit," balas Daksh.

Lochana menghela nafas lega. "Syukurlah," ujarnya.

"Bawa mereka ke kasur," titah Atharya.

Daksh mengendong tubuh Charu. Sedangkan Chaesa di gendong oleh Vihaan. "Vihaan saja yang mengendongnya,"

Alsaki yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Dia melihat sinyal aneh dari Daksh untuk Charu. Aku harap, Daksh tidak menyukai manusia itu! Batin Alsaki.

Sayangnya, harapanmu tidak terkabul, Bang. Daksh mulai mencintainya. Batin Kavaya sambil menatap Alsaki yang menghampiri Atharya. Ya, salah satu keistimewaan yang dimiliki Kavaya yaitu bisa mendengar suara batin.

***

THE MORTAL INSTRUMENT [AU VERSION]Where stories live. Discover now