Part 22;Bayi besar?

26.8K 1.1K 17
                                    

Tinggalkan jejak untuk mensupport aku, baik berupa vote atau komen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tinggalkan jejak untuk mensupport aku, baik berupa vote atau komen. Apakah sesyulit itu, bub?🥺

22.Bayi besar

Pukul sebelas malam, Atlantik pulang dari tempat kerja. Penampilan dan wajahnya yang terlihat agak kusut, tak dapat mengurangi kadar ketampanannya.

Membawa langkah yang gontai, Atlantik masuk ke dalam kos-kosan minimalis tersebut, hatinya seketika dilingkupi kehangatan yang tak bisa dijabarkan lewat kata-kata tatkala dirinya menemukan seorang Wanita cantik dalam kondisi hamil muda sedang terlelap disebuah kursi.

Posisinya duduk bersandar, nampak tidak nyaman. "Apakah dia ketiduran nungguin gue?" Gumam Atlantik.

Selain kehangatan, rasa penat dan lesu yang menguasai jiwanya hilang antah berantah melihat Istrinya. Sengaruh itu memang Elara padanya.

Dirinya berjongkok dihadapan Elara. Ia mengelus pipi chubby-nya dari bawah. Pandangan Elara menunduk, ia manfaatkan keadaan dimana Elara sedang tertidur, mengamatinya lamat-lamat.

"Gue masih belum percaya, that a woman as beautiful and cute as this is my wife."

"Gue mau berterima kasih sebesar-besarnya ke Mama lo karena udah ngelahirin perempuan sehebat dan secantik lo ke dunia ini. And I also thank fate, takdir yang telah memandu kita bertemu. And now? Gue berhasil menjadikan gadis secantik dan selucu ini sebagai Istri gue. Gue sehebat itu, emang."

Atlantik terkekeh geli atas dialognya sendiri. Andai saja Elara sedang dalam keadaan bangun, tidak tahu bagaimana reaksinya mendengar turut katanya yang menggelikan. Ketawa kencang, mungkin?

"Kok gue jadi sealay ini sih? Gak gue banget. Lo pelet gue ya, Ra?"

"Tapi, gue emang seberuntung itu bisa memiliki lo." Gerakan yang semulanya hanya mengelus, kemudian Atlantik memberikan sedikit cubitan singkat disana.

Rupanya tindakannya cukup ampuh mengusik Elara, badannya menggeliat memberi respon alami. Kelopak mata berbulu lentik itu terbuka, menyipit serta mengerjap beberapa kali mencoba menyingkronkan cahaya yang mengisi ruangan.

Ia mengucek-ucek netranya, menguap sebelum mengangkat suara khas bangun tidurnya. "Atla? Udah lama pulangnya? Kenapa gak bangunin Ara..?"

Gerakan tangan Elara menyugar surai Atlantik yang gondrong serta berantakan itu ke belakang, sisi kepala Atlantik sedang merebah di pangkuannya dengan posisi mendongak. "Demen aja liat cara tidur lo yang sebelas dua belas dengan babi."

"Atla bisa gak, berhenti jadi nyebelin sehari aja?!" Baru keluar dari alam mimpi, bibir Elara sudah dibuat manyun olehnya.

"Gak bisa, soalnya lo lucu kalo lagi kesal. Apalagi pas cemberut, favorit gue banget."

PANGERAN ATLANTIK (Open PO)Where stories live. Discover now