TMI - Istana Sihir

12 1 0
                                    

Setelah melakukan perjalanan selama 4 hari, akhirnya Daksh sampai juga di Istana Sihir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melakukan perjalanan selama 4 hari, akhirnya Daksh sampai juga di Istana Sihir. Meskipun wajahnya lelah, Daksh sangat senang karena telah sampai dengan selamat walau sedikit gangguan.

"Tidak ada yang berubah, masih sama seperti tiga tahun yang lalu." ujar Daksh sambil menyunggingkan senyuman. Daksh melangkahkan kakinya untuk memasuki halaman Istana tersebut.

Di sepanjang langkahnya, Daksh bertemu dengan beberapa penyihir putih tingkat 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di sepanjang langkahnya, Daksh bertemu dengan beberapa penyihir putih tingkat 2. Daksh menyapa mereka dengan ramah.

"Daksh?!"

"Iya, aku. Kalian apa kabar? Sudah lama aku tidak menyapamu," Daksh menghentikan langkahnya.

Kedua penyihir putih itu tersenyum lebar. "Kita baik, Daksh. Kau dan para saudaramu sehat kan?" tanya salah satu penyihir dengan rambut berwarna coklat terang dengan membawa buku di tangan kanannya.

"Sehat, cuman kekuatan belum bangkit sempurna," balas Daksh lirih. Kekuatannya pun belum sempurna sembuh. Mana-nya terkena cukup dalam. Butuh bertahun-tahun untuk ia menyembuhkannya.

"Mana mu belum sembuh?" ujar penyihir dengan rambut hitam legam. Dia pikir, telah sembuh sempurna.

Daksh menggelengkan kepalanya. "Belum, kalau aku mengeluarkan mana dengan terpaksa, tubuhku terasa sangat sakit sekali bahkan jantungku pun seolah akan pecah." jelas Daksh mengatakan kondisi tubuhnya dengan jujur.

Kedua penyihir suci itu terdiam mendengar penjelasan yang Daksh berikan. Penyihir dengan rambut hitam legam itu memejamkan kedua matanya, tangan kanannya terangkat dan berhenti tepat di wajah Daksh.

"Kau merasakan apa, Yuan?" tanya penyihir dengan rambut coklat yang bernama Lin.

Yuan tidak menjawab, namun ekspresi pria itu membuat Lin khawatir. Sedangkan Daksh hanya bisa diam dan menatap pria di depannya.

Mana ku hampir hancur, dan akan sulit untuk menyembuhkannya. Butuh bertahun-tahun untuk sembuh sempurna. Batin Daksh lirih.

"Hah!" Yuan mengambil nafas dengan kasar. Keringat kecil muncul di wajah pria tersebut. Lin langsung mengelap keringat Yuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE MORTAL INSTRUMENT [AU VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang