prolog

4 0 0
                                    

"Jadi... " Odi kembali meneguk segelas matcha dihadapannya sebelum melanjutkan perkataan. "Selama ini kamu gak punya temen?"

Kay mengangguk pelan, tangannya mengaduk-aduk gelas yang sudah kosong, hanya terisikan seonggok es batu. Odi tersedak. Menepuk dadanya sambil tertawa terbahak.

Kay mendelik. Meskipun akhirnya membantu dengan memberikan air putih.

Odi mengatur napasnya, masih menahan tawa, tapi, melihat adik sepupunya yang menampakkan wajah menyedihkan itu, ia mengurungkan niatnya, dan berdeham. Sok bijak.

"Jadi, selama ini, kamu gak punya temen?" Tanyanya sekali lagi. Memastikan. Dengan wajah sok serius, dan alis yang dinaikkan sebelah.

Kay berdecak. "Gausah diperjelas, kenapa sih." Bisiknya sambil menoleh kanan-kiri. Karena takut terdengar oleh pungunjung lain bahwasanya ia tak memiliki teman sepermainan. Kan malu.

Tawa Odi menyembur.

Yeah, Kay tau itu hal yang sangat konyol. Masa, dari sekian banyak orang di sekolahnya, atau bahkan di kelasnya. Ia tak memiliki satu orang pun teman?

Sebenarnya, Kay tak merasa melakukan apa pun yang menyebabkan dirinya terasingkan. Ia juga bingung kenapa suatu hari dirinya tak diajak berbincang oleh satu orang pun.

***

Pagi itu, segerombolan anak perempuan berkumpul di meja paling belakang, mejanya Naura. Naura memang anak yang pemalu sekaligus rupawan, senyumnya yang jarang ditampakkan itu membuat orang-orang penasaran dengannya.

"Cih, apasih yang menarik darinya," Sungut Kay yang didengar oleh teman sebelahnya. Nila.

"Ih, si Naura tuh emang dari awal masuk udah jadi anak emasnya kelas ini tau, sebelum kamu dateng emang udah gitu," Balas Nila dengan nada yang sama kesalnya, karena ada seseorang yang meremehkan anak kesayangannya.

"Apasih ikan Nila! Aku gak nanya kamu tau!" Balas Kay.

"Dih, orang aku cuma ngasih tau doang."

"Ya, aku gak mau tau!"

"Yaudah sih."

Kay meneguk ludah, ada apa nih, kok tiba-tiba dia jadi anak emasnya kelas ini?
Apa yang berbeda darinya? Apa yang membuat orang-orang tertarik mengobrol dengannya? Kok orang-orang jadi meninggalkannya? Padahal kan seminggu lalu yang mendapat semua atensi itu Kay! Karena Kay anak pindahan dari luar kota yang jago perhitungan matematik. Ke mana penggemar-penggemarnya seminggu lalu?

Karena rasa penasarannya, ia ikut berkumpul di belakang, mengintip dari celah-celah murid lain. Ia jinjit. "Oalah, cuma gambar anime doang, yang begituan mah, aku juga bisa."

Serentak, manusia-manusia di sekelilingnya memandangnya dengan tatapan tajam. Seolah akan menerkam. Kay yang tak sadar akan apa yang diucapnya memandang balik dengan tatapan heran.

Sejak saat itu, tak ada yang memulai percakapan dengannya.

***

"Yaa, sejak itu sih, gatau kenapa orang-orang pada ngejauhin," Jelas Kay panjang lebar sambil menyedot habis minumannya (tadi ia nambah segelas es leci).

Odi tertawa kecil, lalu tawanya makin lama makin besar. Terbahak-bahak.

"Ih, udah dibilang jangan ketawa."

Masih dengan tawanya, Odi membalas, "Duh, maaf maaf," Ia mengusap air mata yang sedikit keluar dari matanya.

"Duh, ternyata adikku ini punya rival ya."

Kay mengangkat sebelah alisnya, "Rival?"

"Iya, rival, apalagi namanya kalau bukan rival. Kamu merasa tersangi akan kehadirannya kan?"

Setelah dipikir-pikir lagi, iya sih. Ia mengangguk.

"Kasihan sekali adik manisku ini, berarti sudah berapa hari kamu dijauhi oleh teman-temanmu?" Odi ternyata sudah mulai bijak. Mungkin efek sudah menjadi mahasiswa ya.

Kay berdecak sebal, ia masih memakai seragam putih-birunya. Tadi saat pulang sekolah ia kaget sekali dijemput Odi, kakak sepupunya yang jarang pulang, karena merantau. Ia langsung menagih janji Odi setengah tahun yang lalu, yaitu mengajaknya ke cafe.

"Berapa hari, berapa hari, bukan hari lagi! Tapi udah tiga minggu!"

Tawa Odi menyembur lagi.

"Ti-tiga minggu?"

Kay mengangguk malu.

"Jadi selama tiga minggu ini kamu gak ngobrol sama siapa-siapa dong?"

"Ya, enggak sih, kalau ada tugas kelompok masih ngobrol, kok. "

"Tapi buat bagi tugas doang." Sambungnya.

Odi menatap kasihan pada adik sepupunya. Ya, salah dia sendiri sih, mulutnya kenapa blak-blakan gitu.

Terlihat seringaian pada wajah Odi, ia mendapat ide bagus. Lalu ia mulai membicarakan idenya itu pada Kay.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Feb 22 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

aloneOù les histoires vivent. Découvrez maintenant