You're The Toxic

129K 320 0
                                    

Selena terus memasang wajah muram sepanjang hari. Saat ini gadis berperawakan mungil dengan wajah manis dan berpipi tembam itu tengah merapikan dapur setelah berkutat membuat camilan untuk dirinya sendiri.

Di tengah kegiatan Selena, seorang pria jangkung dengam tubuh atletis nan sexy memasuki dapur dan langsung meneguk segelas air. Membuat Selena menggerutu dalam hati.

"Muka lo bikin enek." Ucap Leon si pria jangkung.

Leon dan Selena sudah berpacaran selama tiga tahun. Tak jarang mereka menginap di tempat satu sama lain. Dan saat ini, giliran Selena yang menginap di apartemen Leon.

"Hah?! Lo yang nyebelin!" Balas Selena tak terima.

"Lo itu tukang selingkuh! Pengekang! Pemaksa! Lo itu toxic di hubungan kita!"

Mendengar Selena yang menggebu-gebu menyampaikan isi hatinya membuat Leon tersulut amarah.

"Tukang selingkuh?" Tanya leon sambil berjalan mendekati Selena sampai hidung mereka hampir bersentuhan.

"Apa buktinya?! Lo itu tukang overthinkink! Tiap hari isi hati lo cuma rasa curiga!"

"Itu bukan rasa curiga! Tapi kenyataan! Gua tau lo suka Erina."

Leon mengernyitkan alisnya mendengar nama teman dekatnya keluar dri mulut kekasihnya.

"Erina lagi. Stop bawa-bawa Erina di setiap argumen kita!"

"Kenapa? Lo nggak terima, cewek kesayangan lo itu gua sebut? Nyata kan, lo sebenernya suka sama Erina?"

Leon kemudian menarik rambut Selena ke belakang hingga Selena mendongak sambil merintih.

"Bilang aja lo insecure. Lo gak secantik Erina. Dan lo tuh punya sifat yang kekanakan banget. Gua akuin, Erina lebih baik daripada elo!" Leon terus membanjiri wajah Selena dengan kejujurannya.

"Erina itu elegan, cantik, pinter, dan dia selalu ngasih space buat gua. Sedangkan lo, lo tuh terlalu clingy gua gak suka."

Bak sebuah bilah pedang yang tajam menusuk hati Selena, kata-kata Leon benar-benar menyakitkan.

"Jadi bener kan, asumsi gua? Lo suka Erina, ya udah pergi aja sama Erina. Ngapain juga lo pacaran sama gua. Pergi lo!" Ucap Selena dengan mata berkaca-kaca sambil mendorong Leon.

"Liat, lo liat diri lo! Lo yang toxic!" Balas Leon.

"Lo yang toxic. Lo selalu maksa gua buat ngejauh dari semua temen cowok gua! Gara-gara lo juga gua jadi nolep!"

"Gua punya alesan. Lo selalu centil sama cowok lain! Lacur lo!"

Selena tertegun mendengar perkataan Leon. Mulut leon benar-benar kasar dan tidak sopan.

"Kalo gua lacur, lo gigolo!" Balas Selena

"Maksud lo?" Tanya Leon dengan wajah merah padam karena amarah.

"Gua tau lo anggep Erina lebih dari temen! Gua juga tau, lo udah ngelakuin banyak hal sama Erina, termasuk hal-hal intim!"

Sambil tersenyum miring, Leon berkata
"Ini alesan lo gak punya temen. Dan ini alesan keluarga lo nelantarin elo."

Mata Selena terbelalak. Keterlaluan. Leon sudah berlebihan.

"Stop"

"Stop? Kenapa? Lo gak bisa nerima fakta bahwa keluarga lo udah ngebuang elo?"

"Nyata kan? Bahkan orang tua lo sendiri, mereka gak tahan sama sikap lo yang terlalu kekanakan."

Dengan air mata yang sudah membasahi pipi tembam gadis itu, Selena menampar pipi Leon dengan sekuat tenaga. Menyadarkan Leon akan kata-katanya.

"Gua benci sama lo!" Ucap Selena yang kemudian berlari dari dalam unit Leon.

Leon hanya berdiri tertegun melihat sosok kekasihnya menghilang dari balik pintu.

Beberapa menit berlalu, saat tersadar Leon melihat ke arah jam tangannya dan ternya sudah menunjukan pukul 22.45.

"Sial... gua brengsek banget." Ucapnya sembari berlari meraih jaketnya.

Leon dengan tergesa-gesa memacu mobilnya menyusuri jalanan. Ia lupa, kalau Selena tidak punya tujuan ketika ia sedang kacau. Selena selalu enggan pulang ke rumah peninggalan neneknya ketika ia sedang dilanda emosi.
Rumah nenek hanya mengingatkannya kepada kedua sosok orang tuanya yang meninggalkan Selena sejak ia berusia 6 tahun hingga saat ini, ketika Selena hampir menginjak usia 23 tahun.

...

Sekitar sepuluh menit mengemudi, akhirnya Leon menemukan sosok yang ia cari-cari. Leon memarkirkan mobilnya di tepi jalan dan langsung mendekap Selena yang terisak hebat.

Tangannya menggerayangi rambut panjang gadis mungil itu. Detak jantung Leon berdebar cepat karena rasa khawatir sekaligus perasaan bersalah.

"Ngapain lo ke sini? Gak usah sok peduli. Pergi aja lo, sama Erina lo yang perfect itu."

"Shhh... maaf... gua gak ada maksud... gua gak ada maksud buat nyinggung perasaan lo. Gua minta maaf... gua akuin gua salah..."

Selama tiga tahun menjalin hubungan, ini adalah pertama kali Leon mengatakan kata "maaf" kepada Selena.

"Tapi lo udah nyakitin gua...
Fine... gua akui gua terlalu lengket sama lo...
Tapi itu karena gua sayang sama lo... gua cuma punya lo di sisi gua..." ucap Selena sambil tersendu-sendu.

"Maaf... maaf...
Gua... gua sayang sam lo...
Gua gak butuh Erina...
Mau secantik apapun dia. Yang paling gua sayang itu lo Len... gua sayang banget sama lo..."

"Lo selalu ngiket gua dengan alesan gua centil, gua genit, gua suka dipegang cowok lain. Padahal lo sendiri, lo terlanjur sayang sama Erina kan? Cewek yang udah lo taksir dari awal kuliah."

"Len... gua berani sumpah. Gua sama Erina emang deket. Tapi dia cuma sahabat gua. Alesan gua gak suka liat lo sama cowok lain meski sebatas bercanda, karena gua takut. Gua takut lo bakal pergi ninggalin gua. Tapi di sisi lain... gua ngerasa lo mulai berubah. Lo jadi terlalu clingy dan itu bikin gua risih..."

"Jujur aja... gua emang ngerasa nyaman sama Erina. Tapi cuma sebatas temen. Dia pelarian gua, pelarian gua dari sifat clingy lo."

Selena masih tetap terisak dan memasang wajah sedih. Ia tak mau menatap lurus ke wajah Leon.

Tanpa peringatan, Leon mengangkat tubuh mungil Selena. Menghujani wajah Selena dengan ciuman hangat.

"Pulang ya?" Tanya Leon dibalas dengan anggukan kecil.

Leon menggendong Selena ke bangku penumpang. Saat ia hendak memasangkan seat belt untuk cewek kesayangannya itu, barulah ia menyadari. Selena memiliki bibir yang terlihat sexy. Warna merah muda alami yang sangat menggoda nafsu Leon.
Pandangannya kemudian turun ke bagian leher Selena. Kulit putih mulus bak kulit bayi.

"Len... gua tau gua udah nyakitin lo. Jadi tolong biarin gua bayar perbuatan gua."

Belum sempat menjawab, Leon sudah melahap bibir merah muda Selena. Menyesapnya dengan penuh nafsu. Selena hanya bisa menutup mata sambil membalas ciuman Leon.

Tangan kekar Leon kemudian mulai menjamah ke bagian dada Selena. Ia meremas kecil kedua buah dada Selena, membuat Selena melenguh kecil.

"Mmpphhh..."

Lidah Leon mulai mengabsen satu-persatu gigi Selena. Menurunkan tangan kekarnya ke sela-sela kedua paha Selena. Cewek bertubuh mungil itu kemudian mendorong tubuh kekar kekasihnya itu.

"Lo ngapain?"

"Gua gak bisa nunggu sampe di rumah."
Ucapnya sambil mencubit klitoris Selena yang masih dibalut celana dalam.

"Ahhhh... Leon!"

Reaksi Selena membuat Leon tersenyum merasa gemas.

"Cantik banget sih."

Leon kembali mencium bibir Selena, menurunkan celana dalam Selena perlahan. Bergerak turun mencium leher Selena. Kemudian tulang selangka, dada, dan akhirnya membuka mini dress yang dipakai Selena. Melepaskan pengait bra-nya dan meraba kedua pucuk buah dada Selena.

"Eunghhh... ahhh..."

To be continue

Desires 🔞Where stories live. Discover now