27 : Acceptance (?)

10.1K 559 7
                                    

Jangan lupa vote ya, masih banyak loh yang nggak vote:(

Enjoy!

Selesai pemakaman Kakek Ernest, Violet berbalik badan masuk ke dalam mobilnya. Gadis itu melepas kacamata hitamnya lalu ditaruhnya kepalanya di setir kemudi mobil. Air matanya luruh kembali tanpa diminta. Berbagai kenangan kecil bersama sang Kakek kembali muncul dalam ingatannya.

- Flashback -

"Pukul yang keras, Vio!"

Violet berumur enam tahun tampak terengah-engah dengan dua tangan berlapis sarung tinju. Tepat seminggu berlalu ketika Kakek Ernest membawanya dari rumah keluarganya. Namun Violet masih belum terbiasa dengan sifat keras dan latihan melelahkan yang diberikan sang Kakek.

Dengan segenap tenaga ia memukul ke arah wajah kakeknya yang lebih tinggi darinya, tetapi dengan cepat Ernest membalasnya hingga tersungkur ke atas lantai.

"Jangan lemah, berdiri!" titah Ernest tanpa rasa iba sedikit pun, meski cucunya sudah terbatuk-batuk meraup udara.

"Vio capek, Kek!" balas Violet usai menormalkan nafasnya, "Kenapa Kakek bawa Vio cuma buat nyiksa Vio di sini?!"

"Berdiri." titah Ernest lagi.

"Nggak! Vio mau pulang!" balas Violet kecil berani membentak Ernest, ia sudah muak dengan kakeknya. Tidak cukupkah Ernest membawanya pergi dari rumahnya sendiri, berpisah dengan Mama dan adik-adiknya? Haruskah ia juga dibuat menderita oleh Kakeknya?

Violet masih kecil!

Di rumah saja ia hanya tidur, makan dan baca buku. Berbanding terbalik di Mansion Ernest, ia tidur larut malam untuk belajar sejarah keluarga atau bisnis yang tidak dipahaminya sama sekali dan harus bangun sebelum fajar menyinsing untuk berlatih fisik.

"Vio nggak mau sama Kakek! Vio mau balik rumah bareng adik-adik!" teriak Violet kencang bahkan satu Mansion dapat mendengar suaranya, air matanya sudah mengalir menandakan gadis kecil itu meluapkan semua emosi dalam dirinya.

Ernest memandang cucunya dingin, ia berjongkok menyamakan tubuhnya dengan tubuh kecil Violet.

"Kalau kamu balik, semua orang akan tetap menganggapmu lemah dan nggak bisa ngelakuin apa-apa," ucap pria itu seraya menatap tajam netra berwarna violet milik cucunya, "Apa yang bisa kamu banggakan dalam dirimu, Vio? Otakmu pintar atau rupamu cantik? Itu nggak cukup."

Violet tidak merespon, ia masih menangis dalam diam.

"Kakek begini bukan karena Kakek jahat, masih banyak orang jahat di luar sana yang bakal kamu temui seiring kamu bertumbuh dewasa," Ernest mengangkat tubuh kecil cucunya untuk berdiri, "Orang-orang jahat itu bakal menyakiti keluargamu, adik-adik yang kamu sayang. Papamu nggak bisa diandalkan, Kakek lama-lama bakal menua dan mati."

"Siapa yang bakal melindungi mereka, selain kamu?" tanya Ernest, tangan kanannya menyentuh dagu Violet.

"Hapus air matamu, berdiri tegak, jangan sekalipun kamu nangis di depan Kakek lagi!" ucap Ernest penuh penegasan, "Kamu Violet Kaliandra, kamu bukan anak lemah, cengeng, kamu kuat dan pemberani!"

Ucapan Ernest mengobarkan semangat dalam diri gadis kecil berumur enam tahun itu. Violet menghapus air matanya dengan lengan bajunya. Menegakan bahunya, memasang kuda-kuda untuk berlatih kembali.

- End of Flashback -

Violet kecil bertekad menjadi seperti yang diinginkan sang Kakek, kenyataannya yang terjadi sekarang berbanding terbalik, Violet tak bisa melakukan apa-apa selain menangis dalam kesendiriannya.

The Return of Villain Sister (END)Where stories live. Discover now