Bagian 1: Zidane dan Ebby

258 7 5
                                    


Suara live music dari sebuah bar bergaung kencang. Zidane Aulia Ristanto, seorang cowok berusia 22 tahun asik bercengkrama dengan cewek yang baru ia kenal malam itu. Zidane kembali menegak minuman beralkohol yang ada di mejanya. Ia memisahkan diri dari teman-temannya yang ada di meja sebelah untuk mendapatkan privasi. Cewek itu bisa melihat sekilas sosok Zidane di bawah lampu remang-remang. Badannya atletis hasil dari gym dan bermain sepak bola setiap minggunya. Kulit nya kecoklatan dengan potongan rambut rapi dan wajah yang katanya netizen masuklah ke golongan cogan. Zidane sang idola media sosial. The badboy of Tiktok.

Saking asiknya Zidane dengan cewek itu, ia tidak melihat 18 panggilan yang ada di handphone-nya dari kontak bertuliskan "Irham Bintang"

Di saat yang bersamaan seorang cowok berusia 30 tahun dengan memasuki bar tersebut. Irham, cowok yang daritadi menelpon Zidane memutuskan untuk mencari Zidane langsung dan tidak sulit baginya untuk menemukan Zidane yang mengenakan jaket hitam dan celana jeans hitam.

"Dan..." panggil Irham.

Zidane tidak bergeming dan mengacuhkan Irham.

"Dan..." panggil Irham lagi.

Zidane masih mengabaikannya.

"For fucking sake!" Irham menarik badan Zidane dari cewek tersebut.

"Apaah sih, Ham!" Zidane akhirnya berbicara pada Irham tentunya dengan nada kesal. Lagi enak-enak diganggu!

Cewek yang habis berciuman dengan Zidane menatap kedua orang itu dengan tatapan heran. Irham pun menyadari itu. "Okay. You're probably a nice lady, tapi boleh kasih waktu kita ngomong ya, penting."

Cewek itu mengangguk dan berbisik pada Zidane . "See you next time."

Zidane pun menatap Irhan dengan tatapan 'dude, c'mon' tetapi Irham langsung menyeret Zidane keluar. "Balik buru. Bokap lo nunggu di rumah. Ini yang kena bukan lo doang, gue juga bakalan kena!"

"Iyeee!" Zidane pun mengambil kunci mobilnya dan berjalan ke parkiran bersama Irham. Pasti ayahnya sudah murka besar di rumah.

Di Darmawangsa, kediaman Sudin Ristanto.

"KAMU BISA KAN BEBERAPA BULAN SAJA GAK KE CLUB!" Dr. Ir. Sudin Ristanto menunjuk anak laki-laki satu satunya dengan menahan amarah. Sudah hilang seluruh rasa sabarnya menghadapi kelakuan Zidane. "Sudah mau masa kampanye, Bang. Mau sampai kapan lagi?" Retno Ristanto, ibu Zidane pun berkata dengan nada lebih halus. Sementara Irham berdiri tertunduk di pinggir ruangan kerja Sudin.

"Kamu sadar gak? Dalam kampanye, semua itu fair. Semua bisa diserang. Gak cuman papa atau mama, tapi juga kamu. Papa butuh kamu di kampanye ini. Kamu harus hadir bareng papa. Cuti kuliah sudah diurus Irham."

"Cuti? Kok keputusan sepihak gitu sih?"

"Karena kamu gak bisa bagi waktu kuliah sama kegiatan kampanye! Kamu kalau jadi beban kelompok, nanti viral lagi di twitter, papa juga yang kena." Sudin menahan amarahnya dan kembali mencoba mearik napas.

"Abang gak mau ikut politik-politikan. Berapa kali sih abang harus ngomong?"

"Zidane, denger papa. Papa mohon sama kamu. Ini bukan cuman tentang kita, ini tentang cita-cita rakyat. Tentang visi bersama. Tolong, papa mohon, bisa kan kamu bantu papa? Jadi orang yang kelakuannya baik-baik. Jangan ngelakuin hal bodoh apalagi di depan umum." Sudin duduk di depan anak satu satunya yang masih terlihat gerah dengan dialog ini. "Irham, tadi pas kamu datang, Zidane lagi ngapain?" tanya Sudin.

Zidane pasrah kalau Irham akan ngaduin kelakuannya ke ayahnya. Namun di luar dugaan, Irham berkata "Nyanyi, Pak. Sama home band di situ.. Minum sedikit saja," jawab Irham berbohong. Zidane sendiri menganga Irham membelanya. Ia selalu mengira Irham adalah orang ayahnya yang loyal pada ayahnya.

ElectionshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang