32 : Broken Ice Wall

7.5K 354 5
                                    

Yang baca ratusan yang vote cuma puluhan:'

Dipencet dong tombol bintangnya sebelum baca, i will really appreciate it🙏🏻

Enjoy!

Hari pertama liburan di pulau privat digunakan para remaja untuk melakukan water sport. Bahkan sejak baru tiba tadi, Kaliandra bersaudara segera mencoba snorkeling tak jauh dari pantai. Dominic dan Violet turut ikut mengawasi remaja yang begitu antusias itu, sambil berbaring di atas tikar dengan payung di atasnya agar mereka tidak kepanasan. Apalagi Dominic yang berdarah bule dengan kulit putihnya, kena matahari sediki sudah seperti lobster rebus.

Berbeda dengan Violet yang sengaja berjemur, ia menginginkan kulit lebih gelap sedikit untuk terlihat lebih eksotis khas wanita Indonesia.

"Fun fact, ini kedua kalinya aku ke pantai." tutur Violet mengeluarkan suara tanpa mengalihkan pandangannya ke arah adik-adiknya yang saling menyipratkan air sambil tertawa.

"Sebelumnya?"

"Sebelumnya pas ultahku yang ke 11, kelas 6 SD, bareng Kakek sama Nenek sehari sebelum Nenek meninggal," Violet mengingat-ingat momen indahnya bersama Kakek dan Neneknya yang telah mengurusnya sejak ia berumur enam tahun, "Itu terakhir kali aku lihat Kakek Ernest senyumnya lebar berseri-seri karena Nenek Aster seneng banget diajak ke pantai. Padahal kondisi Nenek lagi menurun."

Dominic menyimak sambil menyisir surai halus Violet yang sedang bercerita.

"Kita pulang dari pantai, Nenek masih bisa senyum dan bilang, 'Vio nanti ke pantai bareng Kakek lagi ya?' aku geleng terus jawab, 'Nggak, Nek, kalau sama Kakek doang aku takut.' Nenek cuma senyum. Firasatku nggak enak saat itu. Malemnya aku tidur berdua sama Nenek," Violet membiarkan air matanya mengalir, "Besok paginya, Nenek meninggal. Dan sejak saat itu, sampai Kakek ngikut Nenek, aku belum nepatin janji buat ajak Kakek ke pantai lagi."

Tangan Dominic menghapus air mata Violet dengan jemarinya.

"Mereka pasti ke pantai bareng berdua di atas sana," Violet menengadah ke atas langit biru cerah dihiasi awan putih. Dominic meraih dagu Violet agar menatap ke arahnya.

"Dan kamu, bareng aku di sini."

Violet tersenyum. Namun Dominic tidak menyukai senyuman itu.

"Vince," Violet menyebut nama pria di hadapannya, "Aku harap kamu bakal berubah."

"Hm?" Dominic bertanya-tanya.

"Tolong berubah, bila nanti kita pisah. Cari cewek yang lebih kuat, baik, lembut dan lebih waras dari aku." ucap Violet lebih ke arah meminta.

Dominic menggeleng tegas, "Nggak, cuma kamu cewek di dunia ini yang aku mau. Nggak ada cewek yang lebih kuat, lebih baik, lebih lembut, lebih waras dari kamu, kamu doang!" Tangannya mengusap wajah mulus Violet, "Aku nggak cinta kamu apa adanya, Vi, aku cinta kamu dengan segala kelebihan kamu. Aku nggak peduli kata orang kamu lemah, kamu jahat, kamu kasar, atau katain kamu gila. Kamu tetap sempurna di mataku."

Netra Violet memandang lembut netra kelam milik Dominic, ucapan-ucapan indah yang keluar dari mulut pria itu jauh lebih menghangatkan hatinya lebih dari sinar matahari yang menyentuh kulitnya.

"Gimana kalau aku yang minta kamu berubah?" Tatapan Dominic berubah tajam masih disertai ketegasan di dalamnya, "Jangan jadi Violet yang baperan, cengeng, suka mewek, nggak ada semangat hidup kayak gini!"

"Berubah ke Violet yang sebenarnya. Violet yang dingin, tegas, keras kepala, gengsian nggak mau nangis, ambisius, dan sayang ke adik-adiknya, terlebih aku!" ucap Dominic memaksa dan menuntut, "Ini bukan permintaan, tapi perintah, Sayang."

The Return of Villain Sister (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang