Part 1.

1K 67 6
                                    

"Berapa kali aku harus bilang, aku gak mau punya ibu tiri!" desis Wooyoung berang. "Secepat itu papah ngelupain almarhumah mamah? Papah emang udah gak sayang lagi sama mamah?"

Di sofa ruang tamunya, Tuan Jung memandang lurus-lurus sang putra. Sorot mata yang lembut namun tersirat ketegasan, memiliki banyak arti di dalamnya.

"Wooyoung, sampai kapanpun papah gak akan melupakan mamah kamu," ucapnya. "Papah mengambil keputusan ini juga untuk kebaikanmu, nak."

"Oh, ya? Kalau emang untuk kebaikan aku, harusnya papah tau kalau sampai kapanpun aku gak mau punya ibu tiri dan saudara tiri!"

"Wooyoung, papah sadar kalau selama lima tahun semenjak mamahmu meninggal, papah selalu sibuk dengan pekerjaan papah dan hampir tidak punya waktu untuk kamu." Sesaat Tuan Jung menarik nafas. Panjang dan dalam. Kemudian ia melanjutkan dengan nada berat...

"Mungkin dengan papah menikah lagi dan kamu mempunyai ibu sambung, jadi ada sosok yang memperhatikan kamu, merawat kamu, dan menyayangi kamu lagi, nak."

Tuan Jung terus berusaha memberikan pengertian pada putra semata wayangnya, bahwa menikah lagi bukan hanya sekedar pilihan. Tapi demi kebaikan Wooyoung yang kentara jelas sangat membutuhkan figur seorang ibu.

Kejadian itu sudah cukup lama. Lima tahun yang lalu saat Nyonya Jung dinyatakan oleh dokter menghidap kanker otak. Selama enam bulan, Tuan dan Nyonya Jung berusaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut dengan berobat di berbagai rumah sakit besar, meminum bermacam-macam obat, dan mencoba berbagai alternatif pengobatan tradisional. Namun waktu terus berjalan, kesehatan Nyonya Jung semakin menurun dan tubuhnya semakin lemah.

Saat itu Nyonya Jung sadar dirinya tidak akan bertahan lama dengan penyakit ganas yang semakin menggerogoti tubuhnya. Mungkin itu jalan terbaik yang Tuhan berikan untuknya. Namun di balik keikhlasannya menunggu ajal, ia terus memikirkan anak semata wayangnya. Jung Wooyoung. Yang saat itu baru masuk SMA. Ia tidak tega membayangkan Wooyoung di umur yang masih sangat muda harus kehilangan sosok ibu.

Sampai hari dimana Wooyoung menerima kabar bahwa sang mamah telah berpulang ke pangkuan Tuhan. Wooyoung tersentak. Terdiam. Tidak menangis, tidak juga berteriak. Semua rasa itu tenggelam bersamaan dengan kesadarannya yang seketika hilang. Matanya meredup, tubuhnya melemas, dan meluruh ke lantai dingin rumah sakit. Wooyoung pingsan di lobby ruang ICU. Saat Wooyoung tersadar dari pingsan, mamahnya sudah tidak ada. Separuh dunianya hilang. Hampa.

Pernah suatu malam, Tuan Jung melihat Wooyoung yang menangis dalam tidurnya. Wooyoung terus memanggil mamahnya dengan air mata yang tidak berhenti keluar dari matanya yang tertutup. Melihat hal tersebut membuat hati Tuan Jung perih.

Sewaktu Wooyoung demam tinggi, ia mengigau dan mengatakan bahwa mamahnya datang. Tuan Jung tidak tinggal diam dan langsung menyadarkan putranya. Saat Wooyoung tersadar dari halusinasinya, pemuda itu langsung menangis dan memeluk erat tubuh sang papah. Wooyoung merindukan mamahnya.

Tidak ada alasan lain Tuan Jung memilih untuk menikah lagi, selain demi memberikan Wooyoung sosok ibu baru yang akan mengembalikan perhatian dan kasih sayang almarhumah mamahnya dulu.

"Enggak. Papah salah. Aku gak butuh sosok ibu sambung ataupun ibu tiri. Aku gak butuh itu, pah!" Wooyoung bersuara lagi. Kali ini nada suaranya lebih tinggi dari sebelumnya. Dadanya bergemuruh. Rasa ingin marah. Ingin meledak. Tapi tidak bisa, bagaimanapun ia sadar pria yang duduk di hadapannya adalah orang tuanya.

Tuan Jung memijat pangkal hidungnya, sembari memejamkan mata. Dari awal ia tahu bahwa berbicara dengan Wooyoung tentang rencana pernikahannya pasti tidak akan mudah.

"Wooyoung, papah hanya ingin kamu bahagia dengan memiliki keluarga lengkap seperti teman-temanmu yang lain."

Wooyoung mengepalkan jari-jarinya, rahangnya mengeras dengan sorot mata tajam. Tanpa berkata lagi, ia langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh. Sesaat sebelum dirinya menghilang di balik pintu utama rumahnya, Wooyoung menoleh dan berujar dingin.

𝐩𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫 || WOOSAN 17+ FF [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang