CHAPTER 15

8.2K 539 51
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semua keluarga besar ndalem sudah berkumpul di ruang tamu sekarang ghina yang duduk di samping ummi aisyah dan Adiba merasa canggung terlebih lagi ia baru sekarang ini menemui keluarga besar suaminya itu.

"Jadi zaf kamu tidak ada niatan?" Tanya laki-laki paruh baya itu sambil menaruh secangkir kopi nya.

"Niatan apa kakek?" Tanya balik Zafran.

"Kami semua di sini sudah mulai tua, hanya kalian anak-anak yang masih muda yang bisa meneruskan semuanya jejak kami terutama pesantren kami. Adiba dalam waktu dekat ini ingin kakek jodohkan dengan seorang Gus di pesantren lain dan kamu pun sudah menikah dan kamu yang akan meneruskan pesantren ini nanti, dan setelah kamu maka anak kamu maka alangkah lebih baiknya kalian mempunyai anak secepatnya supaya bisa mendidik nya lebih lama."

Uukhh.....

Suara tadi mengalihkan atensi semua orang di sana, yang menimbulkan suara tadi tidak lain dan tidak bukan adalah Ghina.

"Astaghfirullah nakk... Hati-hati kalau minum, coba minum lagi tapi pelan-pelan" ucap ummi aisyah sambil mengelus pundak Ghina.

"Kakek Abdullah kalau ngomong harus panjang lebar gitu ya? Kenapa gak langsung ke intinya aja."
Batin Ghina yang tersedak karena ucapan kakek Abdullah.

"Kakek. Zafran dan Ghina masih sama-sama kuliah, memang sebentar lagi Zafran akan lulus tapi Ghina nya masih satu tahun lagi dan siap tidak siapnya kami mempunyai anak itu tergantung ghina nya." Jawab Zafran berusaha mengelak.

"Tapi kakek setuju dengan pendapat kakek Abdullah, kami sudah tua dan umur tidak ada yang tau kami tidak se aktif dulu untuk mengurus pesantren jadi kamu siap-siaplah mulai sekarang." Timbal kakek Adnan.

Tidak ada alasan lagi untuk mereka berdua sekarang mengelak kedua tetua keluarga itu sudah memberikan kode dengan alasan mereka sudah tua. Memang benar memang benar, tapi rasa cinta di antara mereka saja belum tumbuh.

"Iya kakek, nanti Zafran dan diskusikan ya."
Jawab Zafran tuntas.

"Kalau di lihat-lihat kamu mirip seseorang ya nduk. Tapi siapa? Seperti tidak asing." Celetuk nenek Kalsum istri dari kakek Abdullah.

"Ghina anak dari ustadz Agam, kamu ingat ustadz Agam? Yang sempat mengajar di sini beberapa tahun, tapi mengundurkan diri saat ia sudah menikah." Jelas ummi aisyah sambil mengelus kepala Ghina.

"Owalah. Masya Allah, aku ingat syah udah punya anak toh cantik lagi, seperti nya pesantren ini menyambungkan nasab ya." Jawab nenek Kalsum terkekeh.

"Oiya. Besok Zafran mau ke rumah paman Zaki boleh gak nek, kek? Sekalian mau lihat gimana kondisi rumah itu sekarang." Celetuk Zafran.

"Boleh. Sekalian ajak Ghina juga, jangan lupa ajak ke rumah almarhum kakek Tama dan nenek nela kamu." Jawab Abi Adnan

"Iya kek, Zafran juga sudah lama tidak ke rumah yang di tempati paman Zaki sekarang setelah wafatnya kakek Ibrahim dan nenek Khadijah."
Ucap Zafran.

"Hemm. Ya, sekarang hanya tinggal kami yang masih hidup, dan entah kapan kami juga akan di panggil." Ucap abi adnan yang membuat Zafran terdiam lama.

Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA (TERBIT)Where stories live. Discover now