CHAPTER 21

7.1K 414 11
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Sampai di rumah Ghina langsung turun setelah mobil milik Zafran berhenti di halaman rumah nya. Ia langsung berlari ke dalam rumah, sedangkan Zafran malah heran dengan sikap istrinya itu.

Selesai memasukkan mobilnya ke garasi Zafran langsung masuk ke dalam rumah. Namun, saat akan membuka pintu kamar nya pintu kamar tersebut tidak di bisa di buka, Zafran mencoba berkali-kali namun masih tidak bisa.

"Di kunci?" Cicit Zafran.

"Naa!!! Kamu kunci pintunya? Kenapa tidak bisa di buka?" Ucap Zafran sedikit keras. Namun, tidak ada jawaban dari dalam

"Naa!! Heii! Kenapa aku di kunciin di luar." Sekali lagi namun masih tidak ada jawaban. Zafran mulai panik karena sama sekali tidak ada jawaban dari istrinya, ia mencoba menelpon Ghina , hanya berdering namun Ghina sama sekali tidak mengangkatnya membuat Zafran semakin khawatir.

"Naa!!! Aku dobrak pintu nya!!" Teriak Zafran sekali lagi, dan lagi tidak ada jawaban membuat Zafran tanpa pikir panjang mendobrak pintu kamar nya.

Satu dobrakan

Dua dobrakan

Tiga dobrakan

Hingga dobrakan yang keempat Zafran berhasil membuka pintu tersebut. Ia mencoba mencari keberadaan istrinya, saat melihat ke arah kamar mandi terlihat tubuh Ghina tergeletak pucat tak berdaya.

"GHINAA!!!"

••••

"Tenanglah nak, kamu duduk dulu. Jangan mondar-mandir seperti itu." Ucap abi adnan yang melihat cucu sematawayangnya itu tidak bisa diam sedari tadi.

Melihat Ghina yang pingsan di depan pintu kamar mandi. Zafran langsung menggendong Ghina dan segera membawanya ke rumah sakit, ia mengabari kakek dan nenek nya saat di perjalanan, sementara orang tua Ghina belum ia kabari.

"Zaf.... Duduklah, tenangkan diri kamu dulu, kamu seperti ini akan membuat kamu semakin khawatir." Ucap ummi aisyah membuka suara nya juga. Zafran menghela nafas nya lalu duduk di dekat Abi Adnan, Zafran menyatukan kedua tangan nya menundukkan kepalanya entah apa yang terjadi dengan istrinya, apakah istrinya mempunyai penyakit atau tidak, yang pasti ia merasa gagal menjadi seorang suami.

"Tenanglah, kita dengarkan apa kata dokter nanti." Kata Abi adnan menenangkan. Suara pintu terbuka membuat atensi mereka melihat ke sumber suara tersebut, mereka bertiga langsung berdiri dan melihat dokter di depannya seakan-akan meminta penjelasan.

"Dok, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Zafran dengan wajah panik.

"Alhamdulillah keadaan istri bapak baik-baik saja, untung saya racunnya tidak terlalu kuat." Jawab dokter tersebut yang membuat mereka terkejut.

"Racun!!!" Teriak Zafran lumayan keras.

"Ya. Racun, apa makanan yang pasien makan hari ini? Kemungkinan itu sumber racunnya." Tanya dokter ke Zafran.

"Saya tidak tau dok, istri saya selama seharian ini tidak dekat dengan saya, setelah selesai kuliah dia langsung ke makam dengan temannya." Jelas Zafran yang membuat dokter tersebut mengangguk.

"Kemungkinan pasien sudah makan di luar dan dari sanalah sumber racunnya." Jawab dokter tersebut.

"Baik. Kalau begitu saya permisi dulu, keadaan pasien tolong di jaga dan akan di rawat inap beberapa hari ini." Lanjut dokter tersebut lalu pergi.

"Zaf.... Kamu masuklah terlebih dahulu, kakek akan menelpon orang tua Ghina dulu, bagaimanapun mereka berhak tau keadaan anaknya," ucap Abi Adnan sambil menepuk pundak Zafran halus.

"Iya kakek." Jawab Zafran lesu dan masuk ke dalam.

Saat memasuki ruangan Ghina terlihat gadis itu terbaring lemah dengan wajah pucat pasi, senyuman di wajahnya seakan lenyap begitu saja. Zafran memandang wajah itu lekat, ia merasa gagal menjadi seorang suami untuk istrinya, entah sudah keberapa kali ia menyakiti istrinya. Melihatnya terbaring di sana membuatnya lemah.

"Naa bangun yuk. Kamu mau marah sama aku? Ayo marah aja tapi jangan giniin aku." Lirih pemuda itu sembari menggenggam tangan kecil istrinya itu. Lama menundukkan kepalanya suara azan terdengar membuat Zafran menegakkan kepalanya.

Suara pintu terbuka memperlihatkan dua pasangan paruh baya menatapnya tersenyum, Zafran pun membalas nya dengan senyuman tipis juga, di sisi lain ia begitu beruntung mempunyai kakek dan nenek yang begitu menyayanginya seperti anak sendiri, yang telah merawat nya sedari kecil dan memberikan nya ilmu-ilmu, entah seberapa besar jasa mereka.

"Shalat dulu, buat nenek yang menjaga Ghina," ucap ummi aisyah sambil mengelus rambut cucunya itu lembut. Zafran hanya mengangguk kecil dan pergi ke musholla dekat rumah sakit dengan Abi Adnan.

Di perjalanan menuju musholla Zafran mengambil handphone nya yang berada di kantong dan menelpon seseorang.

"Di mana?" Tanya Zafran to the points

"....."

"Temui gue di cafe dekat RS Medika Putra."

"....."

"Ada yang gue mau bahas dengan lo, gue juga sekalian minta bantuan."

"....."

"Hmm" akhirnya Zafran dan menaruh kembali handphone nya.

"Don't think you will survive , bastard."







"

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA (TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt