Prolog

85 41 14
                                    

Tahun 1506.

Seorang wanita dengan wajah panik berlari dengan cepatnya menyusuri hutan yang dipenuhi dengan pepohonan yang sudah mati. Ia melewati sungai, air terjun, dan tiba di ladang kebun milik rumah bangsawan. Wanita itu berhenti, ia mengenakan jubah berwarna hitam dengan memakai kalung rantai yang liontinnya membentuk lingkaran dengan di tengahnya terdapat burung gagak.

Wanita itu memiliki rambut coklat yang keluar dari tudung jubah, ia kini berjalan cepat yang dalam sekejap mata sudah berada di depan pintu rumah bangsawan tersebut. Tangannya segera mengetuk pintu rumah itu dengan kerasnya. Di tengah kegelapan malam, mata merah sepekat darah itu menyala.

Seorang wanita berambut coklat braided crown, mengenakan gaun berwarna kuning berdiri di tengah pintu seraya menggendong seorang bayi di tangannya. Wanita yang memakai tudung jubah itu segera menurunkan tudungnya dari kepalanya, sehingga terlihat rambut wavy half-updo berwarna coklat sama seperti wanita di hadapannya.

"Alexa?" tanya wanita yang tengah menggendong bayi tersebut.

"My sister! Follow me right now!" Suruhnya.

Wanita it menatap tajam wanita memakai jubahnya yang bernama Alexa. "No! Apakah kau ingin membunuh aku dan anakku?"

Alexa menatap tajam ke arahnya. "No, Catherine! Bukan aku yang ingin membunuh kalian. Believe me!"

Catherine menggelengkan kepalanya. "Kenapa aku harus percaya denganmu, padahal sudah bertahun-tahun kau mengkhianatiku dan suamiku."

"Catherine, please! Kita harus pergi sekarang! Lord Raventhious mengirim pasukannya untuk membunuh anakmu. Ya, dia anak ramalan itu. Malam 27 Ramseous, ketika Penyihir Timur merapalkan ramalan ketika kematian Lord Fergoza. Dialah penerusnya. Yang ditakdirkan." Jelas Alexa.

Catherine terlihat ragu, "Apakah aku harus memercayaimu, sedangkan kau adalah pengikut setia Lord Raventhious?"

"Jika aku mengkhianatimu lagi, aku bersedia untuk dibunuh. Tidak ada waktu lagi, Catherine." Kata Alexa.

"Bagaimana dengan Logan?" tanya Catherine.

"Aku sudah mengirim surat kepadanya. Come on!" Ajak Alexa.

Catherine segera keluar rumah mengikuti Alexa yang kini kembali memasangkan tudung jubahnya ke atas kepalanya. Mereka berjalan cepat menyusuri hutan. Catherine dalam pelariannya melihat putranya yang baru lahir beberapa hari yang lalu sedang tertidur lelap.

Tiba-tiba, Catherine dan Alexa melihat orang-orang berjubah hitam mengejar mereka dari belakang. Sekelebat bayangan melintas di samping mereka dan berhenti di jalan yang akan mereka lalui, sehingga Catherine dan Alexa menghentikkan lari mereka.

"Joffrey! Biarkan kami lewat!" seru Alexa ketika beberapa orang berjubah hitam tiba mengelilingi mereka.

"Aku sangat mengagumimu Alexa, namun aku sangat kecewa kenapa kau mengkhianati Lord?" tanya Joffrey, lalaki itu menrunkan tudungnya dari kepala. Sehingga terlihat wajah tampan dengan rambut hitam lurus panjang sebahu, serta mata merah darahnya.

"Bukankah kau tahu kebenarannya, Joffrey? Apakah otakmu masih belum terbuka?" tanya Alexa.

"Aku paham, kau masih sakit hati dan sedih atas tewasnya kekasihmu. Tapi, apakah gara-gara itu kau mengkhianatinya?" tanya Joffrey.

"Bukan aku yang mengkhianatinya. Tapi, Lord-lah yang mengkhianatiku."

"ALEXA!" Teriak Catherine ketika sebuah bayangan melintas dan mengenai Alexa sehingga Alexa terpental dengan jauhnya begitu juga dengan Catherine.

Orang-orang berjubah seketika menghilang sehingga menyisakan Alexa, Catherine dan bayinya, serta bayangan yang menimpanya yang berubah menjadi seorang laki-laki memakai jubah hitam. Wajahnya tidak terlihat, namun rambut panjang pirangnya menjuntai dari luar, serta kalung rantai dengan liontin berbentuk lingkaran yang di tengahnya terdapat burung gagak.

"Alexandra Reverie." Kata lelaki berjubah itu. "Kenapa kau lari?"

Alexa mengepalkan tangannya dengan kuat, kakinya bergetar hebat, ia berusaha mengendalikan dirinya ketika berhadapan dengan Lord Raventhious.

"Aku hanya ingin menyelamatkan Sang Anak Ramalan," sahut Alexa seraya tersenyum dengan terpaksa.

"Kau ingin menyelamatkan pembunuh yang akan membunuhku? Kemana perginya kesetiaanmu padaku, Alexa?" tanya lelaki itu.

"Kesetiaanku hilang ketika kau membunuhnya. Kenapa aku begitu bodoh mengikuti orang pengecut sepertimu. Seharusnya dari dulu aku membunuhmu," kata Alexa seraya tertawa meremehkan.

"Kau tahu bukan hukuman apa yang akan didapatkan oleh pengkhianat?" tanyanya.

Alexa tersenyum, "Karena aku tahu, maka aku akan membunuhmu terlebih dahulu!" Alexa langsung menghilang dan kini berada di belakang lelaki itu.

Ia mengeluarkan pedang dari tangannya dan menusukkan pedang itu ke tubuh lelaki itu sampai tembus keluar dari kulit. Lalu lelaki itu tersenyum dan menghilang dari hadapan Alexa. Alexa terkejut namun ia berusaha untuk fokus mengamati sekitar. Sebuah tangan langsung mencekiknya, membuat Alexa kesakitan.

"Padahal aku sangat menyayangimu, Alexa." Bisik lelaki itu di telinga Alexa.

Catherine yang sudah dapat bangun kini meletakkan putranya yang sedang menangis di tanah. Ia melihat Alexa kesulitan, segera Catherine menghilang dan mengeluarkan belatinya dari tangannya ketika ia berada di hadapan laki-laki berjubah itu dan menggoreskan belati itu ke pipinya, sehingga laki-laki berjubah itu melepaskan cekikannya dari Alexa.

Alexa segera memanfaatkan hal tersebut dan menusukkan pedangnya ke perut laki-laki itu, namun dapat dihindarinya dengan menghilangkan dirinya. Sekitar hutan seketika langung senyap, hanya terdengar suara tangis bayi di dalam hutan ini. Sebuah pedang perak menancap ke perut Catherine dan pelakunya adalah laki-laki berjubah hitam itu.

Alexa menatap terkejut ke arah Catherine yang kini tetes demi tetes darah mengalir dari perutnya. Alexa semakin terkejut saat mengetahui pedang yang tertancap di perut Catherine adalah pedang khusus untuk membunuh bangsa vampir yang diciptalan oleh Penyihir Timur. Pedang Excalibur.

"Alexa, bawa putraku sejauh mungkin." Kata Catherine.

Alexa mengganguk paham. Segera ia menghilangkan diri dan sudah berada di hadapan putra Catherine. Diangkatnya putra Catherine itu dalam pelukannya, lalu seseorang menyerang Alexa namun dapat ia tahan dengan pedangnya. Ternyata Joffrey menyerangnya.

Catherine berteriak, dilihat Alexa bahwa Catherine mengeluarkan kekuatannya yang dapat membuat dirinya dan yang ada di sekitarnya hancur. Alexa kembali menatap tajam Joffrey.

"Apakah kau ingin mati juga? Bukankah kau tahu kekuatan kakakku?" tanya Alexa tegas.

Joffrey tersenyum, "Seandainya aku mati. Aku akan bersamamu."

"Aku akan menagih janjimu, Joffrey. Janji bahwa kau akan menolongku."

Joffrey seketika berhenti tersenyum dan menatap penuh keraguan pada Alexa.

"Now! Tolong lepaskan kami, Joffrey!" Teriak Alexa ketika bayi yang ada di tangannya menangis dengan kencangnya.

Joffrey mengeraskan rahangnya lalu ia berjalan cepat menuju tuannya, membiarkan Alexa melarikan diri. Dengan cepatnya, Joffrey menyelamatkan tuannya dari ledakan Catherine sehingga hanya Catherine saja yang mati hancur dalam ledakan itu. Tuannya terluka parah begitu juga dengan Joffrry karena terkena sedikit ledakannya.

Alexa dalam pelariannya hanya menatap bayi yang ada di tangannya yang kini terdiam dari tangisannya dan menatap Alexa. Alexa tahu bahwa Lord Raventhious tidak dapat dikalahkan dengan semudah itu. Ia tahu, bahwa yang akan membunuh Lord Raventhious adalah bayi yang sekarang ada dalam pelukannya. Dialah sang anak dalam ramalan Penyihir Timur.

Lucas de Loresjo, Son of Logan de Loresjo and Catherine Reverie.

***

The Lord : Sacrifice and Devotion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang