39 : Stage Fright

4.5K 231 3
                                    

Vote sebelum baca dong, Kakak-Kakak!

Enjoy!

"Goodjob, Phoenix!"

Suara hiruk-pikuk sorakan lapangan terdengar meriah ketika bola oren yang dilemparkan Kenzie masuk ke dalam lingkaran ring basket.

"Phoenix! Phoenix! Phoenix!" Sorakan berbagai penonton yang menggunakan kaos berwarna oranye hitam dengan berbagai banner untuk mendukung tim basket favorit.

"Pemenang Turnamen High School Cup kita tahun ini adalah SMA Bina Bangsa Nusantara!" seru komentator pertandingan. Tepukan tangan menggema ke seluruh tribun merayakan kemenangan tim basket yang baru-baru ini sering memenangkan turnamen-turnamen antar sekolah dan kini mereka meraih juara setelah berhasil mengalahkan tim basket yang menjadi juara bertahan di kota mereka tiga tahun berturut-turut.

"Fyuh! Latihan keras kita terbayar!" seru Jevias mengelap peluhnya dengan handuk, kini mereka telah berada di ruang ganti khusus tim mereka.

"Nggak sia-sia disiksa tiap hari sama dua Coach killer." tambah Jevicho terkekeh, lelaki itu menyenderkan bahunya pada sandaran kursi.

"Eits! Nggak cuma dua," Rolando mengoreksi. Empat temannya langsung tertawa, paham ucapan Rolando.

"Lupa, kita punya Bos killer." sambung Kenzie disertai kekehannya.

Cklek

Pintu terbuka memunculkan dua pria yang lebih tua dari para remaja itu.

"Selamat buat kemenangan kalian, pihak sekolah sangat bangga atas prestasi kalian ini." ucap Coach Garry, guru olahraga SMA Bina Bangsa Nusantara sekaligus pelatih Geng Phoenix.

"Biar cuma dua minggu lebih latihan keras, tapi kalian menunjukan yang terbaik." puji Coach Harrison, mantan pemain basket profesional juga pelatih tambahan Geng Phoenix yang membantu Coach Garry melatih lima remaja itu.

Dua pelatih mereka awalnya kurang sepaham, awalnya Geng Phoenix menolak tawaran Violet untuk menyewa pelatih yang sudah terbukti berprestasi di bidang olahraga itu, karena tidak enak dengan pelatih mereka sebelumnya. Namun mengingat turnamen yang akan mereka hadapi begitu penting, Geng Phoenix dan Coach Garry akhirnya menyetujui tawaran dari Violet. Coach Harrison melatih mereka begitu keras, sementara Coach Garry, selaku guru juga, membela mereka agar tidak terlalu memaksakan kemampuan. Meski beberapa kali beradu cek-cok karena berbeda paham, akhirnya lama kelamaan dua pelatih itu dapat akur dan fokus untuk melatih lima remaja itu.

"Ini juga karena Coach Garry dan Coach Ari, makasih udah sabar ngelatih kita." ucap Kenzie menunduk singkat, anggota Geng Phoenix juga ikut berterima kasih.

"PHOENIX! PHOENIX!" teriakan suara cempreng terdengar dari depan pintu. Para pelaku, yang tak lain adalah dua bersahabat Eleanor dan Shaza masuk membawa gulungan banner. Di belakang mereka terdapat Violet yang mengekor masuk.

"Selamat ya, gaes! Kalian hebat banget tadi!" seru Shaza kepada tim basket itu.

"Apalagi quarter terakhir, yang main kalian yang deg-degan penonton." tambah Eleanor duduk di samping Kenzie.

"Kita juga nggak bakal menang kalau bukan karena dukungan kalian." ucap Kenzie tersenyum, ia menengok ke arah Eleanor yang kini mengelap keringatnya dengan handuk.

"Bener!" sahut Jevias dan Jevicho, "Special thanks juga buat Kak Vio, merch desain Jevias laku keras. Kita jadi punya jajan tambahan hehe,"

Violet mengangguk-angguk, "Congrats, tapi jangan cepat puas, ini baru awal."

"Betul sekali kata Vio, turnamen ini awal karir kalian. Masih ada turnamen tingkat atas lagi, dengan lawan yang lebih sulit." tambah Coach Garry setuju.

The Return of Villain Sister (END)Where stories live. Discover now