41 : All I Wanted

6.6K 304 2
                                    

Chapter ini hampir 3000 words, jadi silahkan duduk/rebahan santai agar terasa feel nano nano nougatnya😏

Mulai minggu depan jadwal update cuma Jumat dan Minggu ya, sampai jumlah vote kembali normal.

Enjoy!

"Kenapa lo nggak cerita ke kita soal Kak Vio mau pindah, El?"

Eleanor menunduk memainkan kuku-kukunya gugup. Ia mengira kakaknya sudah memberitahu soal kepindahan kepada Ravelio dan Rolando karena orangtua mereka juga sudah tahu.

"Ish! Kita juga adik-adiknya, kenapa nggak dikasih tahu?!" Rolando melempar bantal sofa kasar.

"Mungkin karena kalian bakal nggak bolehin," jawab Eleanor mengangkat bahunya.

"Yaiyalah!" jawab Ravelio dan Rolando berbarengan.

"Tahu gitu Kak Vio nggak usah nikah sama Kak Dom dulu." gumam Rolando mendapat lemparan bantal dari Eleanor.

"Jangan lebay deh, Kak. Kak Vio juga cuma lima bulan di sana."

"Lima bulan?!"

"Ya Ampun!" Eleanor mengacak rambutnya frustasi, menyerah dengan kelakuan dua kakaknya, "Pantes kalian nggak dikasih tahu Kak Vio. Reaksi kalian aja berlebihan kayak gini."

Ravelio dan Rolando langsung diam, tak merespon ucapan adik mereka. Keheningan terjadi selang beberapa detik.

"Lo tahu kan El, seberapa sayangnya kita ke Kak Vio? Kita belum nyampe dua bulan bareng versi dia yang sekarang," Ravelio membuka suara, menatap adiknya sendu.

"Dan dia menikah, terus tiba-tiba mau pindah? Gimana kita nggak kaget?!" tambah Rolando dengan dada naik-turun.

"Gue juga sayang banget sama Kak Vio, gue juga protes kayak kalian," balas Eleanor, berusaha menahan air matanya. Ia teringat dengan alasan terutama kakaknya pindah untuk melakukan pengobatan dari kanker paru-paru, "Tapi Kak Vio udah dewasa, Kak. Dia juga mau kejar kebahagiaan dirinya sendiri, dan saat ini dia bisa dapet itu dari Kak Dom."

"Kita nggak bisa selamanya ngarep bisa ngulang masa kecil. Masa saat Kak Vio selalu bareng kita, itu udah lewat." tambah gadis itu.

Ya, kenyataannya seperti itu sekarang. Mereka tidak bisa lagi berharap bahwa mereka akan selalu bersama selamanya, walaupun Violet telah merubah sikapnya kembali seperti sewaktu kecil sebelum dibawa Kakek Ernest. Namun Violet juga punya kebahagiaannya sendiri, dan mereka juga harus mengejar kebahagiaan masing-masing.

"Lo bener, Le," Ravelio setuju dengan ucapan adik bungsunya, "Lucu ya, dulu kita berdua saingan rebutin Kak Vio. Sekarang udah dimilikin laki-laki lain." ucapnya memandang Rolando.

Rolando mengangguk terkekeh mengingat kilasan memori saat mereka kecil.

Flashback

"Ka Vi! Ulus si Oland, Avel capek!" Seorang anak laki-laki kecil berumur lima tahun mengibas-ngibas kaosnya sendiri yang sudah basah akan keringat.

Anak perempuan seumuran yang sedang membaca buku merasa terganggu dengan goyangan tangan kembarannya.

"Avel yang mau dedek, sana ulus sendili." balas Violet kecil tak acuh, ia tetap asik membaca buku.

The Return of Villain Sister (END)Where stories live. Discover now