CHAPTER 37

6.1K 396 2
                                    

سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Dua Minggu kemudian.....

Dua minggu telah berlalu dari kewafatan Abi Adnan dan ummi Aisyah, rasa berduka masih ada di diri Zafran namun mau tidak mau ia harus ikhlas dan menerima semua ini. Satu minggu yang lalu pelantikannya sebagai pemimpin pesantren itu, kini tanggung yang ia bawa benar-benar berat.

Zafran dan Ghina masih menempati rumahnya yang terletak di beberapa langkah dari ndalem. Bukan tanpa sebab mereka tidak menepati ndalem, hanya saja butuh waktu untuk Zafran terbiasa dengan keadaan seperti itu, jangankan memasukinya melewati atau melihat nya saja ia menjadi teringat dengan semua kenangan yang ada di dalam.

"Kenapa bengong mulu?" Tanya Ghina menghampiri Zafran yang duduk sendiri di balkon.

"Tidak ada, hanya melihat lingkungan pesantren dari atas." Jawab Zafran masih setia menatap ke depan.

"Kak, lihat sini dulu," ucap Ghina melihat ke Zafran, Zafran menuruti kata istri nya dan menatap Ghina.

"Kakak dulu pernah bilang ke aku, situasi apapun yang kita alami di masa depan, kita harus kuat dan menerimanya dengan lapang dada, jangan ngeluh, karena suatu kejadian datang dari Allah, dan kita gak boleh ngeluh karena yang memberikannya Allah. Tugas kita sebagai hambanya, itu cukup menjalankan takdir kita dan senantiasa ibadah kepadanya, kakak ingat itu?" Ucap Ghina menatap wajah Zafran dengan kedua tangannya terulur memegang wajah Zafran.

"Aku lemah naa, aku lemah jika tentang kepergian," ucap Zafran menunduk.

"Kamu boleh nangis, kamu boleh lemah, jangan di pendam, manusia juga mempunyai titik lemahnya." Lirih Ghina, ia lalu membawa Zafran ke dalam pelukannya. Pria itu benar-benar rapuh.

•••••

Seorang gadis yang hanya tertidur di kasurnya sambil memainkan benda pipih melihat-lihat barang yang ia sukai di online shop.

"Kak Zafran kemana ya?" Tanya Ghina, Zafran keluar sekitar jam lima dan sampai isya pun belum pulang. Tiba-tiba, suara notifikasi mengalihkan perhatian Ghina, saat ia melihat siapa itu ternyata pesan dari Zafran.

Kak Zafran🤍

Naa kamu jika ingin tidur, tidur duluan, aku akan pulang kemungkinan larut. Jangan keluar, atau keluyuran kemana-mana, tetap di rumah."

Begitulah pesan dari Zafran membuat Ghina mengembuskan napasnya pelan, ia hanya menjawab seadanya lalu menaruh handphonenya.

"Yahh. Suprise nya gagal, besok aja deh," ucap Ghina setelah membalas pesan dari Zafran.

"Duh kok mau ngemil ya, gue keluar aja deh mau cari-cari jajan," ucapnya dan segera bersiap-siap untuk keluar, ia menyuruh salah satu sopir ndalem untuk mengantarkannya mencari-cari makanan yang ia suka.

Di sisi lain Hazel dan Zafran saat ini sama-sama saling terdiam, tidak ada yang membuka suara, entah canggung atau bagaimana.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Zafran akhirnya membuka suara, jika tidak obrolan ini tidak akan selesai-selesai.

"E--eh. Aku ingin bertanya ke kakak," ucap Hazel.

"Bertanya tentang apa?"

"Kakak pernah suka ke aku?" Pertanyaan Hazel membuat Zafran cukup terkejut, Zafran hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan Hazel.

"Apakah perasaan itu masih?" Tanya Hazel kembali, namun Zafran hanya diam.

"Kemungkinan sudah tidak." Jawab Zafran.

"Syukurlah. Jika rasa itu masih ada aku mohon ke kakak segera hilangkan, selain karena kakak suami dari sahabat aku, aku juga memandang masa lalu orang tua kita dulu," ucap Hazel membuat Zafran yang tadinya terus menunduk kini mendongakkan kepalanya.

"Masa lalu orang tua kita? Apa maksud kamu?" Tanya Zafran heran.

"Kakak akan tau nanti, kakak bisa bertanya ke sahabat ayah kakak dulu." Jawab Hazel membuat Zafran terdiam sejenak.

Di luar Ghina yang berjalan menuju cafe yang dimana tempat yang ia sering tuju dengan Hazel. Saat berada di parkiran ia melihat mobil Zafran, sontak membuat ia berfikir apakah Zafran di sini juga, saat akan melangkah kaki masuk ke dalam dari kaca cafe tersebut terlihat Hazel dan Zafran seperti sedang berbincang sesuatu. Sontak, membuat Ghina terkejut, tidak masalah jika memang mereka bertemu dan ada yang di bicarakan, tapi ini? Tidak ada salah satu dari mereka yang memberitahukan nya.

Ghina segera pergi berlari dari sana, sampai ia berhenti di halte, setelah sampai di cafe ia menyuruh sopir ndalem untuk pulang, itulah kenapa ia berjalan menuju halte mungkin-mungkin ada taksi yang lewat. Lama duduk di sana sembari terisak tiba-tiba suara motor terdengar berhenti di depan nya membuat ia melihat siapa yang menghampirinya.

"Lo?" Ucap Ghina melihat siapa yang ada di depannya.

"Ngapain lo sendirian di sini? Malam lagi, Zafran kemana?" Tanya Rasya.

"Gak tau." Jawab Ghina singkat.

"Lahh, terus kenapa lo kayak nangis gitu?" Tanya Rasya sekali lagi karena penasaran ada apa dengan Ghina.

Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA (TERBIT)Where stories live. Discover now