CHAPTER 39

6.6K 431 31
                                    

سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.

Seorang pemuda terlihat hanya duduk diam di tepi danau di sebuah taman. Ia melihat pemandangan di depannya sembari terus menerus menghembuskan nafas, masalah yang menimpa nya membuat nya benar-benar tidak bisa berfikir.

"Sedang apa kamu di sini?" Tanya seseorang dari belakang. Zafran pun langsung menoleh, melihat siapa yang menghampirinya.

"Paman Tio?" Ucap Zafran terkejut. Ya Tio, masih ingat kan? Salah satu inti anggota angkasa dulu.

"Kapan paman kembali?" Tanya Zafran, melihat salah satu sahabat ayahnya itu.

"Tiga hari yang lalu." Jawab Tio tersenyum, saat Zafran berusia tiga tahun saat itu Tio pergi ke luar negeri mengikuti orang tua nya untuk menjalankan sebuah bisnis. Tio tersenyum kecil ke Zafran mendekati nya dan memegang kepalanya.

"Kamu sekarang sudah tumbuh besar. Zefano pasti bangga jika melihat putra nya tumbuh menjadi seorang pemuda yang hebat, bahkan kamu sudah melebihi paman," ucap Tio menepuk-nepuk kepala Zafran pelan.

"Sayangnya mereka tidak ada disini. Mereka tidak pernah ada untuk Zafran, mereka mengingkari janji mereka, mereka jahat." Jawab Zafran menundukkan kepalanya.

"Kehilangan orang yang kita sayangi sudah pasti akan di alami, mereka tidak meninggalkan kamu, mereka ada, mereka selalu mengawasi kamu dari atas, mereka ada di diri kamu dan hati kamu," ucap Tio menasehati Zafran.

"Paman, boleh Zafran bertanya?" Ucap Zafran mendongakkan kepalanya.

"Soal?" Jawab Tio menaikkan sebelah alisnya.

"Masa lalu ayah dan om zayyan." Jawab Zafran membuat Tio sedikit terkejut.

"Dari mana kamu mengetahui tentang zayyan?" Tanya Tio.

"Dari anaknya. Hazel, itu namanya, dan dia bilang jika dulu ayah dan om zayyan mempunyai masa lalu, apa masa lalu mereka?" Tanya Zafran penasaran.

"Paman tidak bisa menjawabnya sekarang, jika kamu ingin mencari tahu jawabannya, pergilah ke paman Zaki mu, biarkan dia yang menjelaskannya." Jawab Tio membuat Zafran semakin penasaran.

"Tidak bisakah paman saja yang memberitahukan nya sekarang?"

"Bukan hak paman, kamu harus mencari tahunya sendiri, paman pergi dulu, kamu jaga diri lah baik-baik, semua masalah bisa kamu selesaikan dengan mudah. Asal, kamu selesaikan dengan kepala dingin." Jawab Tio dan pergi meninggalkan Zafran yang masih terdiam di sana.

"Paman Zaki ya," ucap Zafran lirih melihat kepergian Tio.

•••••••

Tok tok tok.....

Suara ketukan pintu terdengar hingga tiga kali, Zafran masih menunggu namun tidak ada yang membuka pintu, hingga beberapa saat kemudian.

"Abah," ucap Zafran lirih melihat mertuanya itu. Ia langsung bersimpuh, menjatuhkan diri di kaki Ustadz Agam yang membuat nya terkejut.

"Apa yang kamu lakukan? Bangunlah," ucap ustadz Agam melihat menantu nya bersimpuh di kakinya.

"Abah... Maafkan Zafran, maafkan Zafran karena telah menyakiti putri mu, jika Abah ingin memukul ku pukul lah sebanyak yang abah inginkan, tapi aku mohon jangan pisahkan aku dari istri dan anak aku," ucap Zafran terisak mengingat kejadian semalam. Ustadz Agam segera membungkuk dan menuntun Zafran untuk berdiri.

"Masuklah terlebih dahulu," ucap ustadz Agam, namun Zafran menggeleng pelan.

"Zafran belum siap." Jawab Zafran menunduk, seakan tau yang di maksud Zafran ustadz Agam mengangguk lalu menutup pintu kemudian menyuruh Zafran untuk duduk di kursi di halaman rumah.

"Jujur. Abah kecewa dengan kamu, Ghina sudah menceritakan semuanya, tapi tidak sepenuhnya murni kesalahan kamu, putri Abah juga bersalah karena tidak mematuhi perkataan suami nya, Abah tidak akan memisahkan kamu dengan Ghina. Tapi kamu tidak boleh bertemu dengan Ghina selama tiga bulan, apa kamu bisa?" Ucap Ustadz Agam membuat Zafran terdiam.

"Tiga bulan?" Tanya Zafran memastikan.

"Abah meminta ini bukan tanpa sebab, biarlah kalian berdua menenangkan diri dan pikiran masing-masing, lalu kalian selesaikan lah dengan cara kalian, Abah juga tidak bisa memaksa Ghina sekarang untuk kembali." Jawab ustadz Agam.

"Baik abah, Zafran faham." Jawab Zafran menundukkan kepalanya.

"Abah, di kartu ini ada uang, Insya Allah cukup untuk Ghina membeli kebutuhannya dan anaknya ketika nanti dia menginginkan sesuatu. Bagaimanapun juga, Ghina masih tanggung jawab aku," ucap Zafran menyerah kartu ATM nya.

"Baik. Abah mengerti, abah senang kamu tidak melepaskan tanggung jawab kamu sebagai seorang suami," ucap ustadz Agam melihat kegigihan menantunya.

"Kalau begitu Zafran pergi dulu," ucap Zafran. Setelah salam dan berpamitan, Zafran melesatkan motornya menembus jalanan jakarta yang padat, semoga saja masalah ini cepat berlalu.

 Setelah salam dan berpamitan, Zafran melesatkan motornya menembus jalanan jakarta yang padat, semoga saja masalah ini cepat berlalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pemuda Bertasbih || Saquel CSGA (TERBIT)Where stories live. Discover now