BAB 1 JADI SEBUTANNYA REGRESI ATAU TRANSMIGRASI?

7.6K 943 26
                                    

Lagi nunggu orang komentar... :)

Typo tandai!

.

.

BOOOMMM!!!

***

Bagi seorang psikolog, dokumen klien adalah barang paling sakral yang harus ia lindungi.

Itulah mengapa ketika Cakra melihat gelombang api yang akan melahapnya, tubuhnya secara spontan bergerak untuk melindungi kertas-kertas itu walau akhirnya sia-sia. Dukumen yang mati-matian dilindungi Cakra pada akhirnya lenyap bersamaan dengan kliniknya yang roboh sedikit demi sedikit.

Sementara Cakra? Pemuda itu...

"-Gila."

Seorang pemuda dengan kisaran usia enam belas tahun mematung di depan cermin. Tubuhnya yang kurus kering tampak rapuh dengan balutan jubah tidur yang kedodoran. Kulitnya sepucat mayat, bahkan bibir tipisnya tampak membiru, sangat kontras dengan surainya yang segelap malam tanpa bulan.

Pemuda itu menatap refleksi dirinya yang tampak lebih muda dari usianya yang sesungguhnya. Lama, sebelum bibir tipis itu tertarik ke atas, berbeda dengan mata merahnya yang menatap datar dan dingin.

"Yang benar saja, bajingan!"

Sudah lama sekali Cakra tidak mengumpat. Dulu sekali, tak pernah ada hari tanpa umpatan dalam kehidupan Cakra. Namun sejak ia mendalami psikologi, pengendalian dirinya juga ikut berkembang, yang membuatnya semakin jarang berkata kasar. Dan sejak ia membuka klinik, pemuda itu telah sepenuhnya meninggalkan kebiasaan buruknya itu.

Fakta bahwa kebiasaan itu muncul kembali hanya berarti bahwa memang segeram itulah Cakra sekarang.

"Huuufffftttt!"

Cakra menengadahkan kepalanya ke atas. Matanya tertutup sementara ia berusaha keras menenangkan gejolak emosi di dadanya.

Tak berselang lama, manik merah Cakra kembali terbuka. Tatapan matanya pun lebih tenang dari sebelumnya. Pemuda itu mengamati setiap inci tubuhnya.

Tubuh ini adalah tubuh yang ada dalam ingatannya, tepatnya ingatannya sebelum ia terlahir di dunia modern.

Sedikit cerita, Cakra sesungguhnya adalah salah satu manusia istimewa yang terlahir dengan ingatan kehidupan sebelumnya. Meski begitu, Cakra yang telah mendalami ilmu jiwa tak ingin terlalu memikirkannya karena Cakra pikir bisa saja malah dirinya yang terindikasi memiliki gangguan mental jika terlalu larut.

Dan sekarang Cakra masuk ke tubuhnya di kehidupan pertama.

Casius Le Vanca.

Itu nama yang ia miliki sebelum terlahir sebagai Cakra. Identitasnya sebagai putra kedua Duke Vanca membuatnya digelimangi harta. Bisa dibilang, Casius atau Cakra di kehidupan pertama lahir dengan sendok emas di mulutnya. Sangat kontras dengan kehidupan keduanya.

Jadi bukankah bagus jika ia kembali menjadi Casius yang kaya raya?

Sungguh, itu tidak bagus. SAMA. SEKALI. TIDAK. BAGUS! Bagaimana bisa itu dianggap bagus ketika ia kembali menjadi 'bajingan gila' yang dibenci seluruh kerajaan?!

"Apalah yang bisa kita lakukan. Karena sudah begini, mau gimana lagi?" ujarnya walau hatinya sudah lama menitikkan air mata darah.

Sekali lagi, Cakra- atau kita panggil Casius mengela napas kasar.

Pemuda itu memilih berbaring kembali ke kasur single-nya. Situasinya saat ini memang sangat membingungkan bahkan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Namun jika ingatannya itu benar, kehidupannya sebagai Casius itu tidak mudah. Ia selalu dikelilingi musuh berbahaya. Jadi ia pikir mencari tahu latar waktu dan situasinya saat ini lebih penting daripada terus terjebak dalam pertanyaan mengapa ia bisa terlempar ke dunia ini lagi. Kau harus hidup jika ingin melakukan sesuatu, bukan?

Putra Bajingan Duke Adalah PsikologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang