Kembali Bertemu

422 23 0
                                    

Dengan langkah gontai, akhirnya Sean pun tiba di unit apartemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah gontai, akhirnya Sean pun tiba di unit apartemen.

Hari yang cukup melelahkan, meskipun begitu, Sean mendapatkan beberapa pengalaman dan nasehat-nasehat yang berharga dari para seniornya.

"Hhh ... habis ini masih harus nyusun skripsi," gumam Sean lemah.

Lelaki itu menekan password apartemen dan mengucapkan salam dengan lirih, "Assalamu'alaikum, sayang. Aku pulang."

Sean yang baru menginjakkan kembali kakinya di apartemen itu langsung mengernyit saat mendengar suara tangisan. "Bil?"

"Ah, mas. Udah pulang ya?"

Bilqis menghampiri Sean dengan Yesha digendongannya, wanita itu terlihat kewalahan, wajahnya pucat dan sangat lelah.

"Mas, maaf aku gak bisa siapin air hangat ya."

Sean hanya mengangguk pelan. "Yesha kenapa?"

"Dia gak mau minum susu pake dot, masih belum terbiasa karena udah lepas nen, jadi rewel banget. Maaf ya, mas," ucap Bilqis dengan senyuman bersalahnya.

Sean kembali mengangguk, lelaki itu tak menjawab apapun, ia langsung beranjak menuju kamar dan bersiap untuk mandi.

Setelah beberapa menit membersihkan tubuhnya, Sean pun keluar dari kamar mandi, lelaki itu hendak menghampiri Bilqis yang masih menenangkan Yesha.

Namun, sebuah dering ponsel menghentikan langkahnya. Ia merogoh ponselnya dan bergegas mengangkat panggilan telepon itu, ternyata sang dosen pembimbing lah yang menelepon Sean.

"Iya, Pak? Ada apa? Kenapa dengan skripsi saya?"

Bilqis yang mendengar suara seseorang mengobrol pun perlahan menghampiri Sean.

"Mas ..."

'Semoga mas Sean udah selesai mandinya, aku mau nyiapin makanan sekalian minta dia buat gendong Yesha bentar aja,' lanjut Bilqis dalam hati.

Namun ternyata ekspektasi tak sesuai dengan realita.

Sean langsung menatap Bilqis dan mengisyaratkannya untuk diam, lelaki itu menutup microphone ponselnya seraya berbisik lirih, "Sebentar, sayang. Dosbim aku nelpon. Kamu tolong buat Yesha berhenti nangis ya, setelah ini aku juga mau susun skripsi. Tolong ya. Ini penting banget soalnya."

Tanpa menunggu jawaban Bilqis, lelaki itu kini membelokkan langkahnya menuju balkon apartemen. Ia bahkan menutup pintu balkon dan menutup satu telinganya agar bisa mendengar sang dosen pembimbing dengan jelas.

Dari dalam sana, Bilqis terus menatap Sean. Wanita itu terlihat cukup berantakan, dari pagi hingga malam tiba, ia mengurus rumah dan kedua anaknya.

Saat si kembar tidur siang, Bilqis baru bisa mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Apalagi mengasuh Syifa yang begitu aktif, tentu saja hal itu menguras habis energi Bilqis.

Biggest Regret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang