-PROLOGUE-

9 2 0
                                    

Amanda masih ingat jelas detail kejadiannya.

Berangkat dari seberkas cahaya remang rembulan di balik kaca jendela petak, langkah tergesa-gesanya berhasil membuyarkan hening malam. Kedua kakinya melangkah cepat, membawa tubuhnya berlari melewati jejeran pintu pada lorong koridor sekolah malam itu.

Terikat oleh ketegangan yang merayap secara perlahan dan tanpa aba-aba menghancurkan nyali dalam dirinya, menyisahkan perasaan takut dan gelisah yang tak berujung. Amanda terus berlari tanpa arah, kakinya berbelok pada sebuah belokan dinding di ujung lorong dengan jejeran anak tangga yang siap menyiksa kakinya.

Dalam keheningan yang hanya dipenuhi suara tarikan napasnya, tidak ada yang bisa Amanda pikirkan selain mencari tempat persembunyian guna menyelamatkannya dari ancaman yang mengintai di balik bayang-bayang lorong tangga yang sunyi.

Anak tangga yang tersusun melingkar berakhir mengantarkan Amanda pada lantai terakhir gedung. Tangan Amanda bergerak cepat, menyambar gagang pintu kemudian membantingnya secara kasar. Seragamnya yang dibanjiri keringat memberi akses penuh pada angin malam yang berhembus pelan untuk menyapa kulit Amanda tepat sedetik setelah ia menginjakkan kaki pada area rooftop gedung sekolahnya.

Pandangannya menyebar dan berhenti pada tumpukkan meja serta kursi kayu rusak yang ditumpuk secara tidak beraturan. Genggaman pada ponselnya kian erat saat tangan yang satu lagi Amanda gunakan untuk menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara yang dapat menarik perhatian.

Amanda bertahan dalam posisi jongkoknya dengan membelakangi pintu masuk hingga ia rasa keheningan berhasil menyakinkan dirinya.

Orang itu sudah pergi.

Amanda menurunkan tangannya dan secara perlahan bangkit berdiri saat secara tiba-tiba sebuah kepala muncul dari samping. Amanda dapat merasakan hembusan napasnya saat ia tertawa mendengus, bau rokok yang berbaur dengan rasa mint dari permen karet yang sedang ia kunyah. Melalui pantulan sepasang bola mata yang terpaku sempurna kepadanya itu, Amanda dapat melihat raut pucat dirinya disana.

Keberanian Amanda menurun dengan drastis saat bobot tubuhnya terasa berat hingga menghempaskan tubuhnya terduduk ke atas tanah semen yang kasar. Dalam ambang kesadaran yang menolak untuk ia percaya, Amanda masih ingat betul rupa orang itu.

Pakaiannya yang serba gelap, topi hitam dengan borderan pinggiran putih, kemudian masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya.

Bola matanya bergerak turun saat Amanda dengan refleks menyembunyikan tangan kanannya ke belakang tubuhnya, menarik ponselnya menjauh dari pandangan orang itu.

Amanda menggeleng keras, mendorongnya dengan sisa tenaga yang ia miliki kemudian bangkit berdiri dengan cepat. Tepat satu langkah dibelakangnya, orang itu mengepalkan tangannya saat kilat amarah jelas terpatri pada tatapannya. Ia langsung berbalik cepat, mengambil satu langkah yang lebar untuk menyusul Amanda, menghalangi akses jalan Amanda untuk menjauh dari jangkauannya. Tangannya terlontar dengan cepat guna menyambar kerah seragam Amanda sebelum mendorong dan mendesak paksa tubuh Amanda hingga tubuh belakang Amanda bertabrakan dengan kerasnya dinding pembatas.

Amanda sudah terpojok.

Dalam detik-detik ketidakberdayaannya, Amanda melihat wajah orang itu untuk terakhir kalinya. Mereka bertatapan mata sebelum akhirnya kaki Amanda lepas kendali, terpental menjauh dari lantai semen tempat ia menapak beberapa waktu lalu diikuti tubuhnya yang terhuyung dengan cepat ke belakang dan melewati dinding pembatas.

Raut keterkejutan orang itu adalah hal terakhir yang Amanda saksikan sebelum gelap total menjemputnya.

-o0o-

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Mar 30 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

AFTER DEATH [SLOW UPDATE]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz